Selasa, 05 Oktober 2010

Setelah Ramadhan Berlalu

Sobat muda muslim, kita seneng buanget lho ngeliat perkembangan remaja muslim selama Ramadhan kemaren. Acara keislaman semacam sanlat, kajian mingguan, kultum tarawih, atau kuliah subuh banyak digelar dengan melibatkan remaja. Nggak cuma itu, banyak juga temen kita yang jago mengendalikan obrolannya dari godaan gosip yang tekutuk. Malamnya khusyu shalat tarawih baik di rumah atau di masjid berjamaah. Waktu luang dipake buat tilawah quran. Intinya, Ramadhan bikin teman remaja kecanduan ibadah.
Namun sobat, ada tradisi pasca Ramadhan berlalu yang bikin hati kita pilu. Atmosfer ibadah di bulan puasa alon-alon tapi pasti, memudar ketika Syawal menjemput. Remaja muslim banyak yang kembali ke habitat awalnya. Tercebur di genangan limbah pergaulan kapitalis sekuler yang doyan hura-hura plus maksiat.
Aktivitas peribadatan menyusut menjadi yang lima waktu doang. Itu juga kalo sempet. Kantong belanjaan gosip dibongkar di mana saja, kapan saja, menggantikan lantunan ayat suci al-Quran. Kecanduannya hadir di acara-acara kajian Islam terlarut dalam hingar-bingar dunia gemerlap di pub atau diskotik. Jarak pergaulan cewek-cowok yang dipertahankan selama Ramadhan, diterobos hingga bebas tanpa batas. Pemikiran Islam tentang dosa, pahala, surga, atau neraka menguap ditelan budaya sekuler Barat yang individualis dan steril dari aturan agama.
Inilah tradisi “sholat” alias sholeh sesaat di kalangan remaja. Sholeh cuma pas Ramadhan doang. Bagian Syawal datang, kembali ke habitat awal. Semoga kamu-kamu nggak termasuk aktivis tradisi ini ya?

Shalat Subuh

Ukuran keshalihan manusia dan ketekunannya menjalankan agama adalah shalat Subuh berjamaah, karena dia berada di waktu istirahat setelah berjaga malam. Apabila anda ingin mengetahui orang-orang di wilayahmu, maka lihatlah mereka pada waktu shalat Subuh. Sesuai dengan apa yang kita saksikan dan kita lihat, sebagian besar mereka terlambat melaksanakan shalat Subuh tanpa disertai kepedulian dan penyesalan atas apa yang terjadi. Itu tidaklah terjadi kecuali disebabkan kematian hati. Pengakuan beragama dan takwa merupakan perkara mudah, akan tetapi yang menjadi tolak ukur adalah amal dan praktik. Apabila anda melihat seorang laki-laki melaksanakan shalat lima waktu berjamaah disebabkan wara’ terhadap ucapannya, takut kepada Tuhannya, dan menyesal atas kesalahannya, maka inilah yang diharapakn kebaikannya dan diberikan kabar gembira. Sedangkan orang yang lalai menjalankan shalat-shalatnya, takjub dengan dirinya, dan tidak peduli dengan kelalaiannya itu, maka klaimnya ditolak, kecintaannya batal, dan dia menjadi salah seorang yang mnegalami kebangkrutan. Kita menyaksikan orang yang memperlihatkan keagamaannya dan keshalihannya, akan tetapi apabila waktu shalat Subuh telah tiba, setan mengalahkannya, dan nafsu jahat menyuruhnya tidak menghadiri shalat Subuh itu secar berjamaah, maka dia tertipu dengan pujiannya dan kehilangan kepercayaan saudara-saudaranya sesame mukminin. Janganlah anda memuji seorang pun di depan kami dan jangan pula menyucikan seorang hamba pun di depan kami, akan tetapi amal-amalnyalah yang akan memujinya dan akhlak-akhlaknyalah yang akan menyucikannya, karena kita lelah dengan pujian terhadap orang-orang yang mempraktikan islam di lisan saja. Akan tetapi apabila kebenaran telah terlihat dalam menghadiri shalat berjamaah, benar dalam perkataannya, memenuhi janjinya, dan melkasnakan kewajibannya, ternyata yang ada pada mereka hanyalah kelalaian, kerugian, dan kegagalan. “ Sangat besarlah kemurkaan di sisi Allah ketika kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan.” (QS 61:3)

Si Pencari Cinta

Alkisah di suatu zaman, hidup seorang lelaki yang mencari cinta, namanya Arjuna. Saking ngebetnya, gunung tertinggi didaki, isi bumi dijelajahi, lautan pun diarungi, cuma untuk mencari tempat berlabuh, yaitu wanita. Gilee beneer... Nih Arjuna, kagak peduli gunung, bumi, lautan, alam semesta ini punya siapa, maen grasak-grusuk aja! Di setiap tempat Arjuna berkata, "Wahai wanita, cintailah aku." Ih... nih anak, malu-maluin ya! Masa' sih sampe' gitu-gitu banget, ya...namanya juga pencari cinta bo!

Di kisah yang lain, seorang laki-laki yang bernama Ibrahim pun mencari cinta. Saat malam mulai menyapa alam, tampak sebuah bintang, tak lama kemudian sang bintang pun tenggelam. "Aku tak menyukai yang tenggelam," kata Ibrahim. Beberapa saat kemudian, terbitlah sang rembulan, bersinar indah penuh kelembutan. Namun, bulan pun hanya sesaat, tersipu malu dengan keindahannya. Semburat cahaya subuh pun menyeruak kegelapan, kokok ayam jantan membelah tetesan embun pagi, tak lama keperkasaan mentari mewayungi jagat raya ini, "Inikah dia yang kucari?" tanya beliau pula. Bukan...bukan itu, karena mentari pun bersujud, lalu merunduk sembunyi.

Ikhwah fillah rahimakumullah...
Kisah di atas adalah ilustrasi dari 2 manusia si pencari cinta. Di dunia ini, betapa banyak orang-orang yang mencari cinta. Namun jelas ada bedanya disini, antara laki-laki yang bernama Arjuna dengan Ibrahim a.s., yang namanya termaktub indah di lembaran suci Al Qur'an. Arjuna mencari cintanya tanpa tedeng aling-aling, gak peduli sana-sini, jumpalitan, cuma mencari cinta wanita. Emangnya salah si Arjuna, karena mencari cinta? Ih...jangan protes dulu dong, emang sih fitrah manusia itu ya pasti merasakan cinta [QS Al Imran: 14]. Tapi apa iya harus seperti itu? Masa' sih akal, nalar dan fikiran sampe' gak jalan, bahkan hingga melebihi cinta-Nya! Waduh...

Padahal banyak kisah cinta sejati di dunia ini lho, salah satunya adalah cinta Ibrahim yang tak pernah pudar, setelah ia mengenal dan mengetahui siapa yang patut menerima cintanya. Beliau mengenal, dan kemudian sayang, lantas jatuh hati kepada Sang Pencipta. Karena itu yang dicintai pun berkenan menyambut cintanya, bahkan menjadikannya sebagai khalilullah [QS An Nisaa': 125].

Cinta disini bukan cinta yang penuh kepalsuan, emosi apalagi birahi, namun cinta laksana mutiara yang memancarkan cintanya pada Rabb seluruh jagat raya ini, mengaliri denyut nadi, helaan nafas serta aliran butir darah untuk tunduk dan patuh pada titah-Nya. Cinta ini mestinya menempati prioritas utama pada diri seorang muslim, yakni cinta kepada Allah SWT, Rasul dan jihad di jalan-Nya. Inilah cinta hakiki!

