Selasa, 05 Oktober 2010

Setelah Ramadhan Berlalu

Sobat muda muslim, kita seneng buanget lho ngeliat perkembangan remaja muslim selama Ramadhan kemaren. Acara keislaman semacam sanlat, kajian mingguan, kultum tarawih, atau kuliah subuh banyak digelar dengan melibatkan remaja. Nggak cuma itu, banyak juga temen kita yang jago mengendalikan obrolannya dari godaan gosip yang tekutuk. Malamnya khusyu shalat tarawih baik di rumah atau di masjid berjamaah. Waktu luang dipake buat tilawah quran. Intinya, Ramadhan bikin teman remaja kecanduan ibadah.
Namun sobat, ada tradisi pasca Ramadhan berlalu yang bikin hati kita pilu. Atmosfer ibadah di bulan puasa alon-alon tapi pasti, memudar ketika Syawal menjemput. Remaja muslim banyak yang kembali ke habitat awalnya. Tercebur di genangan limbah pergaulan kapitalis sekuler yang doyan hura-hura plus maksiat.
Aktivitas peribadatan menyusut menjadi yang lima waktu doang. Itu juga kalo sempet. Kantong belanjaan gosip dibongkar di mana saja, kapan saja, menggantikan lantunan ayat suci al-Quran. Kecanduannya hadir di acara-acara kajian Islam terlarut dalam hingar-bingar dunia gemerlap di pub atau diskotik. Jarak pergaulan cewek-cowok yang dipertahankan selama Ramadhan, diterobos hingga bebas tanpa batas. Pemikiran Islam tentang dosa, pahala, surga, atau neraka menguap ditelan budaya sekuler Barat yang individualis dan steril dari aturan agama.
Inilah tradisi “sholat” alias sholeh sesaat di kalangan remaja. Sholeh cuma pas Ramadhan doang. Bagian Syawal datang, kembali ke habitat awal. Semoga kamu-kamu nggak termasuk aktivis tradisi ini ya?

Shalat Subuh

Ukuran keshalihan manusia dan ketekunannya menjalankan agama adalah shalat Subuh berjamaah, karena dia berada di waktu istirahat setelah berjaga malam. Apabila anda ingin mengetahui orang-orang di wilayahmu, maka lihatlah mereka pada waktu shalat Subuh. Sesuai dengan apa yang kita saksikan dan kita lihat, sebagian besar mereka terlambat melaksanakan shalat Subuh tanpa disertai kepedulian dan penyesalan atas apa yang terjadi. Itu tidaklah terjadi kecuali disebabkan kematian hati. Pengakuan beragama dan takwa merupakan perkara mudah, akan tetapi yang menjadi tolak ukur adalah amal dan praktik. Apabila anda melihat seorang laki-laki melaksanakan shalat lima waktu berjamaah disebabkan wara’ terhadap ucapannya, takut kepada Tuhannya, dan menyesal atas kesalahannya, maka inilah yang diharapakn kebaikannya dan diberikan kabar gembira. Sedangkan orang yang lalai menjalankan shalat-shalatnya, takjub dengan dirinya, dan tidak peduli dengan kelalaiannya itu, maka klaimnya ditolak, kecintaannya batal, dan dia menjadi salah seorang yang mnegalami kebangkrutan. Kita menyaksikan orang yang memperlihatkan keagamaannya dan keshalihannya, akan tetapi apabila waktu shalat Subuh telah tiba, setan mengalahkannya, dan nafsu jahat menyuruhnya tidak menghadiri shalat Subuh itu secar berjamaah, maka dia tertipu dengan pujiannya dan kehilangan kepercayaan saudara-saudaranya sesame mukminin. Janganlah anda memuji seorang pun di depan kami dan jangan pula menyucikan seorang hamba pun di depan kami, akan tetapi amal-amalnyalah yang akan memujinya dan akhlak-akhlaknyalah yang akan menyucikannya, karena kita lelah dengan pujian terhadap orang-orang yang mempraktikan islam di lisan saja. Akan tetapi apabila kebenaran telah terlihat dalam menghadiri shalat berjamaah, benar dalam perkataannya, memenuhi janjinya, dan melkasnakan kewajibannya, ternyata yang ada pada mereka hanyalah kelalaian, kerugian, dan kegagalan. “ Sangat besarlah kemurkaan di sisi Allah ketika kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan.” (QS 61:3)

Si Pencari Cinta

Alkisah di suatu zaman, hidup seorang lelaki yang mencari cinta, namanya Arjuna. Saking ngebetnya, gunung tertinggi didaki, isi bumi dijelajahi, lautan pun diarungi, cuma untuk mencari tempat berlabuh, yaitu wanita. Gilee beneer... Nih Arjuna, kagak peduli gunung, bumi, lautan, alam semesta ini punya siapa, maen grasak-grusuk aja! Di setiap tempat Arjuna berkata, "Wahai wanita, cintailah aku." Ih... nih anak, malu-maluin ya! Masa' sih sampe' gitu-gitu banget, ya...namanya juga pencari cinta bo!

Di kisah yang lain, seorang laki-laki yang bernama Ibrahim pun mencari cinta. Saat malam mulai menyapa alam, tampak sebuah bintang, tak lama kemudian sang bintang pun tenggelam. "Aku tak menyukai yang tenggelam," kata Ibrahim. Beberapa saat kemudian, terbitlah sang rembulan, bersinar indah penuh kelembutan. Namun, bulan pun hanya sesaat, tersipu malu dengan keindahannya. Semburat cahaya subuh pun menyeruak kegelapan, kokok ayam jantan membelah tetesan embun pagi, tak lama keperkasaan mentari mewayungi jagat raya ini, "Inikah dia yang kucari?" tanya beliau pula. Bukan...bukan itu, karena mentari pun bersujud, lalu merunduk sembunyi.

Ikhwah fillah rahimakumullah...
Kisah di atas adalah ilustrasi dari 2 manusia si pencari cinta. Di dunia ini, betapa banyak orang-orang yang mencari cinta. Namun jelas ada bedanya disini, antara laki-laki yang bernama Arjuna dengan Ibrahim a.s., yang namanya termaktub indah di lembaran suci Al Qur'an. Arjuna mencari cintanya tanpa tedeng aling-aling, gak peduli sana-sini, jumpalitan, cuma mencari cinta wanita. Emangnya salah si Arjuna, karena mencari cinta? Ih...jangan protes dulu dong, emang sih fitrah manusia itu ya pasti merasakan cinta [QS Al Imran: 14]. Tapi apa iya harus seperti itu? Masa' sih akal, nalar dan fikiran sampe' gak jalan, bahkan hingga melebihi cinta-Nya! Waduh...

Padahal banyak kisah cinta sejati di dunia ini lho, salah satunya adalah cinta Ibrahim yang tak pernah pudar, setelah ia mengenal dan mengetahui siapa yang patut menerima cintanya. Beliau mengenal, dan kemudian sayang, lantas jatuh hati kepada Sang Pencipta. Karena itu yang dicintai pun berkenan menyambut cintanya, bahkan menjadikannya sebagai khalilullah [QS An Nisaa': 125].

Cinta disini bukan cinta yang penuh kepalsuan, emosi apalagi birahi, namun cinta laksana mutiara yang memancarkan cintanya pada Rabb seluruh jagat raya ini, mengaliri denyut nadi, helaan nafas serta aliran butir darah untuk tunduk dan patuh pada titah-Nya. Cinta ini mestinya menempati prioritas utama pada diri seorang muslim, yakni cinta kepada Allah SWT, Rasul dan jihad di jalan-Nya. Inilah cinta hakiki!

Dari nenek moyang kita dulu, sampe' sekarang, buanyak buanget manusia-manusia yang telah jatuh cinta, namun apakah cinta mereka dan kita adalah cinta hakiki sebagaimana cinta mereka yang disebut 'manusia langit?'

Adakah cinta kita adalah cinta seorang Sumayah binti Khayyath, yang siap menjadi syahidah pertama dalam sejarah Islam demi mempertahankan akidah yang dicintainya. Ataukah Ali bin Abi Thalib r.a. yang rela 'pasang badan' menggantikan Rasulullah SAW di tempat tidurnya sewaktu beliau keluar untuk hijrah, padahal beliau tahu maut telah didepan mata siap mengancam jiwanya? Atau pun Abu Bakar Shiddiq r.a. yang tak kalah ikhlas tangan dan kakinya dipatuk binatang berbisa saat berdua dengan seseorang yang dicintainya? Ia tak ingin tubuh orang yang dicintai dan dikasihinya tersentuh sedikitpun oleh binatang-binatang yang berbisa itu.

Mereka hanyalah sedikit contoh dari orang-orang yang jatuh cinta dengan cinta yang sebenarnya. Sebuah cinta sejati, cinta hakiki yang mengharapkan ridho Illahi Rabbi.

Nah...sekarang milih yang mana, seorang Arjuna yang grasak-grusuk mencari cinta, atau seorang Ibrahim a.s., Sumayah binti Khayyath, Ali bin Abi Thalib r.a. atau pun Abu Bakar Shiddiq r.a. yang mencari cinta sejati?

Ya akhi wa ukhti,
Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang selalu mendambakan cinta, keridhoan kepada-Nya ya, insya Allah, aamin allahumma aamiin.

Kutahu pasti cinta-Mu dalam dan murni
Namun mengapa sulit untukku mendapatkan cinta dari-Mu

Hidupku ini terasa hampa dan sunyi
Tanpa belaian kasih sayang-Mu
Cintailah hamba-Mu ini Ya Allah ...

Allah ...
Leraikanlah segala beban di dunia ini
Hanya pada-Mu yang kuharap hanya cinta ikhlas-Mu
Merasuk ke dalam kalbu Allah dengarkanlah hamba-Mu

Allah ...
Dengarkanlah bisikan suara hatiku
Hapuskan noda dan dosa di kalbu
Hanya pada-Mu Agar aku dapat menggapai cinta-Mu

Cintaku pada-Mu ya Allah
Ya Allah

Ku bersujud kepada-Mu Mengharapkan cinta suci-Mu (Snada: Cinta Ilahi)

Hati-hati merupakan karakteristik seorang muslim

Pelajaran yang bisa kita ambil lagi dari sirah nabi Yusuf as adalah sikap kehati-hatiannya dalam setiap urusan. Itu bukan berarti ia harus menjadi seorang yang pendiam, pasif, dan tersembunyi sehingga orang-orang enggan menyapanya. Salah satu karakteristik seorang Muslim adalah ia bagaikan kitab yang selalu dapat dibuka dan dibaca oleh siapa saja yang ingin membacanya; sederhana dan mudah bergaul. Nabi Yusuf as adalah tipe orang yang sangat berhati-hati sesuai dengan yang disabdakan Rasulullah SAW, “Mintalah pertolongan secara rahasia dalam menyelesaikan semua permasalahan kalian”.
Dalam riwayat lain dikatakan, “Mintalah pertolongan secara rahasia dalam meyelesaikan semua permasalahan kalian karena setiap orang yang diberikan nikmat dihasud orang lain.” (Shahih al jami’i No. 943) Maksudnya, tidak semua yang kita ketahui harus kita katakan. Inilah pelajaran yang diajarkan Nabi Ya’kub as kepada anaknya yang baru berusia dua belas tahun. Ia mengajarinya dalam menyikapi saudara-saudaranya. Kebanyakan kita kehilangan sikap kewaspadaan ini, khususnya para wanita. Biasanya perempuan menceritakan semua rahasianya kepada suaminya, sebenarnya itu dapat menimbulkan percek-cokkan dan berbagai problem yang akhirnya sulit diredakan.
Ketika mengkaji kisah Nabi Yusuf as sikap kehati-hatian ini akan selalu menemani kita. Bacalah firman Allah SWT berikut ini: Ya’kub berkata: “Wahai anak-anakku, jangalah kalian masuk (bersama-sama) dari satu pintu gerbang, tapi masuklah kalian dari pintu-pintu yang berlainan. (QS 12:67)
Bukankah anda menyaksikan bagaimana sikap kehati-hatian Nabi ya’kub itu? Dia tidak mau membinasakan mereka semua dan tidak menginginkan kalau-kalau mereka menemukan kesulitan. Oleh karena itu dia mengatakan, “Janganlah kalian masuk (bersama-sama) dari satu pintu gerbang.”
Ini adalah pelajaran yang sangat bagus yang diterima Yusuf as sejak masih kecil. Ketika Yusuf as mendatangi ayahya dan menceritakan mimpinya dengan samar-samar kepadanya, lalu sang ayah membawanya dari keramaian orang supaya mereka tidak mendengarnya. Begitulah yang terjadi meskipun dia masih sangat muda.

