Selasa, 05 Oktober 2010

Setelah Ramadhan Berlalu

Sobat muda muslim, kita seneng buanget lho ngeliat perkembangan remaja muslim selama Ramadhan kemaren. Acara keislaman semacam sanlat, kajian mingguan, kultum tarawih, atau kuliah subuh banyak digelar dengan melibatkan remaja. Nggak cuma itu, banyak juga temen kita yang jago mengendalikan obrolannya dari godaan gosip yang tekutuk. Malamnya khusyu shalat tarawih baik di rumah atau di masjid berjamaah. Waktu luang dipake buat tilawah quran. Intinya, Ramadhan bikin teman remaja kecanduan ibadah.
Namun sobat, ada tradisi pasca Ramadhan berlalu yang bikin hati kita pilu. Atmosfer ibadah di bulan puasa alon-alon tapi pasti, memudar ketika Syawal menjemput. Remaja muslim banyak yang kembali ke habitat awalnya. Tercebur di genangan limbah pergaulan kapitalis sekuler yang doyan hura-hura plus maksiat.
Aktivitas peribadatan menyusut menjadi yang lima waktu doang. Itu juga kalo sempet. Kantong belanjaan gosip dibongkar di mana saja, kapan saja, menggantikan lantunan ayat suci al-Quran. Kecanduannya hadir di acara-acara kajian Islam terlarut dalam hingar-bingar dunia gemerlap di pub atau diskotik. Jarak pergaulan cewek-cowok yang dipertahankan selama Ramadhan, diterobos hingga bebas tanpa batas. Pemikiran Islam tentang dosa, pahala, surga, atau neraka menguap ditelan budaya sekuler Barat yang individualis dan steril dari aturan agama.
Inilah tradisi “sholat” alias sholeh sesaat di kalangan remaja. Sholeh cuma pas Ramadhan doang. Bagian Syawal datang, kembali ke habitat awal. Semoga kamu-kamu nggak termasuk aktivis tradisi ini ya?