Dari nenek moyang kita dulu, sampe' sekarang, buanyak buanget manusia-manusia yang telah jatuh cinta, namun apakah cinta mereka dan kita adalah cinta hakiki sebagaimana cinta mereka yang disebut 'manusia langit?'

Adakah cinta kita adalah cinta seorang Sumayah binti Khayyath, yang siap menjadi syahidah pertama dalam sejarah Islam demi mempertahankan akidah yang dicintainya. Ataukah Ali bin Abi Thalib r.a. yang rela 'pasang badan' menggantikan Rasulullah SAW di tempat tidurnya sewaktu beliau keluar untuk hijrah, padahal beliau tahu maut telah didepan mata siap mengancam jiwanya? Atau pun Abu Bakar Shiddiq r.a. yang tak kalah ikhlas tangan dan kakinya dipatuk binatang berbisa saat berdua dengan seseorang yang dicintainya? Ia tak ingin tubuh orang yang dicintai dan dikasihinya tersentuh sedikitpun oleh binatang-binatang yang berbisa itu.

Mereka hanyalah sedikit contoh dari orang-orang yang jatuh cinta dengan cinta yang sebenarnya. Sebuah cinta sejati, cinta hakiki yang mengharapkan ridho Illahi Rabbi.

Nah...sekarang milih yang mana, seorang Arjuna yang grasak-grusuk mencari cinta, atau seorang Ibrahim a.s., Sumayah binti Khayyath, Ali bin Abi Thalib r.a. atau pun Abu Bakar Shiddiq r.a. yang mencari cinta sejati?

Ya akhi wa ukhti,
Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang selalu mendambakan cinta, keridhoan kepada-Nya ya, insya Allah, aamin allahumma aamiin.

Kutahu pasti cinta-Mu dalam dan murni
Namun mengapa sulit untukku mendapatkan cinta dari-Mu

Hidupku ini terasa hampa dan sunyi
Tanpa belaian kasih sayang-Mu
Cintailah hamba-Mu ini Ya Allah ...

Allah ...
Leraikanlah segala beban di dunia ini
Hanya pada-Mu yang kuharap hanya cinta ikhlas-Mu
Merasuk ke dalam kalbu Allah dengarkanlah hamba-Mu

Allah ...
Dengarkanlah bisikan suara hatiku
Hapuskan noda dan dosa di kalbu
Hanya pada-Mu Agar aku dapat menggapai cinta-Mu

Cintaku pada-Mu ya Allah
Ya Allah

Ku bersujud kepada-Mu Mengharapkan cinta suci-Mu (Snada: Cinta Ilahi)

Hati-hati merupakan karakteristik seorang muslim

Pelajaran yang bisa kita ambil lagi dari sirah nabi Yusuf as adalah sikap kehati-hatiannya dalam setiap urusan. Itu bukan berarti ia harus menjadi seorang yang pendiam, pasif, dan tersembunyi sehingga orang-orang enggan menyapanya. Salah satu karakteristik seorang Muslim adalah ia bagaikan kitab yang selalu dapat dibuka dan dibaca oleh siapa saja yang ingin membacanya; sederhana dan mudah bergaul. Nabi Yusuf as adalah tipe orang yang sangat berhati-hati sesuai dengan yang disabdakan Rasulullah SAW, “Mintalah pertolongan secara rahasia dalam menyelesaikan semua permasalahan kalian”.
Dalam riwayat lain dikatakan, “Mintalah pertolongan secara rahasia dalam meyelesaikan semua permasalahan kalian karena setiap orang yang diberikan nikmat dihasud orang lain.” (Shahih al jami’i No. 943) Maksudnya, tidak semua yang kita ketahui harus kita katakan. Inilah pelajaran yang diajarkan Nabi Ya’kub as kepada anaknya yang baru berusia dua belas tahun. Ia mengajarinya dalam menyikapi saudara-saudaranya. Kebanyakan kita kehilangan sikap kewaspadaan ini, khususnya para wanita. Biasanya perempuan menceritakan semua rahasianya kepada suaminya, sebenarnya itu dapat menimbulkan percek-cokkan dan berbagai problem yang akhirnya sulit diredakan.
Ketika mengkaji kisah Nabi Yusuf as sikap kehati-hatian ini akan selalu menemani kita. Bacalah firman Allah SWT berikut ini: Ya’kub berkata: “Wahai anak-anakku, jangalah kalian masuk (bersama-sama) dari satu pintu gerbang, tapi masuklah kalian dari pintu-pintu yang berlainan. (QS 12:67)
Bukankah anda menyaksikan bagaimana sikap kehati-hatian Nabi ya’kub itu? Dia tidak mau membinasakan mereka semua dan tidak menginginkan kalau-kalau mereka menemukan kesulitan. Oleh karena itu dia mengatakan, “Janganlah kalian masuk (bersama-sama) dari satu pintu gerbang.”
Ini adalah pelajaran yang sangat bagus yang diterima Yusuf as sejak masih kecil. Ketika Yusuf as mendatangi ayahya dan menceritakan mimpinya dengan samar-samar kepadanya, lalu sang ayah membawanya dari keramaian orang supaya mereka tidak mendengarnya. Begitulah yang terjadi meskipun dia masih sangat muda.

Menghapal Al Qur'an Karena Malu Kepada Alloh

Berbagai hal bisa memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu, bahkan hal-hal yg mustahil …, namun satu hal bisa kita perhatikan … yakni ketika manusia termotivasi, tidak jarang muncul kekuatan tersembunyi dan potensi tinggi menyertai usaha dan semangat tinggi dalam diri.

Mungkin terlalu dini dan idealis … jika mengungkap sesuatu hal positif yang dilakukan hanya karena Alloh, jujur … berbeda dengan para Nabi dan Rasul, sebagian dari kita adalah manusia biasa, namun satu hal yang dapat ditarik sebuah garis merah …( sebagaimana Alloh menciptakan dunia beserta isinya melalui apa yang dinamakan dengan “Sunnatulloh”) … SEMUA BUTUH PROSES.

hmm .. . berkenaan dengan apa yg kami utarakan di atas, jadi teringat sama kenang-kenangan diskusi singkat kami bersama salah seorang sahabat, tentang berbagai hal … termasuk motivasi untuk menghafal Quran.

Kritis … terlalu idealis … sangat optimis, mungkin sebagian dari kita akan terperangah ketika bertemu dengan sahabat dengan “spesifikasi” demikian, termasuk saya …. ^_^, hehehehe …
Suatu saat … selepas beraktifitas, kami bersama seorang teman tanpa sengaja mengawali sebuah diskusi yang panjang …., sebagaimana biasa, waktu luang itu kumanfaatkan untuk refreshing dengan mengutak-atik Blog …, nulis dan FB-an … (hayuuu … kamu ketahuan).., duduk kurang lebih 1,5 meter di sampingku … diapun langsung menggelontorkan “Bola panassss” …, sebuah pertanyaan …

Temanku : Cak …, boleh nanya gak?
Me : Boleh-boleh …., tapi tak sambi yach …., gpp kan ?
Temanku : yupz … gpp …
Me : Mo nanya apaan…. kayaknya penting banget?
Temanku : hmm … tentang kondisi pemuda/i islam yang memprihatinkan …
Me : maksud lho ….??? [ agak kaget aku dengan pertanyaan ini - coz aku manusia biasa, suerr ..... idealis banget dah...]
Temanku : jadi begini cak …, beberapa kali aku diskusi dengan temen” yg notabene berpendidikan agama, koq cenderung ngawur yach…???, mereka senang dan Pede dgn pendapat” pribadi dengan hanya bermodalkan logika tanpa mencantumkan “dasar” mana yang mereka gunakan, udah jelas salah … bangga lagi, debat kusir dah jadinya …..