Menghapal Al Qur'an Karena Malu Kepada Alloh

Berbagai hal bisa memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu, bahkan hal-hal yg mustahil …, namun satu hal bisa kita perhatikan … yakni ketika manusia termotivasi, tidak jarang muncul kekuatan tersembunyi dan potensi tinggi menyertai usaha dan semangat tinggi dalam diri.

Mungkin terlalu dini dan idealis … jika mengungkap sesuatu hal positif yang dilakukan hanya karena Alloh, jujur … berbeda dengan para Nabi dan Rasul, sebagian dari kita adalah manusia biasa, namun satu hal yang dapat ditarik sebuah garis merah …( sebagaimana Alloh menciptakan dunia beserta isinya melalui apa yang dinamakan dengan “Sunnatulloh”) … SEMUA BUTUH PROSES.

hmm .. . berkenaan dengan apa yg kami utarakan di atas, jadi teringat sama kenang-kenangan diskusi singkat kami bersama salah seorang sahabat, tentang berbagai hal … termasuk motivasi untuk menghafal Quran.

Kritis … terlalu idealis … sangat optimis, mungkin sebagian dari kita akan terperangah ketika bertemu dengan sahabat dengan “spesifikasi” demikian, termasuk saya …. ^_^, hehehehe …
Suatu saat … selepas beraktifitas, kami bersama seorang teman tanpa sengaja mengawali sebuah diskusi yang panjang …., sebagaimana biasa, waktu luang itu kumanfaatkan untuk refreshing dengan mengutak-atik Blog …, nulis dan FB-an … (hayuuu … kamu ketahuan).., duduk kurang lebih 1,5 meter di sampingku … diapun langsung menggelontorkan “Bola panassss” …, sebuah pertanyaan …

Temanku : Cak …, boleh nanya gak?
Me : Boleh-boleh …., tapi tak sambi yach …., gpp kan ?
Temanku : yupz … gpp …
Me : Mo nanya apaan…. kayaknya penting banget?
Temanku : hmm … tentang kondisi pemuda/i islam yang memprihatinkan …
Me : maksud lho ….??? [ agak kaget aku dengan pertanyaan ini - coz aku manusia biasa, suerr ..... idealis banget dah...]
Temanku : jadi begini cak …, beberapa kali aku diskusi dengan temen” yg notabene berpendidikan agama, koq cenderung ngawur yach…???, mereka senang dan Pede dgn pendapat” pribadi dengan hanya bermodalkan logika tanpa mencantumkan “dasar” mana yang mereka gunakan, udah jelas salah … bangga lagi, debat kusir dah jadinya …..

Sejenak … 10 jariku berhenti bekerja, konsentrasiku terpecah …., otakku mulai melalang buana ke mana-mana, mencoba mengais file-file referensi yang pernah kubaca baik secara mandiri maupun dengan metode musyawarah….

Apa jawabku ….???
hehehe … jujur jawaban itu g penting untuk diungkap di sini, lho koq bisa …???, dari pertanyaan temenku di atas … sudah jelas apa yg menjadi “permasalahan” di sini, dan kami yakin temen” sudah tahu jawabnya …. yach .., meski dengan versi yang berbeda… [g usah terlalu dipikir.... entar paham sendiri] …

hingga di suatu titik …
Setelah kami berdiskusi cukup panjang, ada ending menarik yang cukup bernilai untuk dibagikan. Setelah berbicara ngalor ngidul (kemana-mana), temenku mengungkapkan sebuah fakta menarik ….. bahwa dia menghafal Quran karena malu kepada Alloh … , Lho… asal-usulnya darimana koq bisa berkata demikian …???, berikut kisah singkatnya.

Beberapa saat yang lalu .. temenku “yg hebat” ini lulus dari kuliahnya …, sebagaimana biasa, dia banyak sekali mengirimkan lamaran kerja … bahkan hingga keluar kota, mulai dari lowongan kerja di Pabrik, Instansi akademik, hingga pemerintahan …., hampir semua peluang tidak ia sia-siakan …..

Waktu itu … dia belum selesai (tahfidznya), bahkan terkesan separuh-separuh dalam menghafalkan Quran,… ” lebih baik, daripada tidak sama sekali” …. begitulah pendiriannya (waktu itu).

Hari berganti hari … minggu pun berlalu, hingga bulan pun secara rutin terus berganti … tanpa hasil yang berarti. Tidak ada informasi tentang lamaran kerja yang ia layangkan, tidak ada panggilan wawancara yang senantiasa ia nantikan, hingga berbuah sebuah keputusasaan … di tengah usahanya, di tengah kegiatan selingannya … “menghafalkan alquran”.

Di suatu malam…
Sebagai orang yang beriman … tentu tak layak meninggalkan “Tuhan”. Keheningan malam pun ia pecah dengan gerakan beraturan … shalat malam. Dengan tetesan air mata, dengan hati yang gundah … dengan pikiran yang tak jelas arah, perasaanpun turut merana … (komplit dah….), ia menengadahkan tangan seraya berdo””a dan sangat berharap jawaban serta belas kasihan Sang Pencipta Alam …

Ya Alloh … dengan takdirMu aku di perantauan ….
Ya Alloh … dengan keMahaTahuanMu … aku dalam kesulitan yang kelam
Ya Alloh … KeputusanMu begitu Indah … hingga aku mengerti hikmah di dalamnya …
Ya Alloh … segala usaha telah kucoba … tak sepeserpun kudapatkan rupiah …
Ya Alloh … dengan kesempatanMu aku berusaha mendekap Kalam Mu, namun apa daya … telah habis bekalku…
tak mungkin ku kembali dengan tangan hampa …
tak mungkin ku membalikkan arah kapal dengan bermodalkan kibaran bendera saja …
haruskah ku pupus asaku …?
haruskan ku hentikan langkahku …?
adakah yang salah denganku …?
ku mohon petunjukMu …

Di malam itu … sahabatku benar-benar merasa dalam kebimbangan, benar-benar dalam kondisi nadhir yang tak terlekkan … bahkan tidak pernah ia bayangkan, hingga pada akhirnya … ia pun meyakinkan dirinya … lewat sebuah do””a

Ya Alloh … dengan segala kelemahanku, aku tak sanggup mendekap kalamMu
habis bekal ini…. habis darah ini… kering kerontang keringat ini …., dan akupun merasa sungguh sendiri
Engkau lebih tahu apa yang terbaik untukku
Engkau lebih mengerti apa yang salah di dalam hati

dan akupun siap kembali meski tanpa hasil yang berarti …
Ya Jabbar … aku hanya bisa berpasrah diri
Di bawah naungan ridlo-Mu…
Di bawah takdir indah-Mu …
Di bawah rahasia keputusan-Mu…

Yaa muqollibal quluuub… tsabbit quluubana ””ala dinik
Yaa mushorrifal quluub … shorrif quluubana ””ala tho””atik

Pagi hari itu …
Selepas malam itu … ia berkemas untuk Boyong (keluar dari pesantren), … hingga kemudian pada sekitar pukul sepuluh pagi … HP sahabatku berbunyi, percakapan luar biasa pun terjadi

Penelpon : Hallo … Assalamu””alaikum … !!!
Sahabatku : Wa””alaikum salam …, ini siapa yach..???
Penelpon : oh kami perwakilan dari perusahaan X …, ini benar Mr. Y
Sahabatku : Oh yach benar … ada yang bisa dibantu?
Penelpon : Begini mas … kami mendapatkan referensi dari pimpinan kami untuk interview kerja di tempat kami.
Sahabatku : ow… begitu, dimana dan kapan pak..???
Penelpon : Di kantor kami,Siang ini, selepsas dhuhur…, mas bisa kan..???
Sahabatku : Oh ..bisa”, insyaAlloh kami hadir….
Penelpon : OK, thanks yach …kami tunggu, wassalamu””aikum
Sahabatku : Wa””alaikum salam

Dengan wajah dan raut muka keheranan, sahabatku seakan bingung dan mencoba mengulang kembali semua ingatan. Dengan sangat yakin ia menceritakan … bahwa ia tidak pernah mengajukan lamaran kerja di perusahaan X yang tak seberapa jauh dari tempat tinggalnya.

Hari itu sungguh sebuah sejarah dalam hidupnya, sekali lagi … Alloh telah menunjukkan kebesaran dan kekuasaanNya. Betapa tidak … sungguh di luar logika, ia diterima kerja di perusahaan yang belum pernah kenal sebelumnya, hanya bermodal review dan surat kesediaan saja.

Sejenak ia termenung .. seakan tak percaya, hingga akhirnya ia sadar, bahwa kesempatan itu adalah bukti kebesaran Alloh dan RidloNya … akan langkah sucinya dalam mendekap kalamNya. Sungguh Alloh telah memuluskan jalanNya … bagi siapa saja yang menuntut ilmu dan memperjuangkan agamaNya. Allohu Akbar …!!!, seketika itu pula sahabatku tersungkur … sujud di balut dengan tangisan, rasa syukur bercampur dengan kekaguman … akan kebesaran TuhanNya …, sebagaimana dalam FirmanNya ( “jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” [QS.47:7].)

… Dengan mata berkunang, diapun memberikan sebuah pernyataan penuh kenyataan “AKU MENGHAFAL QURAN KARENA MALU KEPADA ALLOH” …, Alloh telah memberikan semua bekal untuk perjuanganku, melapangkan jalan ibadahku … dan mengabulkan do””a serta permintaanku …., setelah semua telah nyata … adakah aku sebagai hamba yang beriman ..???., jika tidak memanfaatkan ni””mat yang diberikan…???, bukankah aku hamba yang durhaka … jika memalingkan nikmat yang ada …, tidak untuk mendekap kalamNya …???

===

Sejenak .. mencoba mengambil sebuah pelajaran dari kisah ini, akupun mulai melihat ke dalam hati … ke dalam jiwa, instropeksi diri …, Adakah nikmat Alloh yang aku dustakan…???, jangan-jangan … jangan-jangan … , astaghfirulloh …, Ya Alloh …. hanya dengan petunjukMu aku melihat…, hanya dengan pertolongaMu aku menjadi tahu…, hanya dengan kekuasaan dan kekuatanMu aku sanggup untuk terus maju ….

semoga bisa diambil sebuah hikmah … amin.

WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB

Alloh memberikan masing-masing waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berbeda-beda, diantaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Mereka mengira seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda.
Bagi setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar mendapatkan kesuksesan, keberuntungan, kemenangan dan keselamatan. Adapun waktu-waktu mustajabah tersebut antara lain:
1) Sepertiga Akhir Malam
Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu berfirman: barangsiapa yang berdoa, maka Aku kabulkan, barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku akan mengampuninya.” (Shahih Al-Bukhari, Kitab Da’awaat bab Doa Nisfullail 7/149-150).

2) Tatkala Berbuka Puasa Bagi Orang Yang Berpuasa
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash r.a bahwa dia mendengar Rasululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak.” (Sunan Ibnu Majah, bab Fis Siyam La Turaddu Da’watuhu 1/321 No. 1775. Hakim dalam Kitab Mustadrak 1/422. Dishahihkan sanadnya oleh Bushairi dalam Misbahuz Zujaj 2/17).

3) Setiap Selepas Shalat Fardhu
Dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasululloh SAW ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Alloh SWT, beliau menjawab: Dipertengahan malam yang akhir dan disetiap selesai shalat fardhu.” (Sunan At-Tirmidzi bab jamiud Da’awaat 13/30. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi 3/167-168 No. 2782).

4) Pada Saat Perang Berkecamuk
Dari Sahl bin sa’ad r.a bahwa Rasululloh SAW bersabda: Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang ditolak: doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk.” (Sunan Abu daud Kitab Jihad 3/21 No. 2540. Sunan Baihaqi bab Shalat Istisqo 3/360. Hakim dalam Mustadrak 1/89. Dishahihan Imam Nawawi dalam Al-Adzkaar hal. 341. Dan Al-Albani dalam Ta’liq Alal MIsykat 1/212 No. 672).