Sejenak … 10 jariku berhenti bekerja, konsentrasiku terpecah …., otakku mulai melalang buana ke mana-mana, mencoba mengais file-file referensi yang pernah kubaca baik secara mandiri maupun dengan metode musyawarah….

Apa jawabku ….???
hehehe … jujur jawaban itu g penting untuk diungkap di sini, lho koq bisa …???, dari pertanyaan temenku di atas … sudah jelas apa yg menjadi “permasalahan” di sini, dan kami yakin temen” sudah tahu jawabnya …. yach .., meski dengan versi yang berbeda… [g usah terlalu dipikir.... entar paham sendiri] …

hingga di suatu titik …
Setelah kami berdiskusi cukup panjang, ada ending menarik yang cukup bernilai untuk dibagikan. Setelah berbicara ngalor ngidul (kemana-mana), temenku mengungkapkan sebuah fakta menarik ….. bahwa dia menghafal Quran karena malu kepada Alloh … , Lho… asal-usulnya darimana koq bisa berkata demikian …???, berikut kisah singkatnya.

Beberapa saat yang lalu .. temenku “yg hebat” ini lulus dari kuliahnya …, sebagaimana biasa, dia banyak sekali mengirimkan lamaran kerja … bahkan hingga keluar kota, mulai dari lowongan kerja di Pabrik, Instansi akademik, hingga pemerintahan …., hampir semua peluang tidak ia sia-siakan …..

Waktu itu … dia belum selesai (tahfidznya), bahkan terkesan separuh-separuh dalam menghafalkan Quran,… ” lebih baik, daripada tidak sama sekali” …. begitulah pendiriannya (waktu itu).

Hari berganti hari … minggu pun berlalu, hingga bulan pun secara rutin terus berganti … tanpa hasil yang berarti. Tidak ada informasi tentang lamaran kerja yang ia layangkan, tidak ada panggilan wawancara yang senantiasa ia nantikan, hingga berbuah sebuah keputusasaan … di tengah usahanya, di tengah kegiatan selingannya … “menghafalkan alquran”.

Di suatu malam…
Sebagai orang yang beriman … tentu tak layak meninggalkan “Tuhan”. Keheningan malam pun ia pecah dengan gerakan beraturan … shalat malam. Dengan tetesan air mata, dengan hati yang gundah … dengan pikiran yang tak jelas arah, perasaanpun turut merana … (komplit dah….), ia menengadahkan tangan seraya berdo””a dan sangat berharap jawaban serta belas kasihan Sang Pencipta Alam …

Ya Alloh … dengan takdirMu aku di perantauan ….
Ya Alloh … dengan keMahaTahuanMu … aku dalam kesulitan yang kelam
Ya Alloh … KeputusanMu begitu Indah … hingga aku mengerti hikmah di dalamnya …
Ya Alloh … segala usaha telah kucoba … tak sepeserpun kudapatkan rupiah …
Ya Alloh … dengan kesempatanMu aku berusaha mendekap Kalam Mu, namun apa daya … telah habis bekalku…
tak mungkin ku kembali dengan tangan hampa …
tak mungkin ku membalikkan arah kapal dengan bermodalkan kibaran bendera saja …
haruskah ku pupus asaku …?
haruskan ku hentikan langkahku …?
adakah yang salah denganku …?
ku mohon petunjukMu …

Di malam itu … sahabatku benar-benar merasa dalam kebimbangan, benar-benar dalam kondisi nadhir yang tak terlekkan … bahkan tidak pernah ia bayangkan, hingga pada akhirnya … ia pun meyakinkan dirinya … lewat sebuah do””a

Ya Alloh … dengan segala kelemahanku, aku tak sanggup mendekap kalamMu
habis bekal ini…. habis darah ini… kering kerontang keringat ini …., dan akupun merasa sungguh sendiri
Engkau lebih tahu apa yang terbaik untukku
Engkau lebih mengerti apa yang salah di dalam hati

dan akupun siap kembali meski tanpa hasil yang berarti …
Ya Jabbar … aku hanya bisa berpasrah diri
Di bawah naungan ridlo-Mu…
Di bawah takdir indah-Mu …
Di bawah rahasia keputusan-Mu…

Yaa muqollibal quluuub… tsabbit quluubana ””ala dinik
Yaa mushorrifal quluub … shorrif quluubana ””ala tho””atik

Pagi hari itu …
Selepas malam itu … ia berkemas untuk Boyong (keluar dari pesantren), … hingga kemudian pada sekitar pukul sepuluh pagi … HP sahabatku berbunyi, percakapan luar biasa pun terjadi

Penelpon : Hallo … Assalamu””alaikum … !!!
Sahabatku : Wa””alaikum salam …, ini siapa yach..???
Penelpon : oh kami perwakilan dari perusahaan X …, ini benar Mr. Y
Sahabatku : Oh yach benar … ada yang bisa dibantu?
Penelpon : Begini mas … kami mendapatkan referensi dari pimpinan kami untuk interview kerja di tempat kami.
Sahabatku : ow… begitu, dimana dan kapan pak..???
Penelpon : Di kantor kami,Siang ini, selepsas dhuhur…, mas bisa kan..???
Sahabatku : Oh ..bisa”, insyaAlloh kami hadir….
Penelpon : OK, thanks yach …kami tunggu, wassalamu””aikum
Sahabatku : Wa””alaikum salam

Dengan wajah dan raut muka keheranan, sahabatku seakan bingung dan mencoba mengulang kembali semua ingatan. Dengan sangat yakin ia menceritakan … bahwa ia tidak pernah mengajukan lamaran kerja di perusahaan X yang tak seberapa jauh dari tempat tinggalnya.

Hari itu sungguh sebuah sejarah dalam hidupnya, sekali lagi … Alloh telah menunjukkan kebesaran dan kekuasaanNya. Betapa tidak … sungguh di luar logika, ia diterima kerja di perusahaan yang belum pernah kenal sebelumnya, hanya bermodal review dan surat kesediaan saja.

Sejenak ia termenung .. seakan tak percaya, hingga akhirnya ia sadar, bahwa kesempatan itu adalah bukti kebesaran Alloh dan RidloNya … akan langkah sucinya dalam mendekap kalamNya. Sungguh Alloh telah memuluskan jalanNya … bagi siapa saja yang menuntut ilmu dan memperjuangkan agamaNya. Allohu Akbar …!!!, seketika itu pula sahabatku tersungkur … sujud di balut dengan tangisan, rasa syukur bercampur dengan kekaguman … akan kebesaran TuhanNya …, sebagaimana dalam FirmanNya ( “jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” [QS.47:7].)

… Dengan mata berkunang, diapun memberikan sebuah pernyataan penuh kenyataan “AKU MENGHAFAL QURAN KARENA MALU KEPADA ALLOH” …, Alloh telah memberikan semua bekal untuk perjuanganku, melapangkan jalan ibadahku … dan mengabulkan do””a serta permintaanku …., setelah semua telah nyata … adakah aku sebagai hamba yang beriman ..???., jika tidak memanfaatkan ni””mat yang diberikan…???, bukankah aku hamba yang durhaka … jika memalingkan nikmat yang ada …, tidak untuk mendekap kalamNya …???