5) Sesaat Pada Hari Jum’at
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Abul Qasim SAW bersabda: Sesungguhnya pada hari jum’at ada satu saat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Alloh melainkan akan diberikan padanya, beliau berisyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut”. (Shahih Al-Bukhari kitab Da’awaat 7/166. Shahih Muslim kitab Jumuh 3/5-6). Waktu yang sesaat itu tidak bisa diketahui secara berbeda-beda, sebagimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/203. Dan kemungkinan besar waktu tersebut berada pada saat imam atau khatib naik mimbar hingga selesai shalat jum’at atau hingga selesai waktu shalat ashar bagi orang yang menunggu shalat maghrib.

6) Pada Waktu Bangun Tidur Pada Malam Hari Bagi Orang Yang Sebelum Tidur Dalam Keadaan Suci dan Berdzikir kepada Alloh.
Dari ‘Amr bin ‘Anbasah r.a bahwa Rasululloh SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba tidur malam dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Alloh akan mengabulkannya.” (Sunan Ibnu Majah bab doa 2/352 No. 3924. Dishahihkan oleh Al-Mundziri 1/371 No. 595).
Terbangun tanpa sengaja pada malam hari (An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/190) yang dimaksud dengan “ta’ara minal lail” terbangun dari tidur pada malam hari.

7) Doa Diantara Adzan dan Iqomah
Dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasululloh SAW bersabda: “Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqomah”. (Sunan Abu Daud kitab Shalat 1/144 No. 521. Sunan At-Tirmidzi bab Jamiud Da’waat 13/87. Sunan Al-Baihaqi kitab Shalat 1/410. Dishahihkan oleh Al-Albani kitab Tamamul Minnah hal. 139).

8) Doa Pada Waktu Sujud Dalam Shalat
Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasululloh bahwa SAW bersabda: Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sangat tepat untuk dikabulkan”. (Shahih Muslim kitab Shalat bab Nahi An Qiratul Qur’an fi Ruku’ wa Sujud 2/48) Yang dimaksud adalah sangat tepat dan layak untuk dikabulkan doa kamu.

9) Pada Saat Sedang Kehujanan
Dari Sahl bin A’ad r.a bahwasanya Rasululloh SAW bersabda: Dua doa yang tidak pernah ditolak, doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan”. (Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ No. 3078).
Imam An-Nawawi berkata bahwa penyebab doa pada waktu kehujanan tidak ditolak atau jarang ditolak dikarenkan pada saat itu sedang turun rahmat khususnya curahan hujan pertama di awal musim. (Fathul Qadie 3/340).

10) Pada Saat Ajal Tiba
Dari Ummu Salamah bahwa Rasululloh SAW mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya) dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya kemudian bersabda : Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya. Semua keluarga histeris. Beliau bersabda: Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan”. (Shahih Muslim kitab Janaiz 3/38).

11) Pada Malam Lailatul Qadar
Alloh SWT berfirman: Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejhateraan sampai terbit fajar”. (QS Al-Qadr :3-5). Imam As-Syaukani berkata bahwa Kemuliaan Lailatul Qadar mengharuskan doa setiap orang pasti dikabulkan. (Tuhfatud Dzakirin hal. 56)

12) Doa Pada Hari Arafah
Dari ‘Amr bin Syu’aib r.a dari bapaknya dari kakaeknya bahwasanya Nabi SAW bersabda: Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah”. (Sunan At-Tirmidzi bab Jamiud Da’waat 13/83. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ta’liq alal Misykat 2/797 No. 2598)

(Disalin dari buku Jahalatun nas fid du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa, oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 181-189, terbitan Darul Haq, Penerjemah Zainal Abidin Lc)

Jauhi Segala Bentuk Perdukunan

"Bila anda ingin mengetahui masa depan anda, ketik REG spasi xxx,” demikian bunyi salah satu iklan perdukunan yang ditayangkan di salah satu TV swasta.

Sudah bukan rahasia lagi. Di antara kita, terkadang secara tidak sadar ikut andil dalam proyek perdukunan, baik secara halus, samar-samar, atau terang-terangan. Bahkan ada sebagian orang yang bergantung hidupnya dengan ramalan. Entah ramalan masa depan, jodoh, pekerjaan, atau hal-hal kecil, misalnya ramalan bintang.

Tak sedikit pula di antara kita –di zaman modern ini-- percaya akan hari baik untuk lamaran atau pernikahan. Dalam tradisi Jawa, banyak orang terkadang harus percaya bahwa perjodohan ditentukan oleh weton (nama hari dalam kelahiran Jawa, red) atau dikenal pula dengan Horoskop. Dengan weton, seseorang dinilai, bahkan dilihat, apakah pasangan satu dengan pasangan yang lainnya cocok dan diperbolehkan untuk melanjutkan hubungan.

Padahal, Allah berfirman dengan jelas, tanpa perlu ditafsirkan lain-lain, bahwa segala urusan yang ghaib (termasuk kematian, kelahiran, jodoh, rezeki, dll) hanyalah rahasia Allah SWT.

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ . إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. al-Jinn : 26-27)

Dalam firman yang lain Allah juga mengatakan:

قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ

“Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. an-Naml : 65)

Maka para dukun, peramal, penyihir, dan semisal mereka, adalah orang-orang yang paling sesat, paling berat hukuman di akhirat. Sebab, sesungguhnya mereka tidak mengetahui yang ghaib, kecuali sesungguhnya ia hanya berbohong kepada manusia.

إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلاَيُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى

“Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang". (QS. Thaha:69)

Dalam hadits shahih dari Rasulullah bersabda:

اجْتَنِبُوْا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ. قَالُوْا:يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَكْلِ الرِّبَا وَأَكْلِ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ

"Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan. Mereka bertanya: apakah itu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan sebab yang dibenarkan agama, memakan riba, memakan harta anak yatim, kabur dari medan perang, menuduh zina terhadap wanita yang terjaga dari perbuatan dosa, tidak tahu menahu dengannya dan beriman kepada Allah.” [Muttafaqun �alaih].

Hadits ini menunjukkan begitu besarnya dosa sihir, karena Allah menyertakannya dengan perbuatan syirik dan mengabarkan bahwa ia termasuk perkara yang membinasakan. Sihir adalah kafir karena ia tidak bisa sampai kepadanya, kecuali dengan kufur.

Dan dalam riwayat yang shahih dari Amirul Mukminin Umar bin Khathab, ia menyuruh membunuh sebagian penyihir dari laki-laki dan perempuan. Dan seperti inilah diriwayatkan dari Jundub al-Khair al-Azdi, salah seorang sahabat Nabi, bahwa ia membunuh sebagian penyihir. Dan dalam riwayat yang shahih dari Hafshah radhiyallahu �anha, ia menyuruh membunuh budak wanita miliknya yang telah menyihirnya, lalu budak wanita itu dibunuh. Dan dari Aisyah radhiyallahu �anha, ia berkata: “Orang-orang bertanya kepada Nabi tentang para dukun.� Maka beliau bersabda: �Mereka tidak ada apa.� Mereka bertanya: �Sesungguhnya mereka terkadang menceritakan sesuatu lalu menjadi kenyataan.� Maka Rasulullah bersabda: �Itu adalah kata-kata dari al-Haqq yang dicuri oleh jin, lalu mereka mengulang-ulangnya di telinga kekasihnya, lalu mereka mencampur padanya lebih dari seratus kebohongan.” [HR. al-Bukhari].

Dan dalam riwayatkan Ibnu Abbas, Nabi bersabda:

مَنْ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُوْمِ فَقَدْ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ

"Barangsiapa yang mengambil satu ilmu dari ilmu nujum (astrologi) niscaya ia telah mengambil satu cabang dari sihir, setiap bertambah ilmu yang dipelajarinya, bertambah pula dosanya." [HR. Abu Daud dan isnadnya shahih].

Dan dalam riwayat an-Nasa`i, dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda:

مَنْ عَقَدَ عُقْدَةً ثُمَّ نَفَثَ فِيْهَا فَقَدْ سَحَرَ وَمَنْ سَحَرَ فَقَدْ أَشْرَكَ وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِّلَ إِلَيْهِ

��Barangsiapa mengikat buhul, kemudian meniup padanya, maka sungguh ia telah menyihir, dan barangsiapa yang menyihir, berarti ia berbuat syirik, dan barangsiapa yang bergantung kepada sesuatu, maka dirinya dijadikan Allah mengandalkan sesuatu itu."

Hadits ini menunjukkan bahwa sihir adalah perbuatan syirik karena hal itu tidak bisa terwujud tanpa menyembah jin dan mendekatkan diri kepada mereka dengan cara melaksanakan permintaan mereka, seperti menyembelih dan berbagai bentuk ibadah lainnya, dan ibadah kepada mereka adalah perbuatan syirik.

Barangsiapa yang datang kepada mereka dan mempercayai ucapan mereka tentang ilmu gaib, maka ia kafir, berdasarkan hadits riwayat Ahmad dan ashhab sunan (empat kitab sunan) dari hadits Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم.

"Barangsiapa yang mendatangi peramal atau dukun, lalu membenarkan ucapannya maka sungguh telah kufur (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad.”

Dan Muslim meriwayatkan dalam shahihnya, dari sebagian istri Nabi , sesungguhnya beliau bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْئٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً

"Barangsiapa yang mendatangi peramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu niscaya shalatnya tidak diterima selama 40 hari."

Dan dari Imran bin Hushain, dari Nabi, beliau bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ, أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ, أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ. وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم.

"Bukan termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta tathayyur (menganggap sial dengan sesuatu) untuknya, atau meramal atau meminta diramal untuknya, atau menyihir atau meminta disihir untuknya, dan barangsiapa yang mendatangi dukun lalu membenarkan ucapannya, maka sungguh ia telah kafir dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad." [HR. al-Bazzar dengan isnad jayyid].

Dari hadits-hadits di atas, jelaslah bagi pencari kebenaran bahwa ilmu nujum (astrologi), yang dinamakan ramalan, membaca telapak tangan, membaca gelas, mengenal garis dan semisal yang demikian itu yang diakui oleh para dukun, peramal dan penyihir, semuanya termasuk ilmu jahiliyah yang diharamkan oleh Allah --dan rasul-Nya--, dan dari perbuatan mereka yang Islam datang untuk membatalkannya, memperingatkan dari perbuatannya, atau mendatangi pelakunya dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, atau mempercayai ucapannya, karena hal itu termasuk ilmu gaib yang hanya Allah, yang mengetahuinya.

Nasihat saya bagi setiap orang yang bergantung dengan perkara ini agar ia bertaubat kepada Allah, dan meminta ampun kepada-Nya. Hendaklah ia berpegang kepada Allah, bertawakal kepada-Nya dalam segala perkara, serta melakukan sebab-sebab yang dibolehkan.

Hendaklah ia meninggalkan perkara-perkara jahiliyah, menjauh darinya, memperingatkan bertanya kepada pelakunya atau membenarkan mereka karena taat kepada Allah, dan rasul-Nya, dan menjaga agama dan aqidahnya, menjaga diri dari kemurkaan Allah, dan menjauhkan diri dari sebab-sebab kesyirikan dan kufur yang barangsiapa yang mati atasnya niscaya ia rugi dunia dan akhirat.

Kami memohon afiyat kepada Allah. Dari hal itu, kita berlindung kepada-Nya dari segala hal yang menyalahi syari�atnya atau menjerumuskan dalam murka-Nya. sebagaimana kami memohon kepada-Nya agar memberi taufik kepada kita dan semua kaum muslimin untuk memahami agama-Nya dan berpegang teguh atasnya.

Dan semoga Dia, melindungi kita semua dari fitnah yang menyesatkan dan dari kejahatan diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. Sesungguhnya Dia, Yang Mengatur hal itu dan Maha Kuasa atasnya. Semoga rahmat dan kesejahteraan Allah, selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. [dari Fatawa wa Maqalat mutanawwi�ah, Syaikh Bin Baz—Majmu/www.hidayatullah.com]

Janji Ketemu di Syurga

Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja� bin Amr An-Nakha�i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia kuat beribadah dan sangat rajin. Suatu saat dia mampir berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha�.

Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata, si wanita cantik ini pun begitu juga padanya. Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang melamarnya dari ayahnya. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, �Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu.

Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku�. Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, �Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, "sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar." (Yunus:15)

Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.�

Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda.

Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo�akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburanya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"

Dia menjawaba, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."

Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia jawab, "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."

Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."

Si pemuda bertanya, "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.

Akhir yang bahagia......

Andai Tuhan Punya Facebook

Tahukah sesuatu yang berubah darimu?

tidak ada, hanya setitik perbedaan dan itu kau anggap biasa

tapi tidak bagiKu

Setiap bangun pagi, kau menyapanya

menyalurkan kata-kata hati dan mimpimu semalam padanya

kadang keadaanmu bagus, kadang tidak

Di sekolah pun kau bersamanya

di kelas, di kantin, di WC, selalu berdua

tak jarang guru menegurmu karena kau asyik dengannya

maka tak heran prestasimu menurun, meski kadang naik

kadang keadaanmu bagus, kadang tidak

Di rumah pun, kau habiskan canda tawamu dengan dia

orang tuamu sering berbicara dua kali, dan lebih keras, karena kau tidak benar-benar mendengarkan mereka

adikmu, kakakmu, dan kamu juga kini jarang bercengkerama

kadang keadaanmu bagus, kadang tidak

Di dalam kesendirianmu, keceriaanmu

dalam sedih, dan dukamu

dalam marah, dan harumu

dalam jatuh, dan bangkitmu

juga dalam sakit, dan riangmu

selalu ada Aku, tapi itu dulu

sekarang ada dia, dan hanya dia

tempatmu berkeluh kesah, bermain logika, berbagi kenarsisan, dan lainnya

dan kadang keadaanmu bagus, kadang tidak

tahukah kamu, sahabatmu jadi menjauh karena dia

tahukah kamu, orang tuamu jadi sedih karena dia

tahukah kamu, guru dan teman-temanmu seakan asing karena dia

dan tahukah kamu, sekarang dirimu lebih singkat menyapaKu

kadang keadaanmu bagus, kadang tidak

Sehari, berkali-kali kau menyapanya

sehari, 5 kali kau menyapaKu, kadang kurang dari itu

seminggu, kau beratus kali membaca status teman-temanmu

seminggu, kau hanya sekali-kali membaca firman-firmanKu

sebulan, ratusan foto kau upload untuknya

sebulan, hanya segelintir do’a dan permintaan yang kau upload padaku

setahun, 365 hari kau bersamanya, ratusan kali kau update statusmu untuknya

dan setahun, kau menjalani hari-harimu tanpaKu di hatimu

Sedih hatiku, semua yang kau butuhkan tak pernah ragu Ku limpahkan untukmu, hanya untukmu

tapi dirimu masih saja ragu akan eksistensiKu

Aku bisa saja membuatmu jatuh, tersungkur, dan terpukul, dengan menghancurkan dia atau dirimu

itu mudah untukku,tapi tidak, Aku hanya ingin disembah dengan baik

tak akan Ku sakiti hambaKu dengan cara seperti itu

Aku tau kau akan berubah, Aku hanya mengujimu

Seberapa pentingkah Aku bagimu, hambaKu :)

kadang statusmu bagus, kadang tidak



sumber : http://fiksi.kompasiana.com/group/puisi/2010/08/26/andai-tuhan-punya-facebook/

IJMA’ ULAMA TENTANG KEHARAMAN BUNGA BANK

Oleh : Drs.Agustianto,M.Ag

Adalah keliru besar, jika ada orang yang mengatakan bahwa ulama saat ini berbeda pendapat tentang hukum bunga bank. Telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan para ahli ekonomi Islam dan ulama berkaliber dunia tentang ijma’nya para ulama tentang keharaman bunga bank, di antaranya oleh Prof. Dr.M.Umer Chapra, Prof. M.Akram Khan, Prof.Dr.Yusuf Qardhawi, dll. Tulisan ini ingin mengetengahkan pembahasan tentang telah terjadinya ijma’ seluruh ulama dunia mengenai keharaman bunga (interest), baik bunga bank, asuransi, pegadaian, koperasi, obligasi dan seluruh institusi yang menerapkan sistem bunga.
Pengertian Ijma’
Para ulama ushul fiqh mendefinisikan ijma’ yaitu, kesepakatan semua ulama mujtahid dari ummat Islam pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah terhadap suatu hukum syara’. Demikian Rumusan Abdul Wahhab Khallaf dalam kitab Ilmu Ushul Fiqh Defenisi dari berbagai literatur yang lain juga memberikan pengertian yang sama dengan Abdul Wahhab Khallaf..
Para ulama menetapkan bahwa ulama yang melakukan ijma’ adalah orang yang memenuhi syarat. Salah satu syaratnya adalah ulama tersebut memahami persoalan (masalah) yang diijtihadi. Syarat ini sangat masuk akal, sebab, bagaimana mungkin seorang ulama berijtihad tentang suatu masalah, sementara ia tidak mengetahui masalah yang diijthadi. Seorang ulama yang berijtihad tentang bunga bank, haruslah mengerti ilmu ekonomi makro, misalnya kaitan (dampak )bunga terhadap investasi, produksi, unemployment, inflasi, kaitan bunga dengan spekulasi dan volatilitas mata uang di suatu negara, dsb. Dia juga harus mengerti teori-terori tentang bunga dan tentunya mengerti konsep okonomi Islam tentang fungsi uang. Pendeknya ia faham tentang ilmu moneter Islam..
Ijma’ dan Istiqra
Penetapan telah terjadinya ijma’ ulama tentang keharaman bunga bank bukan kesimpulan yang bersifat gampangan, tetapi setelah melakukan istiqra (penelitian) yang mendalam terhadap pendapat semua pakar ekonomi Islam sejak tahun 1970-an hingga saat ini.
Ulama (pakar) yang mengatakan ijma’nya ulama tentang keharaman bunga bank bukan sembarang ulama dan bukan satu dua orang. Mereka adalah para ulama yang ahli ilmu ekonomi, yang umumnya mereka sarjana ekonomi Barat. Kapasitas mereka sebagai ilmuwan ekonomi Islam tidak diragukan sedikitpun, karena latar belakang keilmuwan mereka sejak awal adalah ilmu ekonomi konvensional, tetapi mereka memahami syari’ah secara mendalam. Jumlah mereka sangat banyak. Menurut Yusuf Qardhawi mencapai 300 orang. Hasil karya intelektual mereka tentang ekonomi Islam yang telah dipublikasikan, sejak tahun 1960-an sampai sekarang, lebih dari 2000-an buah dalam bentuk buku dan tulisan di juornal-juornal ilmiah. Sekedar menyebut sebagian nama-nama mereka antara lain, 1. Prof.Dr.Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy,2. Prof.Dr.Muhammad Abdul Mannan,MA, 3.Prof.Dr.M.Umer Chapra, 4. Prof.Dr.Masudul Alam Khudary, 5. Prof.Dr. Monzer Kahf, 6. Prof.Dr. M.Akram Khan, 7. Prof.Dr.Kursyid Ahmad, 8.Prof.Dr.Dhiauddin Ahmad, 9. Prof.Dr. Muhammad Muslehuddin, 10.Prof.Dr. Afzalur Rahman, 11. Prof.Dr. Munawar Iqbal Quraisy, 12. Prof.Dr.Hasanuz Zaman, 13. Prof. Dr.M.Sudin Haroen, 14. M.Fahim Khan,.15. Prof.Dr.Volker Ninhaus, 16. Dr.Mustaq Ahmad. 17. Dr.Abbas Mirakhor, 18. Ausaf Ahmad, 19. Rauf Ahmed Azhar, 20. Syed Nawab haidar Naqvi, 21. Baqir al-Sadr, 22. Ahmad Najjar, 23. Ahmad Shalah Janjum (Pakistan), 24. Muhammad Ahmad Sakr, 25 .Kadim Al-Sadr, 26. Abdul Hadi Ghanameh, 27. Manzoor Ali, 28. Dr.Ali Ahmad Rusydi, 29. Dr.Muhammad Ariff, 30. Dr. Zubeir Hasan, 31.Prof.Dr Muhammad Iqbal Anjum, 32. Prof.Dr.Mazhar Islam, 33. Dr. Fariruddin Ahmad, 34. Dr.Syahadat Husein 35.Dr.Badruddin (Oman) 36. Dr.Mabid Ali Al-Jarhi, 37. Prof.Dr.Anas Zarqa, 38. Dr.Muhammad Uzei, 40. Dr.F.R Faridi, 41. Dr.Mahmud Abu Su’ud. 42. Dr.Ijaz Shafi Ghilani, 43. Dr.Sahabuddin Zain, 44. Mukhtar M.Metwally, 45. Dr.Hasan Abu Rukba, 46. Muhammad Hameedullah, 47. B.S Sharraf 48. Dr. Zubair Hasan, 49. Skharur Rafi Khan, 50. Prof. Dr. Mahmud Ahmad.51. dan lain-lain
Masih banyak lagi pakar ekonomi Islam lainnya.-.yang tidak dipaparkan di sini. Semua mereka mengecam dan mengharamkan bunga, baik konsumtif maupun produktif, baik kecil maupun besar, karena bunga telah menimbulkan dampak sangat buruk bagi perekonomian dunia dan berbagai negara. Krisis ekonomi dunia yang menyengsarakan banyak negara yang terjadi sejak tahun 1930 s/d 2000, adalah bukti paling nyata dari dampak sistem bunga.
Karena kesepakatan para pakar ekonomi Islam itulah, maka Prof.Dr.M.Umer Chapra mengatakan bahwa mereka ijma’ tentang keharaman bunga bank. Chapra adalah ahli ekonomi Islam paling terkemuka saat ini dan sangat produktif menulis tema-tema ekonomi Islam. Karena itu ia mendapat Award Faisal dari kerajaan Saudi Arabia, lantaran karya-karyanya yang spektakuler di bidang ekonomi Islam.
Menurut M.Umer Chapra, ulama saat ini sesungguhnya telah ijma’ tentang keharaman bunga bank. Dalam puluhan kali konferensi, muktamar, simposium dan seminar, para ahli ekonomi Islam dunia, Chapra menemukan terwujudnya kesepakatan para ulama tentang bunga bank. Artiya tak satupun para pakar yang ahli ekonomi itu yang mengatakan bunga syubhat atau boleh. Ijma’nya ulama tentang hukum bunga bank dikemukaka Umer Chapra dalam buku The Future of Islamic Econmic,( 2000).
Jadi, dalam penelitian Umer Chapra, tak sartu pun ulama yang ditemuinya membolehkan bunga bank. Dalam merespon pernyataan Umer Chapra tersebut, kita tentu bertanya. Bukankah ada ulama yang membolehkan bunga.? Nah, dalam pandangan Umer Chapra, kalaupun ada tokoh yang membolehkan bunga, misalnya Ahmad Khan (India) pada abad 19. Tokoh itu dinilainya tidak berkapasitas sebagai ahli ekonomi. Dan tak memiliki keilmuan yang memadai tentang ilmu ekonomi, khususnya ilmu moneter. Sedangkan untuk memustuskan suatu hukum, haruslah orang itu ahli di bidang hukum yang diputuskannya itu. Demikian pula misalnya Ahmad Hasan dari Indonesia, dia bukanlah seorang ekonom yang faham tentang ilmu moneter dan ekonomi makro atau ekonomi pembangunan. Jadi dalam kerangka pemikiran Umer Chapra, segelintir tokoh-tokoh itu, sama sekali tak memiliki keilmuan yang memadai tentang ilmu moneter dan oleh karena itu pendapat mereka tidak mu’tabar (diakui).
Selain Prof.Dr M.Umer Chapra, ahli ekonomi Islam yang mengatakan ijma’nya ulama tentang keharaman bunga bank adalah Prof.Dr.M.Akram Khan, seorang pakar ekonomi terkemuka dari Pakistan. Sebagai seorang ekonom muslim, beliau melakukan penelitian terhadap pendapat para ahli ekonomi Islam di seluruh dunia. Dalam penelitiannya beliau tidak menemukan ada pakar (ilmuwan) ekonomi Islam yang membolehkan bunga bank.
Sebagaimana Umer Chapra, Prof.Dr..M. Akram juga mengatakan ijma’nya ulama tentang bunga bank. Dia mempejalari pendapat-pendapat para ahli yang diakuinya sebagai ulama kridible dalam bidang ekonomi. Beliau tentu telah membaca ribuan buku tentang ekonomi Islam yang menjadi bidang keahliannya. (Penulis tinggal di Jakarta, Sekretaris Jendral Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Pusat dan Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta.

Nama-nama Syurga & Tingkatannya

Nama-nama Syurga sesuai Tingkatannya

Nama Syurga itu antara lain :
1. Surga /'Adn
2. Surga Na/'iim
3. Surga Ma/'wa
4. Surga Darussalam
5. Surga Darul Muqamah
7. Surga Maqamul Amin
8. Surga Khuldi

Sementara Surga dibagi atas beberapa pintu, masing-masing pintu memiliki kunci
ibadah khusus (QS. AZ-Zumar:73)

ada pintu syuhada, pintu /'Adn, pintu shalat, pintu puasa dll.