===

Sejenak .. mencoba mengambil sebuah pelajaran dari kisah ini, akupun mulai melihat ke dalam hati … ke dalam jiwa, instropeksi diri …, Adakah nikmat Alloh yang aku dustakan…???, jangan-jangan … jangan-jangan … , astaghfirulloh …, Ya Alloh …. hanya dengan petunjukMu aku melihat…, hanya dengan pertolongaMu aku menjadi tahu…, hanya dengan kekuasaan dan kekuatanMu aku sanggup untuk terus maju ….

semoga bisa diambil sebuah hikmah … amin.

WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB

Alloh memberikan masing-masing waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berbeda-beda, diantaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Mereka mengira seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda.
Bagi setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar mendapatkan kesuksesan, keberuntungan, kemenangan dan keselamatan. Adapun waktu-waktu mustajabah tersebut antara lain:
1) Sepertiga Akhir Malam
Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu berfirman: barangsiapa yang berdoa, maka Aku kabulkan, barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku akan mengampuninya.” (Shahih Al-Bukhari, Kitab Da’awaat bab Doa Nisfullail 7/149-150).

2) Tatkala Berbuka Puasa Bagi Orang Yang Berpuasa
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash r.a bahwa dia mendengar Rasululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak.” (Sunan Ibnu Majah, bab Fis Siyam La Turaddu Da’watuhu 1/321 No. 1775. Hakim dalam Kitab Mustadrak 1/422. Dishahihkan sanadnya oleh Bushairi dalam Misbahuz Zujaj 2/17).

3) Setiap Selepas Shalat Fardhu
Dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasululloh SAW ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Alloh SWT, beliau menjawab: Dipertengahan malam yang akhir dan disetiap selesai shalat fardhu.” (Sunan At-Tirmidzi bab jamiud Da’awaat 13/30. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi 3/167-168 No. 2782).

4) Pada Saat Perang Berkecamuk
Dari Sahl bin sa’ad r.a bahwa Rasululloh SAW bersabda: Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang ditolak: doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk.” (Sunan Abu daud Kitab Jihad 3/21 No. 2540. Sunan Baihaqi bab Shalat Istisqo 3/360. Hakim dalam Mustadrak 1/89. Dishahihan Imam Nawawi dalam Al-Adzkaar hal. 341. Dan Al-Albani dalam Ta’liq Alal MIsykat 1/212 No. 672).

5) Sesaat Pada Hari Jum’at
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Abul Qasim SAW bersabda: Sesungguhnya pada hari jum’at ada satu saat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Alloh melainkan akan diberikan padanya, beliau berisyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut”. (Shahih Al-Bukhari kitab Da’awaat 7/166. Shahih Muslim kitab Jumuh 3/5-6). Waktu yang sesaat itu tidak bisa diketahui secara berbeda-beda, sebagimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/203. Dan kemungkinan besar waktu tersebut berada pada saat imam atau khatib naik mimbar hingga selesai shalat jum’at atau hingga selesai waktu shalat ashar bagi orang yang menunggu shalat maghrib.

6) Pada Waktu Bangun Tidur Pada Malam Hari Bagi Orang Yang Sebelum Tidur Dalam Keadaan Suci dan Berdzikir kepada Alloh.
Dari ‘Amr bin ‘Anbasah r.a bahwa Rasululloh SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba tidur malam dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Alloh akan mengabulkannya.” (Sunan Ibnu Majah bab doa 2/352 No. 3924. Dishahihkan oleh Al-Mundziri 1/371 No. 595).
Terbangun tanpa sengaja pada malam hari (An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/190) yang dimaksud dengan “ta’ara minal lail” terbangun dari tidur pada malam hari.

7) Doa Diantara Adzan dan Iqomah
Dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasululloh SAW bersabda: “Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqomah”. (Sunan Abu Daud kitab Shalat 1/144 No. 521. Sunan At-Tirmidzi bab Jamiud Da’waat 13/87. Sunan Al-Baihaqi kitab Shalat 1/410. Dishahihkan oleh Al-Albani kitab Tamamul Minnah hal. 139).

8) Doa Pada Waktu Sujud Dalam Shalat
Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasululloh bahwa SAW bersabda: Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sangat tepat untuk dikabulkan”. (Shahih Muslim kitab Shalat bab Nahi An Qiratul Qur’an fi Ruku’ wa Sujud 2/48) Yang dimaksud adalah sangat tepat dan layak untuk dikabulkan doa kamu.

9) Pada Saat Sedang Kehujanan
Dari Sahl bin A’ad r.a bahwasanya Rasululloh SAW bersabda: Dua doa yang tidak pernah ditolak, doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan”. (Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ No. 3078).
Imam An-Nawawi berkata bahwa penyebab doa pada waktu kehujanan tidak ditolak atau jarang ditolak dikarenkan pada saat itu sedang turun rahmat khususnya curahan hujan pertama di awal musim. (Fathul Qadie 3/340).

10) Pada Saat Ajal Tiba
Dari Ummu Salamah bahwa Rasululloh SAW mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya) dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya kemudian bersabda : Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya. Semua keluarga histeris. Beliau bersabda: Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan”. (Shahih Muslim kitab Janaiz 3/38).

11) Pada Malam Lailatul Qadar
Alloh SWT berfirman: Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejhateraan sampai terbit fajar”. (QS Al-Qadr :3-5). Imam As-Syaukani berkata bahwa Kemuliaan Lailatul Qadar mengharuskan doa setiap orang pasti dikabulkan. (Tuhfatud Dzakirin hal. 56)

12) Doa Pada Hari Arafah
Dari ‘Amr bin Syu’aib r.a dari bapaknya dari kakaeknya bahwasanya Nabi SAW bersabda: Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah”. (Sunan At-Tirmidzi bab Jamiud Da’waat 13/83. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ta’liq alal Misykat 2/797 No. 2598)

(Disalin dari buku Jahalatun nas fid du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa, oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 181-189, terbitan Darul Haq, Penerjemah Zainal Abidin Lc)

Jauhi Segala Bentuk Perdukunan

"Bila anda ingin mengetahui masa depan anda, ketik REG spasi xxx,” demikian bunyi salah satu iklan perdukunan yang ditayangkan di salah satu TV swasta.

Sudah bukan rahasia lagi. Di antara kita, terkadang secara tidak sadar ikut andil dalam proyek perdukunan, baik secara halus, samar-samar, atau terang-terangan. Bahkan ada sebagian orang yang bergantung hidupnya dengan ramalan. Entah ramalan masa depan, jodoh, pekerjaan, atau hal-hal kecil, misalnya ramalan bintang.

Tak sedikit pula di antara kita –di zaman modern ini-- percaya akan hari baik untuk lamaran atau pernikahan. Dalam tradisi Jawa, banyak orang terkadang harus percaya bahwa perjodohan ditentukan oleh weton (nama hari dalam kelahiran Jawa, red) atau dikenal pula dengan Horoskop. Dengan weton, seseorang dinilai, bahkan dilihat, apakah pasangan satu dengan pasangan yang lainnya cocok dan diperbolehkan untuk melanjutkan hubungan.

Padahal, Allah berfirman dengan jelas, tanpa perlu ditafsirkan lain-lain, bahwa segala urusan yang ghaib (termasuk kematian, kelahiran, jodoh, rezeki, dll) hanyalah rahasia Allah SWT.