Surga Firdaus
Mengenai surga firdaus ini, dalam Al Qur'an, surat Al Kahfi, ayat 107, Allah swt. telah menegaskan: "sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh bagi mereka adalah 'surga firdaus menjadi tempat tinggal".
Juga penegasanya dalam Al Qur'an, surat Al Mu'minuun, ayat 9-11.
"Dan orang-orang yang memelihara shalat: Mereka itu adalah orang - orang yang akan mewarisi (yaitu) yang bakal mewarisi surga firdaus, mereka kekal di dalamnya".

Surga Adn
Surga 'Adn ini telah banyak sekali dijelaskan dalam Al Qur'an. yaitu sebagai berikut: Firman Allah swt. di dalam surat Thaaha, tepatnya ayat 76.
"(Yakni) surga 'Adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, didalamnya mereka kekal. dan itulah (merupakan) balasan bagi orang yang ( dalam keaddan ) bersih ( saat didunianya dari berbagai dosa )".
Firman-nya lagi didalam surat Shaad, ayat 50 :
"(Yaitu) surga'Adn yang pintu - pintunya terbuka bagi mereka".

Surga Na'iim
Dalam Al Qur'an surat al Hajj, ayat 56. Allah swt. telah menegaskan :
" Maka orang - orang beriman dan mengerjakan amal shaleh ada di dalam surga yang penuh kenikmatan".
Firman-nya lagi dalam surat Al Luqman, ayat 8 :
"Sesungguhnya orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, bagi mereka bakal mendapat surga yang penuh kenikmatan".

Surga Ma'wa
Banyak sekali didalam Al Qur'an dijelaskan, antara lain :
Surat As Sajdah, ayat 19 Allah swt. menegaskan:
"Adapun orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. maka bagi mereka mendapat surga - surga tempat kediaman, merupakan pahala pada apa yang telah mereka:kerjakan".
Firman-nya lagi didalam surat An Nizat, ayat 41:
"Maka sesungguhnya surga ma'walah tempat tinggal(nya)".

Surga Darussalam.
Mengenai surga Darussalam ini, telah banyak dijelaskan didalam Al Qur'an, diantaranya ialah : Dalam surat Yunus, ayat 25 :
"Dan allah meriyeru (manusia) ke Darussalam (yakni surga),
dan memimpin orang yang dikhendaki-nya kepada jalan yang lurus".

Surga Daarul Muqoomah.
Sesuai dengan penegasan allah swt. di dalam Al Qur'an, surat Faathir, ayat 34-35:
"Dan berkatalah mereka : Segala puji bagi allah yang telah mengapus (rasa) duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha Pengmpun lagi Maha Mensyukuri: Yang memberi tempat kami di dalam tempat yang kekal (surga) dan karunia-nya".

Surga maqoomul Amiin.
Sesuai dangan penegasan Allah swt. didalam Al Qur'an, surat Ad Dukhan, ayat 51:
"sesungguhnya orang - orang yang bertawakal tinggal didalam tempat yang aman (surga)".

Surga Khuldi.
Di dalam Al Qur'an tepatnya surat Al Furqaan, ayat 15, Allah swt. telah menegaskan :
"Katakanlah : "Apa (siksa) yang seperti itu yang baik, atau surga yang kekal, yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, sebagai balasan dan kediaman kembali mereka".

UNTA MENJADI HAKIM

Pada zaman Rasulullah s.a.w, ada seorang Yahudi yang menuduh orang Muslim mencuri untanya. Maka dia datangkan empat orang saksi palsu dari golongan munafik. Nabi s.a.w lalu memutuskan hukum unta itu milik orang Yahudi dan memotong tangan Muslim itu sehingga orang Muslim itu kebingungan. Maka ia pun mengangkatkan kepalanya menengadah ke langit seraya berkata, "Tuhanku, Engkau Maha Mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak mencuri unta itu."
Selanjutnya orang Muslim itu berkata kepada Nabi s.a.w, "Wahai Rasulullah, sungguh keputusanmu itu adalah benar, akan tetapi mintalah keterangan dari unta ini."

Kemudian Nabi s.a.w bertanya kepada unta itu, "Hai unta, milik siapakah engkau ini ?"
Unta itu menjawab dengan kata-kata yang fasih dan terang, "Wahai Rasulullah, aku adalah milik orang Muslim ini dan sesungguhnya para saksi itu adalah dusta."
Akhirnya Rasulullah s.a.w berkata kepada orang Muslim itu, "Hai orang Muslim, beritahukan kepadaku, apakah yang engkau perbuat, sehingga Allah Taala menjadikan unta ini dapat bercakap perkara yang benar."
Jawab orang Muslim itu, "Wahai Rasulullah, aku tidak tidur di waktu malam sehingga lebih dahulu aku membaca selawat ke atas engkau sepuluh kali."

Rasulullah s.a.w bersabda, "Engkau telah selamat dari hukum potong tanganmu di dunia dan selamat juga dari seksaan di akhirat nantinya dengan sebab berkatnya engkau membaca selawat untukku."
Memang membaca selawat itu sangat digalakkan oleh agama sebab pahala-pahalanya sangat tinggi di sisi Allah. Lagi pula boleh melindungi diri dari segala macam bencana yang menimpa, baik di dunia dan di akhirat nanti. Sebagaimana dalam kisah tadi, orang Muslim yang dituduh mencuri itu mendapat perlindungan daripada Allah melalui seekor unta yang menghakimkannya.
PAHSuatu hari satu pertempuran telah berlaku di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua-dua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke markas masing-masing.
Di sana Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah berlaku itu. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang dari sahabat mereka iaitu, Qotzman. Semasa bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar membaham mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah mulut ketika itu.

"Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata salah seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun menjawab, "Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka."
Para sahabat menjadi heran mendengar jawapan Rasulullah itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam boleh masuk dalam neraka. Para sahabat berpandangan antara satu sama lain apabila mendengar jawapan Rasulullah itu.
Rasulullah sedar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas baginda berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang itu pula dihadapkan ke dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya."

"Dia melakukan perbuatan itu adalah kerana dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan kerana berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihatkan keadaannya yang parah, ramai orang menyangka yang dia akan masuk syurga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka."
Menurut Rasulullah S.A.W lagi, sebelum dia mati, Qotzman ada mengatakan, katanya, "Demi Allah aku berperang bukan kerana agama tetapi hanya sekadar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak kerana itu, aku tidak akan berperang."

Riwayat ini telah dirawikan oleh Luqman Hakim.LAWAN NERAKA

sebuah renungan

Dalam sebuah pidatonya, Sayyidina Abu Bakar ash-shiddiq ra berkisah :
Akan didatangkan pada hari kiamat seorang hamba yang telah diberikan nikmat yang sangat banyak oleh Allah dan dilapangkan rezekinya. Badannya sungguh sehat, tapi ia kufur terhadap nikmat Rabbnya. Ia ditegakkan di hadapan Allah dan ditanya tentang apa yang telah ia lakukan untuk harinya saat kiamat itu dan apa yang telah ia lakukan untuk dirinya sendiri.
Ia tidak mendapatkan dirinya telah melakukan kebajikan, lalu ia menangis hingga air matanya mengalir. Kemudian ia menyesali dan meratapi dirinya karena tidak taat kepada Allah hingga menangis dengan mengeluarkan darah.
kemudian ia menyesali dan meratapi nasibnya hingga ia memakan kedua tangannya sampai ke pergelangannya. Kemudian ia menyesali dan meratapi dirinya karena tidak taat kepada Allah dan meraung-raung sampai kedua biji matanya jatuh di atas pipinya. Jarak di antara keduanya satu kali satu parsakh. Kemudia ia menyesali dan meratapi nasibnya hingga berkata, “Wahai Rabbku, kirimlah aku segera ke neraka-Mu. Kasihanilah aku di tempat ini …”

Sabtu, 28 Agustus 2010

Marhaban Ya Ramadhan

Ramadhan Bersama Kita....

"Barangsiapa gembira menyambut datangnya bulan suci Ramadhan maka niscaya Alloh SWT akan mengharamkan dirinya dari jilatan api neraka (Al-Hadis)

Ketahuilah...

Masa yg hilang tidak bisa diulang

Raihlah kesempatan yg belum tentu ada lagi

Datang pada bulan ini...

Setiap perbuatan baik pahalanya berlipat ganda

Seribu kali pahala biasa

Perbanyaklah membaca Al Qur’an

Hormatillah orang yg berpuasa

Jagalah lidahmu dari hal yg tak berguna

Peliharalah penglihatanmu dari dosa

Ingatlah!

Lusa belum tentu kita berjumpa

Dengan Ramadhan....

Note: Atas nama pribadi & keluarga mohon maaf atas segala kekhilafan. Selamat menunaikan ibadah shaum Ramadhan. Mari bersama mensucikan diri untuk meraih kemenangan di hari yg fitri...

Masihkah Kita Ragu Mengikuti Petunjuk-Nya?

Dalam kitab "Fadhail A'mal" susunan Al Kandhalawi, diceritakan bahwa Syaikh Abu Abdullah berkata :

" Suatu hari ibu saya meminta ayahku membeli ikan di pasar. Kemudian saya pergi bersama ayahku. Setelah ikan dibeli, kami memerlukan seseorang untuk membawanya. Kebetulan ada seorang pemuda sedang berdiri di pasar dan pemuda itu membawa ikan di atas kepalanya dan turut bersama kami ke rumah.

Di tengah perjalanan, kami mendengar suara adzan, pemuda itu berkata : "Penyeru Allah telah memanggil, izinkan saya berwudhu, barang ini akan saya bawa setelah shalat nanti, apabila bapak setuju, silakan menunggu, jika tidak, silakan bawa sendiri". Setelah berkata demikian, dia meletakkan ikan itu dan pergi ke masjid.

Ayahku berpikir pemuda itu memiliki keyakinan yang begitu kuat kepada Allah swt. Akhirnya ayah meletakkan ikan itu kemudian kami pergi ke masjid. Setelah kembali dari masjid, ternyata ikan itu masih utuh di tempatnya, lalu pemuda itu mengangkat kembali ikan itu dan bersama-sama menuju rumah.

Setelah di rumah, ayah menceritakan peristiwa tadi kepada ibu. Ibu berkata kepada pemuda itu : "Simpanlah ikan itu, mari makan bersama kami, setelah itu kamu boleh pulang". Tetapi pemuda itu menjawab : " Maafkan saya, saya sedang berpuasa" "Kalau begitu, datanglah nanti petang dan berbukalah disini, " kata ayah memaksa. Pemuda itu berkata : "Biasanya jika saya telah pergi, saya tidak akan kembali lagi. Namun untuk kali ini saya akan pergi ke masjid dan nanti petang saya akan kembali kemari."

Sesudah itu dia pergi ke masjid di dekat rumah. Pada petang harinya setelah shalat maghrib dia datang dan makan bersama kami. Setelah makan, kami menyiapkan sebuah kamar untuknya agar dia dapat beristirahat tanpa terganggu oleh siapapun. Di sebelah rumah kami, ada seorang wanita tua yang lumpuh. Kami benar-benar terkejut ketika melihatnya berjalan. Kami bertanya : "Bagaimanakah engkau dapat sembuh ?" Wanita tua itu menjawab : "Berkat tamu anda, saya memohon kepada Allah agar kaki saya disembuhkan. Dan Allah telah mengabulkan do'a saya." Ketika kami mencari pemuda itu, ternyata dia telah meninggalkan kamarnya, pergi tanpa diketahui siapapun juga.".

Dari kisah ini, Allah akan memberikan petunjukNya kepada siapa saja yang dikehendakiNya, terlebih kepada yang selalu berusaha mentaati segala perintahNya terutama bagi yang selalu menjaga shalatnya, sebagaimana firmanNya : "Jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu."(QS Al Baqarah 45).

Pada November 1993, ketika saya ditemani seorang staf eksplorasi ditugaskan untuk melakukan "geological reconaissance and sampling" di Pulau Laut, Kalimantan Selatan, mendapatkan sesuatu yang cukup menakjubkan setelah mendapat petunjuk dalam shalat subuh.

Sebenarnya, kami telah melakukan pengamatan cukup lama dan mengambil contoh batuan di sebuah singkapan di pinggir jalan utama di pulau tersebut (lokasi 38) pada sore hari sehabis hujan. Namun pada hari berikutnya, setelah selesai shalat subuh, seperti mendapat petunjuk berupa bisikan dalam qalbu, agar kembali ke lokasi 38 lagi, dan kami ikuti petunjuk itu. Pada awalnya kami tidak menemukan sesuatu yang aneh di lokasi tersebut, namun ketika melihat genangan air di tepi jalan, ada tanda minyak di permukaan air, dan setelah ditelusuri ternyata bersumber dari singkapan batuan diatasnya (kemarin sudah dicek, tidak ada).

Tentu ini suatu yang mengherankan, karena letaknya di pinggir jalan dan daerah ini sudah disurvey oleh berbagai instansi/perusahaan sejak jaman penjajahan Belanda, tidak pernah ada satupun yang melaporkan adanya rembesan minyak di pulau tersebut.

Dari pengalaman tersebut, saya semakin yakin akan firman Allah :" Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." (QS At Taghabun 11) dan "... Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberi mereka balasan ketaqwaannya." (QS Muhammad 17) .

Dalam firmanNya yang lain :"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya" (QS Yunus 9).

Masihkah kita ragu untuk mengikuti petunjukNya dan untuk selalu taat kepadaNya ?

Nasehat Lukman Al Hakim pada anaknya

Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula Rasul tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur'an adalah Lukman Al Hakim. Kenapa, tak lain, karena hidupnya penuh hikmah. Suatu hari ia pernah menasehati anaknya tentang hidup.

"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan badah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir."

"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."

"Anakku, ikutlah engkau pada orang-orang yang sedang menggotong jenazah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu."

"Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."

"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan."

"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."

"Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para nabi. Kalimat itu adalah:

1. Jika kau beribadah pada Allah, jagalah pikiranmu baik-baik.
2. Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.
3. Jika kau berada di tengah-tengah majelis, jagalah lidahmu.
4. Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.
5. Ingatlah Allah selalu.
6. Ingatlah maut yang akan menjemputmu
7. Lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
8. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu.

Character Building Melalui Ramadhan

Dalam berbagai literatur apapun pengertian tentang puasa adalah al-imsak menahan. Ismail Raji Alfaruqi menyebut puasa sebagai media yang paling tepat untuk menahan diri. Kata kunci puasa sejak diwajibkannya terhadap umat terdahulu sampai sekarang adalah menahan diri dari segala perangai buruk yang merupakan karakter binatang. Oleh karena itu puasa Ramadhan sebagai bulan yang begitu khusus diberikan oleh Allah SWT menyediakan waktu dan metode dalam pembentukan karakter manusia. Karakter manusia yang diharapkan lahir dari madrasah Ramadhan adalah manusia yang bertaqwa (QS.2:183).

Jalan menuju karakter menjadi manusia bertaqwa ada dalam makna-makna tertinggi berpuasa, di antaranya :

Pertama, Ramadhan mengajarkan optimisme. Tidak ada satupun ancaman bagi orang yang bersiap bersatu dengan Ramadhan. Setiap orang dalam keadaan apapun sebelumnya Ramadhan menjawabnya dengan optimism. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa bulan Ramadhan awalnya adalah bulan rahmat, pertengahannya ampunan dari segala bentuk dosa, dan akhirnya adalah selamatnya kita dari api neraka. Syeikh Abdul Fatah Ilmuwan Mesir memaknai hadits ini bahwa kendatipun orang sepanjang hayat tidak pernah mendapat rahmat dan ampunan dari Allah tetapi begitu datang Ramadhan ia bertaubat memohon ampun, maka Allah akan memberikan ampunan tersebut dan akhirnya dijaga oleh Allah SWT segala keburukan tingkah lakunya.

Kedua, puasa Ramadhan membiasakan orang untuk jujur dan adil. Jujur artinya ia dapat dipercaya dan tidak melakukan bentuk kebohongan sekecil apapun. Dalam hadits riwayat Bukhari Nabi Muhammad SAW bersabda barangsiapa yang berpuasa tetapi tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya (puasanya). Para tokoh dunia yang berhasil menjadi pemimpin adalah mereka yang memiliki sifat kejujuran. Nabi Muhammad SAW menjadi tokoh yang paling berpengaruh di dunia ini memupuk diri menjadi seorang yang memiliki kepribadian jujur sehingga semasa muda sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul telah diberi gelar oleh masyarakatnya dengan al-amin yaitu orang terpercaya. Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang menyebabkan krisis multi dimensional adalah karena kita sudah tidak memiliki sifat kejujuran. Akibatnya korupsi, manipulasi, kolusi, dan nepotisme menjadi bagian dari karakter hidup. Puasa Ramadhan mentraining kita untuk keluar dari cengkraman virus tersebut. Pentingnya jujur dan adil dalam kehidupan sebagai bukti taqwa Allah SWT mengingatkan, "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran/kejujuran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS.Almaidah:8).

Ketiga, puasa Ramadhan membiasakan hidup disiplin. Puasa Ramdahan memiliki aturan waktu yang sangat jelas. Misal pelaksanaannya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Sebelumnya disunahkan untuk sahur yaitu makan dan minum sebelum fajar terbit. Terbenam matahari kemudian berbuka puasa tidak harus maka menahan lagi saatnya untuk makan dan minum sesuai kesukaannya asal tidak berlebihan. Malamnya setelah sahalat Isya disunahkan untuk shalat Tarawih (shalat sesudah suasana rileks setelah menikmati santapan hidangan berbuka puasa. Sehingga puasa Ramadhan mengajarkan bagaimana kita membiasakan diri untuk disiplin dengan rangkaian waktu yang jelas. Disiplin merupakan cerminan dari sebuah masyarakat yangberbudaya maju. Oleh karena itu karakter disiplin merupakan karakter orang yang sukses. Dengan demikian puasa melatih dan membentuk disiplin setahap demi setahap. Biasanya sebuah kebaikan seperti disiplin jika dibiasakan dalam beberapa waktu bahkan satu bulan akan menjadi jiwa dan kepribadian seseorang ketika dijalani dengan penuh kesabaran. Maka pantas Rasulullah SAW menegaskan barangsiapa yang berpuasa dengan iman dan mengaharap keridhaon Allah (dengan disiplin), maka diampuni dosa-dosa yang terdahulu.

Keempat, puasa Ramadhan membiasakan hidup bertoleransi. Puasa Ramadhan mengajarkan kita untuk hidup dengan damai. Bahkan Rasulullah SAW mengingatkan ketika ada orang yang memerangi diwaktu kita berpuasa dianjurkan untuk mengalah, katakan saya sedang berpuasa. Artinya bagi orang-orang yang jelas mengajak konflik dan memerangi saja harus mengalah apalagi kepada orang-orang yang sama sekali tidak bermusuhan Nabi mengajarkan kita untuk menghargainya dan berlaku baik dengan mereka. Maka pantas puncak dari taqwa sebagai tujuan akhir puasa adalah penghargaan terhadap pluralitas. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat : 13. "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal".

Kelima, Ramadhan mengasah kepekaan sosial. Salah satu isi khutbah Rasulullah SAW kepada para sahabat tentang pelaksanaan puasa Ramadhan adalah "Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Puasa Ramadhan mengenalkan kepada kita untuk merasakan lapar dan hausnya orang miskin dalam menjalani hidup. Bagi orang yang berpuasa mereka lapar dan dahaga hanya sepanjang hari dari pagi sampai sore tetapi bagi orang yang miskin mereka lapar dan dahaga sepanjang waktu siang mapun malam. Maka pantas Rasulullah mengingatkan bahwa Ramadhan merupakan bulan berderma atau berfilantropi. Dengan ikut merasakan lapar dan dahaganya kekurangan makanan dan minuman menjadikan orang akan tersentuh nuraninya untuk peka terhadap situasi sosial di sekitarnya. Bahwa sharing dan berbagi atas apa yang kita miliki merupakan kenisacyaan manusia yang beriman.

Keenam, Ramadhan membangun sikap bertanggung jawab. Dalam pelaksanaannya ibadah puasa berbeda dengan ibadah-ibadah lain yang mengharuskan pelibatan orang lain dan kontrol sosial. Seperti shalat yang sangat dianjurkan adalah berjama'ah, artinya terlihat oleh orang lain. Zakat bahkan ada panitianya (amil), sehingga orang yang berzakat pasti akan diketahui oleh orang lain. Menikah tidak sekedar suka sama suka tetapi juga diperlukan saksi-saksi untuk menjadi dasar legalitasnya. Ibadah puasa begitu rahasia, privat, dan tidak deklaratif yang tahu hanya diri orang yang melaksanakannya dan Tuhan. Sehingga sikap tanggung jawab yang didasari keimanan menjadikan orang mampu berpuasa. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa puasa itu milik Tuhan, jadi Tuhan yang akan langsung mengontrol dan membalasanya.

SADAR AND SABAR

Ketidaksadaran itulah yang membuahkan ketidaksabaran. Tidak sabar dalam menjalani ketaatan. Tidak sabar dalam menjauhi kemaksiatan. Dan tidak sabar dalam menghadapi perihnya musibah yang menimpa hati maupun
badan. Oleh sebab itu tidak ada yang beruntung kecuali orang-orang yang
sabar. Bukankah Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi
masa, sesungguhnya semua orang merugi, kecuali orang-orang yang
beriman, beramal salih, saling menasehati dalam kebenaran dan saling
menasehati dalam menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)


Bagi banyak orang ketaatan terkadang dirasakan memberatkan dan tidak menyenangkan. Yaitu tatkala seorang hamba tidak lagi menyadari bahwa
kesulitan yang dihadapinya di saat berjuang menegakkan ketaatan adalah
ujian untuk membuktikan sejauh mana kualitas iman pada dirinya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif
lam mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu
saja mengatakan, ‘Kami beriman’ lantas mereka pun tidak diuji?” (QS. al-Ankabut: 1-2). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Apakah
kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga begitu saja sementara
Allah belum mengetahui -menunjukkan- siapakah orang-orang yang
bersungguh-sungguh di antara kalian, dan juga siapakah orang-orang yang
bersabar.” (QS. Ali Imran: 142)

Makna Shaum

Assalaamu'alaikum wr. wb.

"Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian bershaum, sebagaiman telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 183)

Kewajiban shaum tidak perlu lagi dipertanyakan jika sudah melihat atau mendengar ayat yang sudah amat terkenal ini. Penjelasannya sangat solid dan tidak mengandung keraguan. Shaum adalah kewajiban yang dibebankan kepada semua manusia. Mau melakukannya atau tidak, itu urusan lain.

Saya pribadi enggan menggunakan kata "puasa", karena seorang guru dahulu pernah bercerita bahwa kata ini berasal dari sebuah kata dalam bahasa Sansekerta yang artinya "menyiksa diri". Setahu saya, konsep menyiksa diri tidak pernah termasuk dalam ajaran Islam. Islam hadir justru untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk menambah-nambah beban. Lagipula, saya sudah melaksanakan shaum sejak usia 5 tahun, dan belum pernah merasa tersiksa. Kalau memang sakit ya tinggal berbuka saja. Tidak ada hubungannya dengan menyiksa diri.

Arti kata "shaum" itu sendiri jauh berbeda dari konsep penyiksaan diri. Kaum ulama sepakat bahwa "shaum" maknanya adalah menahan diri. Saya pribadi lebih suka dengan istilah 'mengendalikan diri'. Ya, shaum itu memang intinya adalah pengendalian diri.

Mengapa harus dikendalikan? Jika sesuatu itu perlu dikendalikan, tentu karena sesuatu itu memiliki potensi untuk menimbulkan kerusakan. Kendaraan memerlukan rem karena memiliki potensi mengakibatkan kekacauan jika lepas dari kendali sang pengemudi. Hewan tunggangan perlu tali kekang sebagai pengendali agar tindak-tanduknya tidak membahayakan segala sesuatu di sekitarnya.

Salah besar kalau mengatakan bahwa shaum itu sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan seks (tentunya dengan pasangan yang sah). Gelandangan pun sering tidak makan dan tidak minum, tapi hal itu tidak disebut shaum. Shaum adalah suatu tindakan pengendalian diri ; bukan karena tidak mampu, tapi justru karena ia mampu.

Pengendalian diri tentu hubungannya erat sekali dengan makna sabar. Ali bin Abu Thalib ra. sangat mampu menebas leher musuhnya yang kurang ajar itu, tapi ia memilih untuk bersabar. Bukan karena beliau tidak mampu membunuh, namun justru karena ia mampu. Sabar sama sekali bukan sifatnya orang yang tidak berdaya atau terpaksa, karena memang sebenarnya manusia tidak pernah tidak punya pilihan.