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ . إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. al-Jinn : 26-27)

Dalam firman yang lain Allah juga mengatakan:

قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ

“Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. an-Naml : 65)

Maka para dukun, peramal, penyihir, dan semisal mereka, adalah orang-orang yang paling sesat, paling berat hukuman di akhirat. Sebab, sesungguhnya mereka tidak mengetahui yang ghaib, kecuali sesungguhnya ia hanya berbohong kepada manusia.

إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلاَيُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى

“Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang". (QS. Thaha:69)

Dalam hadits shahih dari Rasulullah bersabda:

اجْتَنِبُوْا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ. قَالُوْا:يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَكْلِ الرِّبَا وَأَكْلِ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ

"Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan. Mereka bertanya: apakah itu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan sebab yang dibenarkan agama, memakan riba, memakan harta anak yatim, kabur dari medan perang, menuduh zina terhadap wanita yang terjaga dari perbuatan dosa, tidak tahu menahu dengannya dan beriman kepada Allah.” [Muttafaqun �alaih].

Hadits ini menunjukkan begitu besarnya dosa sihir, karena Allah menyertakannya dengan perbuatan syirik dan mengabarkan bahwa ia termasuk perkara yang membinasakan. Sihir adalah kafir karena ia tidak bisa sampai kepadanya, kecuali dengan kufur.

Dan dalam riwayat yang shahih dari Amirul Mukminin Umar bin Khathab, ia menyuruh membunuh sebagian penyihir dari laki-laki dan perempuan. Dan seperti inilah diriwayatkan dari Jundub al-Khair al-Azdi, salah seorang sahabat Nabi, bahwa ia membunuh sebagian penyihir. Dan dalam riwayat yang shahih dari Hafshah radhiyallahu �anha, ia menyuruh membunuh budak wanita miliknya yang telah menyihirnya, lalu budak wanita itu dibunuh. Dan dari Aisyah radhiyallahu �anha, ia berkata: “Orang-orang bertanya kepada Nabi tentang para dukun.� Maka beliau bersabda: �Mereka tidak ada apa.� Mereka bertanya: �Sesungguhnya mereka terkadang menceritakan sesuatu lalu menjadi kenyataan.� Maka Rasulullah bersabda: �Itu adalah kata-kata dari al-Haqq yang dicuri oleh jin, lalu mereka mengulang-ulangnya di telinga kekasihnya, lalu mereka mencampur padanya lebih dari seratus kebohongan.” [HR. al-Bukhari].

Dan dalam riwayatkan Ibnu Abbas, Nabi bersabda:

مَنْ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُوْمِ فَقَدْ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ

"Barangsiapa yang mengambil satu ilmu dari ilmu nujum (astrologi) niscaya ia telah mengambil satu cabang dari sihir, setiap bertambah ilmu yang dipelajarinya, bertambah pula dosanya." [HR. Abu Daud dan isnadnya shahih].

Dan dalam riwayat an-Nasa`i, dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda:

مَنْ عَقَدَ عُقْدَةً ثُمَّ نَفَثَ فِيْهَا فَقَدْ سَحَرَ وَمَنْ سَحَرَ فَقَدْ أَشْرَكَ وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِّلَ إِلَيْهِ

��Barangsiapa mengikat buhul, kemudian meniup padanya, maka sungguh ia telah menyihir, dan barangsiapa yang menyihir, berarti ia berbuat syirik, dan barangsiapa yang bergantung kepada sesuatu, maka dirinya dijadikan Allah mengandalkan sesuatu itu."

Hadits ini menunjukkan bahwa sihir adalah perbuatan syirik karena hal itu tidak bisa terwujud tanpa menyembah jin dan mendekatkan diri kepada mereka dengan cara melaksanakan permintaan mereka, seperti menyembelih dan berbagai bentuk ibadah lainnya, dan ibadah kepada mereka adalah perbuatan syirik.

Barangsiapa yang datang kepada mereka dan mempercayai ucapan mereka tentang ilmu gaib, maka ia kafir, berdasarkan hadits riwayat Ahmad dan ashhab sunan (empat kitab sunan) dari hadits Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم.

"Barangsiapa yang mendatangi peramal atau dukun, lalu membenarkan ucapannya maka sungguh telah kufur (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad.”

Dan Muslim meriwayatkan dalam shahihnya, dari sebagian istri Nabi , sesungguhnya beliau bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْئٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً

"Barangsiapa yang mendatangi peramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu niscaya shalatnya tidak diterima selama 40 hari."

Dan dari Imran bin Hushain, dari Nabi, beliau bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ, أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ, أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ. وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم.

"Bukan termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta tathayyur (menganggap sial dengan sesuatu) untuknya, atau meramal atau meminta diramal untuknya, atau menyihir atau meminta disihir untuknya, dan barangsiapa yang mendatangi dukun lalu membenarkan ucapannya, maka sungguh ia telah kafir dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad." [HR. al-Bazzar dengan isnad jayyid].

Dari hadits-hadits di atas, jelaslah bagi pencari kebenaran bahwa ilmu nujum (astrologi), yang dinamakan ramalan, membaca telapak tangan, membaca gelas, mengenal garis dan semisal yang demikian itu yang diakui oleh para dukun, peramal dan penyihir, semuanya termasuk ilmu jahiliyah yang diharamkan oleh Allah --dan rasul-Nya--, dan dari perbuatan mereka yang Islam datang untuk membatalkannya, memperingatkan dari perbuatannya, atau mendatangi pelakunya dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, atau mempercayai ucapannya, karena hal itu termasuk ilmu gaib yang hanya Allah, yang mengetahuinya.

Nasihat saya bagi setiap orang yang bergantung dengan perkara ini agar ia bertaubat kepada Allah, dan meminta ampun kepada-Nya. Hendaklah ia berpegang kepada Allah, bertawakal kepada-Nya dalam segala perkara, serta melakukan sebab-sebab yang dibolehkan.

Hendaklah ia meninggalkan perkara-perkara jahiliyah, menjauh darinya, memperingatkan bertanya kepada pelakunya atau membenarkan mereka karena taat kepada Allah, dan rasul-Nya, dan menjaga agama dan aqidahnya, menjaga diri dari kemurkaan Allah, dan menjauhkan diri dari sebab-sebab kesyirikan dan kufur yang barangsiapa yang mati atasnya niscaya ia rugi dunia dan akhirat.

Kami memohon afiyat kepada Allah. Dari hal itu, kita berlindung kepada-Nya dari segala hal yang menyalahi syari�atnya atau menjerumuskan dalam murka-Nya. sebagaimana kami memohon kepada-Nya agar memberi taufik kepada kita dan semua kaum muslimin untuk memahami agama-Nya dan berpegang teguh atasnya.

Dan semoga Dia, melindungi kita semua dari fitnah yang menyesatkan dan dari kejahatan diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. Sesungguhnya Dia, Yang Mengatur hal itu dan Maha Kuasa atasnya. Semoga rahmat dan kesejahteraan Allah, selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. [dari Fatawa wa Maqalat mutanawwi�ah, Syaikh Bin Baz—Majmu/www.hidayatullah.com]

Janji Ketemu di Syurga

Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja� bin Amr An-Nakha�i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia kuat beribadah dan sangat rajin. Suatu saat dia mampir berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha�.

Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata, si wanita cantik ini pun begitu juga padanya. Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang melamarnya dari ayahnya. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, �Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu.

Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku�. Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, �Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, "sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar." (Yunus:15)

Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.�

Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda.

Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo�akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburanya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"

Dia menjawaba, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."

Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia jawab, "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."

Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."

Si pemuda bertanya, "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.

Akhir yang bahagia......

Andai Tuhan Punya Facebook

Tahukah sesuatu yang berubah darimu?

tidak ada, hanya setitik perbedaan dan itu kau anggap biasa

tapi tidak bagiKu

Setiap bangun pagi, kau menyapanya

menyalurkan kata-kata hati dan mimpimu semalam padanya

kadang keadaanmu bagus, kadang tidak

Di sekolah pun kau bersamanya

di kelas, di kantin, di WC, selalu berdua

tak jarang guru menegurmu karena kau asyik dengannya

maka tak heran prestasimu menurun, meski kadang naik

kadang keadaanmu bagus, kadang tidak

Di rumah pun, kau habiskan canda tawamu dengan dia

orang tuamu sering berbicara dua kali, dan lebih keras, karena kau tidak benar-benar mendengarkan mereka

adikmu, kakakmu, dan kamu juga kini jarang bercengkerama

kadang keadaanmu bagus, kadang tidak

Di dalam kesendirianmu, keceriaanmu

dalam sedih, dan dukamu

dalam marah, dan harumu

dalam jatuh, dan bangkitmu

juga dalam sakit, dan riangmu

selalu ada Aku, tapi itu dulu

sekarang ada dia, dan hanya dia

tempatmu berkeluh kesah, bermain logika, berbagi kenarsisan, dan lainnya

dan kadang keadaanmu bagus, kadang tidak

tahukah kamu, sahabatmu jadi menjauh karena dia

tahukah kamu, orang tuamu jadi sedih karena dia

tahukah kamu, guru dan teman-temanmu seakan asing karena dia

dan tahukah kamu, sekarang dirimu lebih singkat menyapaKu

kadang keadaanmu bagus, kadang tidak

Sehari, berkali-kali kau menyapanya

sehari, 5 kali kau menyapaKu, kadang kurang dari itu

seminggu, kau beratus kali membaca status teman-temanmu

seminggu, kau hanya sekali-kali membaca firman-firmanKu

sebulan, ratusan foto kau upload untuknya

sebulan, hanya segelintir do’a dan permintaan yang kau upload padaku

setahun, 365 hari kau bersamanya, ratusan kali kau update statusmu untuknya

dan setahun, kau menjalani hari-harimu tanpaKu di hatimu

Sedih hatiku, semua yang kau butuhkan tak pernah ragu Ku limpahkan untukmu, hanya untukmu

tapi dirimu masih saja ragu akan eksistensiKu

Aku bisa saja membuatmu jatuh, tersungkur, dan terpukul, dengan menghancurkan dia atau dirimu

itu mudah untukku,tapi tidak, Aku hanya ingin disembah dengan baik

tak akan Ku sakiti hambaKu dengan cara seperti itu

Aku tau kau akan berubah, Aku hanya mengujimu

Seberapa pentingkah Aku bagimu, hambaKu :)

kadang statusmu bagus, kadang tidak



sumber : http://fiksi.kompasiana.com/group/puisi/2010/08/26/andai-tuhan-punya-facebook/