Karena kesulitan hidup, kadang manusia tergoda untuk bunuh diri saja. Siapa pun mampu untuk bunuh diri, namun (alhamdulillaah) banyak yang memilih untuk sabar. Anda bisa memilih untuk menjadi pribadi yang buruk, namun hati kecil pasti tidak pernah bosan mengingatkan Anda untuk memperbaiki diri. Sabar adalah tindakan mengambil pilihan yang terbaik meskipun ia sangat mampu untuk membuat pilihan yang buruk namun menggoda hawa nafsunya.

Orang yang melaksanakan shaum pun bukan karena ia tidak punya uang untuk membeli makanan. Mereka melakukannya dengan kesadaran penuh, semata karena ibadah ini diwajibkan bagi manusia dan manfaatnya sangat berlimpah. Berlimpah manfaatnya, karena shaum memang bukan sekedar menahan lapar dan haus semata. Itulah sebabnya Rasulullah saw. pernah melontarkan sebuah sindiran nan tajam kepada mereka yang salah kaprah dalam memahami shaum :

"Betapa banyak orang yang bershaum, namun tidak mendapatkan apa-apa dari shaumnya selain rasa lapar." (H.R. Nasa'i dan Ibnu Majah)

"Siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya." (H.R. Bukhari)

Maka jelaslah kini bahwa shaum adalah pengendalian diri total, baik pada tataran fisik, akal, maupun jiwa. Pada tataran fisik, kita menahan diri dari berbagai kenikmatan yang sebenarnya halal untuk kita nikmati. Pada tataran akal, kita berusaha mengendalikan segenap perbuatan kita dengan kekuatan rasio, bukan hawa nafsu. Pada tataran jiwa, kita belajar untuk memahami makna sabar yang sebenarnya.

Jangankan perbuatan dosa yang besar-besar, dusta yang 'kecil' saja sudah membuat Allah SWT enggan menerima shaum kita. Dengan demikian, jelaslah bahwa menahan diri dari makan, minum dan berhubungan suami-istri tidak lebih dari sekedar kulit ari dari ibadah nan agung ini. Membatasi shaum pada makna fisik seperti ini adalah sebuah penyempitan makna yang tidak bisa dibiarkan.

Keterkaitan shaum dengan konsep pengendalian diri secara total akan terlihat jelas jika kita kembali pada ayat yang tertera di awal tulisan ini. Tujuan ibadah shaum sangat jelas dan tidak diperdebatkan oleh kaum ulama mana pun, yaitu : mencapai derajat taqwa.

Taqwa itu sendiri maknanya adalah "berhati-hati". Tentu saja yang namanya manusia, sehati-hati apa pun sesekali tergelincir juga. Sulit berharap akan ada manusia yang tidak pernah berbuat salah. Karena itu, yang dituntut hanyalah sikap kehati-hatiannya saja. Seorang sahabat menggambarkan taqwa seperti seseorang yang sedang berjalan di jalanan yang penuh duri. Sebuah penggambaran yang sangat indah.

Melangkah di jalan yang penuh duri, beling, paku, atau ranjau memang tidak boleh sembarangan. Kaki melangkah perlahan sambil berjinjit, mata bergerak cepat ke segala sisi demi kewaspadaan, semua indera menjadi peka, bahkan seluruh tubuh pun ikut beradaptasi dengan gerakan kaki yang berjinjit. Begitulah taqwa. Penuh perhatian, penuh kehati-hatian, penuh pengendalian.

Pengendalian diri secara total, itulah shaum.

wassalaamu'alaikum wr. wb.

Luasnya Neraka

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibril datang kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.: "Mengapa aku melihat kau berubah muka?" Jawabnya: "Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahwa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya."

Lalu nabi s.a.w. bersabda: "Ya Jibril, jelaskan padaku sifat Jahannam." Jawabnya: "Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya kerana panasnya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi niscaya akan mati penduduk bumi kerana panas dan basinya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yg disebut dalam Al-Qur'an itu diletakkan di atas bukit, niscaya akan cair sampai ke bawah bumi yg ke tujuh.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di ujung barat tersiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di ujung timur kerana sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi, dan minumannya air panas campur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan api. Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan."

Nabi s.a.w. bertanya: "Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?" Jawabnya: "Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda." (nota kefahaman: yaitu yg lebih bawah lebih panas)

Tanya Rasulullah s.a.w.: "Siapakah penduduk masing-masing pintu?" Jawab Jibril:
"Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga Fir'aun sedang namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,
Pintu ketiga tempat orang shobi'in bernama Saqar.
Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,
Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.
Pintu ke enam tempat orang nasara bernama Sa'eir."

Kemudian Jibril diam segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga ditanya: "Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?" Jawabnya: "Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg sampai mati belum sempat bertaubat."

Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar nabi saw bersabda: "Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?" Jawabnya: "Ya, yaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu."

Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibril juga menangis, kemudian nabi s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah.(dipetik dari kitab "Peringatan Bagi Yg Lalai")

Dari Hadits Qudsi: Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari Ku. Tahukah kamu bahwa neraka jahanamKu itu:

1. Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat
2. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah
3. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung
4. Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah
5. Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik
6. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak
7. Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum
8. Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular
9. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandung lautan racun yang hitam pekat.
10. Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai
11. Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat

Mudah-mudahan dapat menimbulkan keinsafan kepada kita semua.

Wallahua'lam.

Untukmu yg Berjiwa Hanif

HAKIKAT KEHIDUPAN

Ketika seseorang sudah mulai beranjak dewasa, ketika akalnya mulai sempurna, mulailah ia berpikir tentang hakikat kehidupan, yaitu kehidupan yang sedang ia jalani sebagaimana yang dijalani juga oleh yang lainnya. Bumi ini telah penuh sesak dengan manusia, semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi, ada yang lahir dan ada yang mati.

Jika hari ini berkuasa seorang raja, besok akan berkuasa lagi raja lainnya.
Sekiranya hari ini ada pengangkatan seorang menteri atau seorang jenderal, dahulunya kita juga mendengar bahwa di suatu negeri telah diangkat pula seorang menteri atau panglima. Yang tetap itu hanya peran manusia dalam kehidupan ini, sedangkan yang silih berganti adalah para pelaku dan yang memeraninya.

Peran kehidupan itu ada yang baik dan ada yang buruk, hanya saja manusia disuruh untuk memilih peran baik bukan peran buruk!

“Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yangdiusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (QS: al-Ba qarah:141)

Pada masa Nabi Musa Alaihimussalam orang-orang disibukkan dengan kekuasaan Fir’aun, bahan cerita orang terfokus pada kekayaan Qarun dan decak kagum orang hanya pada arsitektur bangunan yang dirancang oleh Haman. Akan tetapi, mana cerita kehidupan itu sekarang ini?!
Semuanya sirna dan punah, yang kita temukan hanya cerita pada lembaran kitab-kitab suci. Dan apa yang tersisa dari sejarah kepongahan tersebut?! Yang tersisa hanya bekas-bekasnya saja.

Dari sepanjang perjalanan hidup manusia yang beragam ini, baik pada masa kekuasaan orang-orang yang shalih maupun dalam cengkraman orang-orang thalih, Allah tetap menjaga alam ini, memelihara bumi dan dunia sekitarnya, dalam keseimbangan yang berkesinambungan, dalam keindahan yang menakjubkan dan ciptaan yang berjenis dan berpasang-pasangan. Adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, semuanya itu pertanda adanya pencipta.

Salah seorang Badui jahiliah berkata, “Lautan yang berombak dan langit yang berbintang serta bumi yang berlembah, bukankah semua itu menunjukkan adanya Sang Pencipta ?!“

Begitu besar penciptaan langit dan bumi beserta isinya, memberi pengertian kepada kita bahwa Allah menciptakannya bukan sekedar bermain-main. Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman,
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main- main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. al-Mukminun: 115)

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)?” ( QS. al-Qiyamah: 36)

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. ( QS. al-Ankabut: 64)

Sekiranya kehidupan yang penuh keseimbangan ini tidak diciptakan untuk
bersenda gurau, lalu untuk apa Allah ciptakan?! Apa tugas manusia ? Apakah mereka hanya sekedar makan, minum, menikah dan memiiki keluarga dan mempererat suku saja?! Atau Ia hidup dalam tidak bertujuan sebagaimana Ia mati tidak bertujuan?! tanah terakhir yang diletakkan oleh orang pada kuburannya, itu pula akhir dari cerita kehidupannya?!

Bagaimana yang kaya dengan kezhalimannya, bagaimana yang berkuasa dengan kediktatorannya?! Apakah mereka dibiarkan begitu saja?! Bagaimana pula si miskin dengan kefakirannya atau rakyat jelata dengan penderitaan mereka?! Kapan mereka dapat kebahagiaan pula?! Bagaimana pula dengan para nabi dan rasul, para ulama dan ahli ibadah yang terusir dan belum memperoleh kebahagiaan?!

Sekiranya dunia ini diciptakan dengan keadilan Sang Pencipta, tentu balasan baik atau buruk dengan keadilanNya juga?! Sekiranya dunia ini mampu Dia ciptakan dari asal yang tidak ada, berarti Dia pula mampu untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan.

Allah azza wa Jalla berfirman :
“Dan setiap mereka semuanya akan dikumpukan lagi kepada Kami. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan- pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; kami tanggàlkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia seba gai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edamya”. (QS. Yasin:32- 40 )

Dan Allah berfirman,
Dan ía membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; Ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur Iuluh?”Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu Tuhan yang men jadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, Dia berkuasa. dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (QS. Yasin: 78-81)

 Tujuan Hidup

Rasanya semua orang sepakat dengan tujuan hidup yaitu mencari dan menggapai kebahagiaan. Semua manusia ingin hidupnya bahagia, dan semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan itu perlu pengorbanan. Hanya saja, manusia banyak salah mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang Ia sangka di sana ada pantai kebahagiaan, padahal itu adalah jurang kebinasaan, itu hanya sebatas fatamorgana kebahagiaan, bukan kebahagiaan yang hakiki. Celakanya lagi, semakin dilalui jalan fatamorgana tersebut semakin jauh pula Ia dari jalan kebahagiaán hakiki, kecuali Ia surut kembali ke pangkal jalan.

Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta, karenanya ia berupaya
mencari sumber sumbernya dengan berletih dan berpeluh. Setelah Ia peroleh
harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan masih gelisah!! Ada saja
yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang munculnya dari anak-anaknya,
kadang-kadang dari istrinya atau tidak jarang juga datang dari usaha itu
sendiri.

Banyak pula yang nenyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah kebahagiaan. Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan bertahta, secara lahir mereka begitu tampak bahagia hidupnya! Pergi dijemput pulang diantar, ketika ia
berkehendak tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi!! Akan
tetapi setelah diselidiki lebih mendalam, kita masuk menembus dinding
istananya, akan terdengar keluh kesahnya, dalam harta yang banyak itu
terdapat jiwa yang rapuh.

Jadi apa kebahagiaan yang sebenarnya ? Apa kebahagiaan sejati yang seharusnya dicari oleh manusia ? Siapa yang sebenarnya orang yang berbahagia? Apa sarana untuk mencapainya?

Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla, bukan mereka yang menciptakan
diri mereka, tentu yang paling tahu tentang seluk-beluk manusia termasuk tentang sebab bahagia atau sebab sengsara adalah Dia Allah subhanahu wa ta‘ala bukan manusia. Sama halnya dengan sebuah produk, sekiranya hendak mengetahui hakikat produk tersebut tentu ditanyakan kepada pembuatnya, bukan kepada produk itu sendiri.

Allah berfirman;
“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau
rahasiakan)? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-Mulk:14)

Ketika Al-Qur’an ditadabburi dan syariat Islam dikaji, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mengaplikasikan penghambaan diri kepada Allah Azza Wa Jalla. Orang yang bahagia adalah orang yang telah berhasil menjadi hamba Allah Azza Wa Jalla. Sarana kebahagiaan adalah semua sarana yang telah disediakan olehNya dalam meniti jalan penghambaan diri kepada Allah.

Karena penghambaan diri inilah sebab diciptakannya manusia dan jin..karena ubudiah kepada Allah ditegakkannya langit dan dibentangkannya bumi... karena penghambaan inilah diturunkannya kitab dan diutusnya rasul...

Allah berfirman;
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu”. (QS.az-Zariat: 56)

Orang yang berpaling dari penghambaan diri ini dialah orang yang sengsara, Allah berfirman;
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha:124)

“Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dan barang-siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat”. (QS. al-Jin:17)

Allah Subhanahu wa ta’ala telah menentukan taqdir semua makhluk dan tidak ada yang dapat merubah taqdir selainNya. Allah Azza Wa Jalla tentukan kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesengsaraan, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan. Manusia tidak bisa melawannya, sekiranya Allah telah menentukan kemiskinan pada seseorang, maka tidak ada yang dapat mengkayakannya, ketika Allah telah menentukan kepadanya kesengsaraan, maka tidak ada satupun yang dapat membahagiakannya.

Kalaulah begitu, kemana manusia hendak lari?! Kemana manusia hendak berteduh dan bernaung dari taqdir yang Ia tidak memiliki daya dan upaya untuk merubahnya kecuali atas izinNya?! Kemana manusia hendak bersandar dari sesuatu urusan yang tidak di tangannya?!
Manusia yang berakal tentu akan bernaung kepada Zat yang telah mentaqdirkan segala sesuatu, dalam naungan-Nya Ia akan merasakan ketenangan, dalam menyandarkan diri kepadaNya, akan ia peroleh kebahagiaan, dalam ke-pasrahan diri kepadaNya akan sirna segala kecemasan dan kesedihan.

Bagaimana ia tidak bahagia, bukankah Jejak jejak kasih sayang Allah begitu tampak dalam taqdir kehidupannya?! Bagaimana ía tidak tenang, bukankah semua taqdir yang ía suka atau yang ía benci, merupakan sarana untuk menggapai ridho dan cintaNya?

Dari mana kesedihan masuk ke dalam dirinya atau rasa takut menyelimutinya, karena sebelumnya ia telah diajarkan tentang cara menghadapinya, bersabar ketika sengsara dan beryukur ketika bahagia, sehingga sengsaranya tidak membawa kepada keputusasaan dan senangnya tidak membawanya kepada kesombongan dan kecongkakan.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiah rohimahullah ta’ ala menguñgkapkan hakikat tersebut yang berlaku pada dirinya, beliau berkata,
“Apa yang dapat dilakukan oleh musuh-musuhku ?! Surga ada di dadaku, kemanapun dan dimanapun aku, Ia tetap bersamaku!! Sekiranya mereka
memenjarakanku, maka penjara bagiku adalah kholwat. Sekiranya mereka
mengusirku, usiran itu bagiku menjadi tamasya. Sekiranya mereka membunuhku, terbunuhnya diriku adalah syahid di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala”.

Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai manusia yang paling sempurna ubudiahnya kepada Allah, ketika Allah telah mentaqdirkan sesuatu yang berat dalam dakwah beliau, yaitu dua orang yang selama ini sebagai pembela dan penopang dakwah beliau, Khadijah Radliallahu anha istri
beliau dan Abu Thalib paman beliau, telah meninggal dunia. Membuat kaum Quraisy meningkatkan permusuhan mereka kepada beliau dan memberi ultimatum untuk menghentikan dakwah beliau, bahkan telah berani pula mengusir beliau dari Mekkah.

Berangkatlah beliau ke Thaif, berharap pembelaan dan bantuan. Kiranya bukan
pembelaan yang beliau dapat dan bukan bantuan yang beliau peroleh, tapi
malah cacian dan cemoohan, bahkan usiran oleh anak-anak dan wanita-wanita di
sana, sedangkan beliau seorang utusan Allah Azza wa Jalla, Allah yang
memiliki langit dan bumi.

Mereka telah melukai melempar beliau dengan batu hingga luka kaki beliau,
sebagaimana sebelumnya mereka telah melukal hati dan perasaannya. Belum
sampai di situ malaikat gunung Akhsyabain meminta izin kepadanya untuk
menimpakan gunung tersebut kepada mereka, sebagai tanda bahwa beliau bukan
sendirian.

Bertambah sedih beliau, karena yang beliau inginkan bukanlah balas dendam
atau kepuasan diri, yang beliau inginkan hanya menampakkan bukti penghambaan diri kepadaNya, hal itu nampak betul dari doa beliau panjatkan
kepadaNya,

“Ya Allah Azza wa Jalla kepadaMulah daku keluhkan lemahnya kekuatanku,
sedikitnya hilafku, hinanya diriku di mata manusia. Wahai Zat yang paling
Pemurah ! Engkaulah Rabb orang-orang yang lemah, dan Engkaulah Rabbku!
Kepada siapa Engkau hendak titipkan diriku?! Apakah kepada orang yang jauh
yang tidak peduli dengan diriku atau engkau hendak serahkan perkara diriku
kepada musuh?!
Meskipun begitu, selagi Engkau tidak murka kepadaku, aku tidakpeduli!! Akan
tetapi pengampunanMu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya
wajahMu -yang telah menerangi semua kegelapan, dengannya berjalan perkara
dunia dan akhirat- dan turunnya murkaMu kepadaku atau jatuh kepadaku
kebencianMu, hanya kepadaMu pengaduanku sampai Engkau ridho, dan tidak ada daya dan upaya kecuali denganMu “.

Al-Quran menyebutkan bahwa orang berbahagia adalah orang yang menjalankan
perintah Allah azza wa Jalla, Allah berfirman,

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang
yang khusyu’ dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang
menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di
balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya“. (QS. al-Mukminun:1 -9)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ,

“Alif laam miin. Kitab (Al Quran) inii tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran)
yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah
yang tercipta mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang
yang beruntung”. (QS. aI-Baqarah:1 -5)

Sebaliknya Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa orang yang melanggar
perintahNya atau merekalah orang yang merugi, Allah Azza wa Jalla berfirman, :

“Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia
mengetahui apa yang di langit dan di bumi.Dan orang-orang yang percaya
kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang
merugi”. (QS. al-An kabut: 52)

“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk
menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”. (QS. al-Baqarah :27)

Beban Amanah

Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia pada kehidupan dunia ini
untuk sebuah tujuan yang sangat mulia. Dia tundukkan semua alam untuk
mereka, darat dan lautan, bumi dan Langit, gunung dan lembah, binatang dan
tumbuhan. Itu semua agar manusia siap untuk menunaikan tujuan tersebut.
Kiranya tujuan sangat besar, tugas sangat sukar dan amanah yang akan dipikul
sangat berat. Pantas saja, sebelumnya tidak ada yang mau memikul amanah
tersebut dari langit yang tinggi, gunung yang menjulang atau bumi yang
terbentang, semuanya menyampaikan keengganannya, kecuali hanya manusia, dan mereka itu bodoh dan zhalim. Allah menceritakan tentang perihal tersebut,

“Sesungguhnya Kami telah sampaikan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. [QS. al-A hzab: 72 )

Apa gerangan amanah yang telah diikrarkan itu? Mengapa manusia disifati
dengan bodoh dan zhalim? Amanah itu adalah Islam dan peraturanNya, amanah
itu adalah janji kepatuhan kepada Allah Azza wa Jalla.

Ibnu Katsir rohimahullah ta’ ala berkata: dalam merangkum perselisihan ulama dalam hal itu, “Semua pendapat (tentang makna amanah-pen) tidak menafikan yang lainnya, bahkan ia saling menguatkan dan semuanya mengacu kepada taklif (beban) dan patuh kepada perintah dan larangan dengan segala konsekuensinya, yaitu sekiranya ia tunaikan akan diberi pahala dan jika
lalai ia dihukum. Lalu diterima oleh manusia dengan segala kelemahan,
kebodohan dan kezhaliman kecuali yang diberi taufiq oleh Allah Azza wa Jalla. Kepada-Nyalah minta tolong” (Tafsir Ibnu katsir, 6/489 ) .

Muqatil bin Hayyan rohimahullah ta’ala, berkata: “Ketika Allah Azza wa Jalla menciptakan rnakhluk, Dia kumpulkan antara manusia dan jin, langit, bumi dan gunung. Lalu Dia mulai dengan langit, ditawarkan kepadanya amanah yaitu ketaatan. Dia berkata, “Apakah kalian mau mengemban amanah, akan Kuberi kemuliaan, keutamaan dan surga ?“

Langit berkata, “Wahai Rabb, kami tidak mampu memikul perkara ini, kami
tidak memiliki kekuatan, akan tetapi kami patuh kepadaMu”.

Lalu amanah tersebut ditawarkan kepada bumi, Dia berkata, “Apakah engkau
akan mengemban amanah dan menerimanya dariKu, akan Aku anugerahkan
keutamaan dan kemuliaan?”

Bumi berkata, “Kami tidak kuat dan kami tidak mampu, wahai Rabb! Akan
tetapi, kami selalu mendengar dan mematuhiMu, kami tidak akan berlaku
maksiat pada semua perintahMu”.

Lalu ditawarkan kepada Adam alaihissalam lalu Dia berkata, ‘Apakah engkau
siap mengemban amanah dan mau menjaga dengan sebenarnya?”
Berkatalah Adam, “Apa ganjaranku di sisiMu?”

Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata, “WahaiAdam, sekiranya engkau berbuat baik,
engkau patuh dan engkau jaga amanah itu, maka engkau akan memperoleh
kemuliaan, keutamaan dan pahala yang baik di surga. Sebaliknya, sekiranya
engkau berlaku maksiat dan tidak menjaganya dengan baik serta engkau berlaku
buruk, maka Aku akan menyiksamu dan Aku masukkan ke dalam nerakaKu”.

Lalu Adam alaihissalam berkata, “Aku telah terima”, maka diembanlah amanat
itu olehnya. Lalu Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman, ‘Aku telah embankan
amanah itu kepadamu”.( Tafsir ibnu katsir, 6/489- 490 )

Itulah perjanjian yang Allah Azza wa Jalla ambil kepada manusia, tatkala
mereka masih di dalam sulbi Adam alaihissalam, yaitu pengakuan hamba bahwa
ia telah berilahkan Allah Azza wa Jalla Yang Esa dan tidak berbuat syirik.

Allah berfirman,”

“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Rabb
kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”. (QS. al-A ‘raf:1 72)


Ahsanu Amalan

Al-Quran menyebutkan bahwa penciptaan alam, hidup dan mati untuk menguji
manusia mana yang lebih baik amalnya. Itulah yang disebut dengan “ahsanu
‘amala”. Allah Azza wa Jalla berfirman;

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
(QS. al-Mulk:2)

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya”. (QS.al-Kahfi:7)

“(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan
kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka, dan Allah
memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas”. [QS.an-Nur: 38]

Fudhail bin ‘Iyadh rodhiallahu anhu , berkata: “Ahsanu amala, adalah amalan
yang paling ikhlas dan yang paling benar”.

Jadi, dan semua bentuk penghambaan diri yang paling sempurna adalah
penghambaan diri yang berdasarkan ahsanu amala. Ia berdiri dengan 2 syarat,
yaitu:

1. Hendaklah ‘ubudiah kepada Allah * disertakan keikhlasan kepadaNya.
2. Hendaklah ‘ubudiah tersebut sesuai dengan syariat.

Sekiranya salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka penghambaan diri hanya
akuan saja, ikhlas saja kepadaNya tanpa mengikuti syariat, Ia tertolak.
Sebagaimana sesuai saja tanpa ikhlas, ia juga tertolak. Jadi, ikhlas dan
mengikuti syariat adalah dua sayap ibadah. Tidak akan bisa terbang seseorang
dalam penghambaan dirinya kecuali dengan keduanya sekaligus.


Kesimpulan

Bahwa tujuan hidup adalah mencari kebahagiaan dan jalan kebahagiaan adalah
dengan menghambakan diri kepada Allah azza wa Jalla. Penghambaan diri itulah Tauhid dan Islam, itulah amanah yang harus dipikul oleh manusia dan itulah
perjanjian yang telah disepakati.

Tauhid dan Islam tidak akan membuahkan amal shalih kecuali dengan ahsanu
‘amala yaitu ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan syariat).

Allahu ta’ala a’lam bish showab.

Sumber : Dikutip dari Buku “ Untukmu yang berjiwa Hanif “ oleh Ustadz Armen
Halim Naro Lc rohimahullah , “ Penerbit : Darul Ilmi Cetakan pertama Zul
Qa’dah 1427H , Februari 2007 ).

Semoga Allah Tabaroka wa Ta�ala menempatkan beliau ditempat yang muliya
sebagaimana para pendahulu kita yang shalih. Amin yaa Robbal alamin.