IJMA’ ULAMA TENTANG KEHARAMAN BUNGA BANK

Oleh : Drs.Agustianto,M.Ag

Adalah keliru besar, jika ada orang yang mengatakan bahwa ulama saat ini berbeda pendapat tentang hukum bunga bank. Telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan para ahli ekonomi Islam dan ulama berkaliber dunia tentang ijma’nya para ulama tentang keharaman bunga bank, di antaranya oleh Prof. Dr.M.Umer Chapra, Prof. M.Akram Khan, Prof.Dr.Yusuf Qardhawi, dll. Tulisan ini ingin mengetengahkan pembahasan tentang telah terjadinya ijma’ seluruh ulama dunia mengenai keharaman bunga (interest), baik bunga bank, asuransi, pegadaian, koperasi, obligasi dan seluruh institusi yang menerapkan sistem bunga.
Pengertian Ijma’
Para ulama ushul fiqh mendefinisikan ijma’ yaitu, kesepakatan semua ulama mujtahid dari ummat Islam pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah terhadap suatu hukum syara’. Demikian Rumusan Abdul Wahhab Khallaf dalam kitab Ilmu Ushul Fiqh Defenisi dari berbagai literatur yang lain juga memberikan pengertian yang sama dengan Abdul Wahhab Khallaf..
Para ulama menetapkan bahwa ulama yang melakukan ijma’ adalah orang yang memenuhi syarat. Salah satu syaratnya adalah ulama tersebut memahami persoalan (masalah) yang diijtihadi. Syarat ini sangat masuk akal, sebab, bagaimana mungkin seorang ulama berijtihad tentang suatu masalah, sementara ia tidak mengetahui masalah yang diijthadi. Seorang ulama yang berijtihad tentang bunga bank, haruslah mengerti ilmu ekonomi makro, misalnya kaitan (dampak )bunga terhadap investasi, produksi, unemployment, inflasi, kaitan bunga dengan spekulasi dan volatilitas mata uang di suatu negara, dsb. Dia juga harus mengerti teori-terori tentang bunga dan tentunya mengerti konsep okonomi Islam tentang fungsi uang. Pendeknya ia faham tentang ilmu moneter Islam..
Ijma’ dan Istiqra
Penetapan telah terjadinya ijma’ ulama tentang keharaman bunga bank bukan kesimpulan yang bersifat gampangan, tetapi setelah melakukan istiqra (penelitian) yang mendalam terhadap pendapat semua pakar ekonomi Islam sejak tahun 1970-an hingga saat ini.
Ulama (pakar) yang mengatakan ijma’nya ulama tentang keharaman bunga bank bukan sembarang ulama dan bukan satu dua orang. Mereka adalah para ulama yang ahli ilmu ekonomi, yang umumnya mereka sarjana ekonomi Barat. Kapasitas mereka sebagai ilmuwan ekonomi Islam tidak diragukan sedikitpun, karena latar belakang keilmuwan mereka sejak awal adalah ilmu ekonomi konvensional, tetapi mereka memahami syari’ah secara mendalam. Jumlah mereka sangat banyak. Menurut Yusuf Qardhawi mencapai 300 orang. Hasil karya intelektual mereka tentang ekonomi Islam yang telah dipublikasikan, sejak tahun 1960-an sampai sekarang, lebih dari 2000-an buah dalam bentuk buku dan tulisan di juornal-juornal ilmiah. Sekedar menyebut sebagian nama-nama mereka antara lain, 1. Prof.Dr.Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy,2. Prof.Dr.Muhammad Abdul Mannan,MA, 3.Prof.Dr.M.Umer Chapra, 4. Prof.Dr.Masudul Alam Khudary, 5. Prof.Dr. Monzer Kahf, 6. Prof.Dr. M.Akram Khan, 7. Prof.Dr.Kursyid Ahmad, 8.Prof.Dr.Dhiauddin Ahmad, 9. Prof.Dr. Muhammad Muslehuddin, 10.Prof.Dr. Afzalur Rahman, 11. Prof.Dr. Munawar Iqbal Quraisy, 12. Prof.Dr.Hasanuz Zaman, 13. Prof. Dr.M.Sudin Haroen, 14. M.Fahim Khan,.15. Prof.Dr.Volker Ninhaus, 16. Dr.Mustaq Ahmad. 17. Dr.Abbas Mirakhor, 18. Ausaf Ahmad, 19. Rauf Ahmed Azhar, 20. Syed Nawab haidar Naqvi, 21. Baqir al-Sadr, 22. Ahmad Najjar, 23. Ahmad Shalah Janjum (Pakistan), 24. Muhammad Ahmad Sakr, 25 .Kadim Al-Sadr, 26. Abdul Hadi Ghanameh, 27. Manzoor Ali, 28. Dr.Ali Ahmad Rusydi, 29. Dr.Muhammad Ariff, 30. Dr. Zubeir Hasan, 31.Prof.Dr Muhammad Iqbal Anjum, 32. Prof.Dr.Mazhar Islam, 33. Dr. Fariruddin Ahmad, 34. Dr.Syahadat Husein 35.Dr.Badruddin (Oman) 36. Dr.Mabid Ali Al-Jarhi, 37. Prof.Dr.Anas Zarqa, 38. Dr.Muhammad Uzei, 40. Dr.F.R Faridi, 41. Dr.Mahmud Abu Su’ud. 42. Dr.Ijaz Shafi Ghilani, 43. Dr.Sahabuddin Zain, 44. Mukhtar M.Metwally, 45. Dr.Hasan Abu Rukba, 46. Muhammad Hameedullah, 47. B.S Sharraf 48. Dr. Zubair Hasan, 49. Skharur Rafi Khan, 50. Prof. Dr. Mahmud Ahmad.51. dan lain-lain
Masih banyak lagi pakar ekonomi Islam lainnya.-.yang tidak dipaparkan di sini. Semua mereka mengecam dan mengharamkan bunga, baik konsumtif maupun produktif, baik kecil maupun besar, karena bunga telah menimbulkan dampak sangat buruk bagi perekonomian dunia dan berbagai negara. Krisis ekonomi dunia yang menyengsarakan banyak negara yang terjadi sejak tahun 1930 s/d 2000, adalah bukti paling nyata dari dampak sistem bunga.
Karena kesepakatan para pakar ekonomi Islam itulah, maka Prof.Dr.M.Umer Chapra mengatakan bahwa mereka ijma’ tentang keharaman bunga bank. Chapra adalah ahli ekonomi Islam paling terkemuka saat ini dan sangat produktif menulis tema-tema ekonomi Islam. Karena itu ia mendapat Award Faisal dari kerajaan Saudi Arabia, lantaran karya-karyanya yang spektakuler di bidang ekonomi Islam.
Menurut M.Umer Chapra, ulama saat ini sesungguhnya telah ijma’ tentang keharaman bunga bank. Dalam puluhan kali konferensi, muktamar, simposium dan seminar, para ahli ekonomi Islam dunia, Chapra menemukan terwujudnya kesepakatan para ulama tentang bunga bank. Artiya tak satupun para pakar yang ahli ekonomi itu yang mengatakan bunga syubhat atau boleh. Ijma’nya ulama tentang hukum bunga bank dikemukaka Umer Chapra dalam buku The Future of Islamic Econmic,( 2000).
Jadi, dalam penelitian Umer Chapra, tak sartu pun ulama yang ditemuinya membolehkan bunga bank. Dalam merespon pernyataan Umer Chapra tersebut, kita tentu bertanya. Bukankah ada ulama yang membolehkan bunga.? Nah, dalam pandangan Umer Chapra, kalaupun ada tokoh yang membolehkan bunga, misalnya Ahmad Khan (India) pada abad 19. Tokoh itu dinilainya tidak berkapasitas sebagai ahli ekonomi. Dan tak memiliki keilmuan yang memadai tentang ilmu ekonomi, khususnya ilmu moneter. Sedangkan untuk memustuskan suatu hukum, haruslah orang itu ahli di bidang hukum yang diputuskannya itu. Demikian pula misalnya Ahmad Hasan dari Indonesia, dia bukanlah seorang ekonom yang faham tentang ilmu moneter dan ekonomi makro atau ekonomi pembangunan. Jadi dalam kerangka pemikiran Umer Chapra, segelintir tokoh-tokoh itu, sama sekali tak memiliki keilmuan yang memadai tentang ilmu moneter dan oleh karena itu pendapat mereka tidak mu’tabar (diakui).
Selain Prof.Dr M.Umer Chapra, ahli ekonomi Islam yang mengatakan ijma’nya ulama tentang keharaman bunga bank adalah Prof.Dr.M.Akram Khan, seorang pakar ekonomi terkemuka dari Pakistan. Sebagai seorang ekonom muslim, beliau melakukan penelitian terhadap pendapat para ahli ekonomi Islam di seluruh dunia. Dalam penelitiannya beliau tidak menemukan ada pakar (ilmuwan) ekonomi Islam yang membolehkan bunga bank.
Sebagaimana Umer Chapra, Prof.Dr..M. Akram juga mengatakan ijma’nya ulama tentang bunga bank. Dia mempejalari pendapat-pendapat para ahli yang diakuinya sebagai ulama kridible dalam bidang ekonomi. Beliau tentu telah membaca ribuan buku tentang ekonomi Islam yang menjadi bidang keahliannya. (Penulis tinggal di Jakarta, Sekretaris Jendral Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Pusat dan Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta.

Nama-nama Syurga & Tingkatannya

Nama-nama Syurga sesuai Tingkatannya

Nama Syurga itu antara lain :
1. Surga /'Adn
2. Surga Na/'iim
3. Surga Ma/'wa
4. Surga Darussalam
5. Surga Darul Muqamah
7. Surga Maqamul Amin
8. Surga Khuldi

Sementara Surga dibagi atas beberapa pintu, masing-masing pintu memiliki kunci
ibadah khusus (QS. AZ-Zumar:73)

ada pintu syuhada, pintu /'Adn, pintu shalat, pintu puasa dll.

Surga Firdaus
Mengenai surga firdaus ini, dalam Al Qur'an, surat Al Kahfi, ayat 107, Allah swt. telah menegaskan: "sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh bagi mereka adalah 'surga firdaus menjadi tempat tinggal".
Juga penegasanya dalam Al Qur'an, surat Al Mu'minuun, ayat 9-11.
"Dan orang-orang yang memelihara shalat: Mereka itu adalah orang - orang yang akan mewarisi (yaitu) yang bakal mewarisi surga firdaus, mereka kekal di dalamnya".

Surga Adn
Surga 'Adn ini telah banyak sekali dijelaskan dalam Al Qur'an. yaitu sebagai berikut: Firman Allah swt. di dalam surat Thaaha, tepatnya ayat 76.
"(Yakni) surga 'Adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, didalamnya mereka kekal. dan itulah (merupakan) balasan bagi orang yang ( dalam keaddan ) bersih ( saat didunianya dari berbagai dosa )".
Firman-nya lagi didalam surat Shaad, ayat 50 :
"(Yaitu) surga'Adn yang pintu - pintunya terbuka bagi mereka".

Surga Na'iim
Dalam Al Qur'an surat al Hajj, ayat 56. Allah swt. telah menegaskan :
" Maka orang - orang beriman dan mengerjakan amal shaleh ada di dalam surga yang penuh kenikmatan".
Firman-nya lagi dalam surat Al Luqman, ayat 8 :
"Sesungguhnya orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, bagi mereka bakal mendapat surga yang penuh kenikmatan".

Surga Ma'wa
Banyak sekali didalam Al Qur'an dijelaskan, antara lain :
Surat As Sajdah, ayat 19 Allah swt. menegaskan:
"Adapun orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. maka bagi mereka mendapat surga - surga tempat kediaman, merupakan pahala pada apa yang telah mereka:kerjakan".
Firman-nya lagi didalam surat An Nizat, ayat 41:
"Maka sesungguhnya surga ma'walah tempat tinggal(nya)".

Surga Darussalam.
Mengenai surga Darussalam ini, telah banyak dijelaskan didalam Al Qur'an, diantaranya ialah : Dalam surat Yunus, ayat 25 :
"Dan allah meriyeru (manusia) ke Darussalam (yakni surga),
dan memimpin orang yang dikhendaki-nya kepada jalan yang lurus".

Surga Daarul Muqoomah.
Sesuai dengan penegasan allah swt. di dalam Al Qur'an, surat Faathir, ayat 34-35:
"Dan berkatalah mereka : Segala puji bagi allah yang telah mengapus (rasa) duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha Pengmpun lagi Maha Mensyukuri: Yang memberi tempat kami di dalam tempat yang kekal (surga) dan karunia-nya".

Surga maqoomul Amiin.
Sesuai dangan penegasan Allah swt. didalam Al Qur'an, surat Ad Dukhan, ayat 51:
"sesungguhnya orang - orang yang bertawakal tinggal didalam tempat yang aman (surga)".

Surga Khuldi.
Di dalam Al Qur'an tepatnya surat Al Furqaan, ayat 15, Allah swt. telah menegaskan :
"Katakanlah : "Apa (siksa) yang seperti itu yang baik, atau surga yang kekal, yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, sebagai balasan dan kediaman kembali mereka".

UNTA MENJADI HAKIM

Pada zaman Rasulullah s.a.w, ada seorang Yahudi yang menuduh orang Muslim mencuri untanya. Maka dia datangkan empat orang saksi palsu dari golongan munafik. Nabi s.a.w lalu memutuskan hukum unta itu milik orang Yahudi dan memotong tangan Muslim itu sehingga orang Muslim itu kebingungan. Maka ia pun mengangkatkan kepalanya menengadah ke langit seraya berkata, "Tuhanku, Engkau Maha Mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak mencuri unta itu."
Selanjutnya orang Muslim itu berkata kepada Nabi s.a.w, "Wahai Rasulullah, sungguh keputusanmu itu adalah benar, akan tetapi mintalah keterangan dari unta ini."

Kemudian Nabi s.a.w bertanya kepada unta itu, "Hai unta, milik siapakah engkau ini ?"
Unta itu menjawab dengan kata-kata yang fasih dan terang, "Wahai Rasulullah, aku adalah milik orang Muslim ini dan sesungguhnya para saksi itu adalah dusta."
Akhirnya Rasulullah s.a.w berkata kepada orang Muslim itu, "Hai orang Muslim, beritahukan kepadaku, apakah yang engkau perbuat, sehingga Allah Taala menjadikan unta ini dapat bercakap perkara yang benar."
Jawab orang Muslim itu, "Wahai Rasulullah, aku tidak tidur di waktu malam sehingga lebih dahulu aku membaca selawat ke atas engkau sepuluh kali."

Rasulullah s.a.w bersabda, "Engkau telah selamat dari hukum potong tanganmu di dunia dan selamat juga dari seksaan di akhirat nantinya dengan sebab berkatnya engkau membaca selawat untukku."
Memang membaca selawat itu sangat digalakkan oleh agama sebab pahala-pahalanya sangat tinggi di sisi Allah. Lagi pula boleh melindungi diri dari segala macam bencana yang menimpa, baik di dunia dan di akhirat nanti. Sebagaimana dalam kisah tadi, orang Muslim yang dituduh mencuri itu mendapat perlindungan daripada Allah melalui seekor unta yang menghakimkannya.
PAHSuatu hari satu pertempuran telah berlaku di antara pihak Islam dengan pihak Musyrik. Kedua-dua belah pihak berjuang dengan hebat untuk mengalahkan antara satu sama lain. Tiba saat pertempuran itu diberhentikan seketika dan kedua-dua pihak pulang ke markas masing-masing.
Di sana Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah berkumpul membincangkan tentang pertempuran yang telah berlaku itu. Peristiwa yang baru mereka alami itu masih terbayang-bayang di ruang mata. Dalam perbincangan itu, mereka begitu kagum dengan salah seorang dari sahabat mereka iaitu, Qotzman. Semasa bertempur dengan musuh, dia kelihatan seperti seekor singa yang lapar membaham mangsanya. Dengan keberaniannya itu, dia telah menjadi buah mulut ketika itu.

"Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman," kata salah seorang sahabat.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun menjawab, "Sebenarnya dia itu adalah golongan penduduk neraka."
Para sahabat menjadi heran mendengar jawapan Rasulullah itu. Bagaimana seorang yang telah berjuang dengan begitu gagah menegakkan Islam boleh masuk dalam neraka. Para sahabat berpandangan antara satu sama lain apabila mendengar jawapan Rasulullah itu.
Rasulullah sedar para sahabatnya tidak begitu percaya dengan ceritanya, lantas baginda berkata, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam oleh pihak musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Dengan segera Qotzman meletakkan pedangnya ke atas tanah, manakala mata pedang itu pula dihadapkan ke dadanya. Lalu dia terus membenamkan mata pedang itu ke dalam dadanya."

"Dia melakukan perbuatan itu adalah kerana dia tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya. Akhirnya dia mati bukan kerana berlawan dengan musuhnya, tetapi membunuh dirinya sendiri. Melihatkan keadaannya yang parah, ramai orang menyangka yang dia akan masuk syurga. Tetapi dia telah menunjukkan dirinya sebagai penduduk neraka."
Menurut Rasulullah S.A.W lagi, sebelum dia mati, Qotzman ada mengatakan, katanya, "Demi Allah aku berperang bukan kerana agama tetapi hanya sekadar menjaga kehormatan kota Madinah supaya tidak dihancurkan oleh kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku. Kalau tidak kerana itu, aku tidak akan berperang."

Riwayat ini telah dirawikan oleh Luqman Hakim.LAWAN NERAKA

sebuah renungan

Dalam sebuah pidatonya, Sayyidina Abu Bakar ash-shiddiq ra berkisah :
Akan didatangkan pada hari kiamat seorang hamba yang telah diberikan nikmat yang sangat banyak oleh Allah dan dilapangkan rezekinya. Badannya sungguh sehat, tapi ia kufur terhadap nikmat Rabbnya. Ia ditegakkan di hadapan Allah dan ditanya tentang apa yang telah ia lakukan untuk harinya saat kiamat itu dan apa yang telah ia lakukan untuk dirinya sendiri.
Ia tidak mendapatkan dirinya telah melakukan kebajikan, lalu ia menangis hingga air matanya mengalir. Kemudian ia menyesali dan meratapi dirinya karena tidak taat kepada Allah hingga menangis dengan mengeluarkan darah.
kemudian ia menyesali dan meratapi nasibnya hingga ia memakan kedua tangannya sampai ke pergelangannya. Kemudian ia menyesali dan meratapi dirinya karena tidak taat kepada Allah dan meraung-raung sampai kedua biji matanya jatuh di atas pipinya. Jarak di antara keduanya satu kali satu parsakh. Kemudia ia menyesali dan meratapi nasibnya hingga berkata, “Wahai Rabbku, kirimlah aku segera ke neraka-Mu. Kasihanilah aku di tempat ini …”