Sabtu, 28 Agustus 2010

Character Building Melalui Ramadhan

Dalam berbagai literatur apapun pengertian tentang puasa adalah al-imsak menahan. Ismail Raji Alfaruqi menyebut puasa sebagai media yang paling tepat untuk menahan diri. Kata kunci puasa sejak diwajibkannya terhadap umat terdahulu sampai sekarang adalah menahan diri dari segala perangai buruk yang merupakan karakter binatang. Oleh karena itu puasa Ramadhan sebagai bulan yang begitu khusus diberikan oleh Allah SWT menyediakan waktu dan metode dalam pembentukan karakter manusia. Karakter manusia yang diharapkan lahir dari madrasah Ramadhan adalah manusia yang bertaqwa (QS.2:183).

Jalan menuju karakter menjadi manusia bertaqwa ada dalam makna-makna tertinggi berpuasa, di antaranya :

Pertama, Ramadhan mengajarkan optimisme. Tidak ada satupun ancaman bagi orang yang bersiap bersatu dengan Ramadhan. Setiap orang dalam keadaan apapun sebelumnya Ramadhan menjawabnya dengan optimism. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa bulan Ramadhan awalnya adalah bulan rahmat, pertengahannya ampunan dari segala bentuk dosa, dan akhirnya adalah selamatnya kita dari api neraka. Syeikh Abdul Fatah Ilmuwan Mesir memaknai hadits ini bahwa kendatipun orang sepanjang hayat tidak pernah mendapat rahmat dan ampunan dari Allah tetapi begitu datang Ramadhan ia bertaubat memohon ampun, maka Allah akan memberikan ampunan tersebut dan akhirnya dijaga oleh Allah SWT segala keburukan tingkah lakunya.

Kedua, puasa Ramadhan membiasakan orang untuk jujur dan adil. Jujur artinya ia dapat dipercaya dan tidak melakukan bentuk kebohongan sekecil apapun. Dalam hadits riwayat Bukhari Nabi Muhammad SAW bersabda barangsiapa yang berpuasa tetapi tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya (puasanya). Para tokoh dunia yang berhasil menjadi pemimpin adalah mereka yang memiliki sifat kejujuran. Nabi Muhammad SAW menjadi tokoh yang paling berpengaruh di dunia ini memupuk diri menjadi seorang yang memiliki kepribadian jujur sehingga semasa muda sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul telah diberi gelar oleh masyarakatnya dengan al-amin yaitu orang terpercaya. Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang menyebabkan krisis multi dimensional adalah karena kita sudah tidak memiliki sifat kejujuran. Akibatnya korupsi, manipulasi, kolusi, dan nepotisme menjadi bagian dari karakter hidup. Puasa Ramadhan mentraining kita untuk keluar dari cengkraman virus tersebut. Pentingnya jujur dan adil dalam kehidupan sebagai bukti taqwa Allah SWT mengingatkan, "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran/kejujuran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS.Almaidah:8).

Ketiga, puasa Ramadhan membiasakan hidup disiplin. Puasa Ramdahan memiliki aturan waktu yang sangat jelas. Misal pelaksanaannya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Sebelumnya disunahkan untuk sahur yaitu makan dan minum sebelum fajar terbit. Terbenam matahari kemudian berbuka puasa tidak harus maka menahan lagi saatnya untuk makan dan minum sesuai kesukaannya asal tidak berlebihan. Malamnya setelah sahalat Isya disunahkan untuk shalat Tarawih (shalat sesudah suasana rileks setelah menikmati santapan hidangan berbuka puasa. Sehingga puasa Ramadhan mengajarkan bagaimana kita membiasakan diri untuk disiplin dengan rangkaian waktu yang jelas. Disiplin merupakan cerminan dari sebuah masyarakat yangberbudaya maju. Oleh karena itu karakter disiplin merupakan karakter orang yang sukses. Dengan demikian puasa melatih dan membentuk disiplin setahap demi setahap. Biasanya sebuah kebaikan seperti disiplin jika dibiasakan dalam beberapa waktu bahkan satu bulan akan menjadi jiwa dan kepribadian seseorang ketika dijalani dengan penuh kesabaran. Maka pantas Rasulullah SAW menegaskan barangsiapa yang berpuasa dengan iman dan mengaharap keridhaon Allah (dengan disiplin), maka diampuni dosa-dosa yang terdahulu.

Keempat, puasa Ramadhan membiasakan hidup bertoleransi. Puasa Ramadhan mengajarkan kita untuk hidup dengan damai. Bahkan Rasulullah SAW mengingatkan ketika ada orang yang memerangi diwaktu kita berpuasa dianjurkan untuk mengalah, katakan saya sedang berpuasa. Artinya bagi orang-orang yang jelas mengajak konflik dan memerangi saja harus mengalah apalagi kepada orang-orang yang sama sekali tidak bermusuhan Nabi mengajarkan kita untuk menghargainya dan berlaku baik dengan mereka. Maka pantas puncak dari taqwa sebagai tujuan akhir puasa adalah penghargaan terhadap pluralitas. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat : 13. "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal".

Kelima, Ramadhan mengasah kepekaan sosial. Salah satu isi khutbah Rasulullah SAW kepada para sahabat tentang pelaksanaan puasa Ramadhan adalah "Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Puasa Ramadhan mengenalkan kepada kita untuk merasakan lapar dan hausnya orang miskin dalam menjalani hidup. Bagi orang yang berpuasa mereka lapar dan dahaga hanya sepanjang hari dari pagi sampai sore tetapi bagi orang yang miskin mereka lapar dan dahaga sepanjang waktu siang mapun malam. Maka pantas Rasulullah mengingatkan bahwa Ramadhan merupakan bulan berderma atau berfilantropi. Dengan ikut merasakan lapar dan dahaganya kekurangan makanan dan minuman menjadikan orang akan tersentuh nuraninya untuk peka terhadap situasi sosial di sekitarnya. Bahwa sharing dan berbagi atas apa yang kita miliki merupakan kenisacyaan manusia yang beriman.

Keenam, Ramadhan membangun sikap bertanggung jawab. Dalam pelaksanaannya ibadah puasa berbeda dengan ibadah-ibadah lain yang mengharuskan pelibatan orang lain dan kontrol sosial. Seperti shalat yang sangat dianjurkan adalah berjama'ah, artinya terlihat oleh orang lain. Zakat bahkan ada panitianya (amil), sehingga orang yang berzakat pasti akan diketahui oleh orang lain. Menikah tidak sekedar suka sama suka tetapi juga diperlukan saksi-saksi untuk menjadi dasar legalitasnya. Ibadah puasa begitu rahasia, privat, dan tidak deklaratif yang tahu hanya diri orang yang melaksanakannya dan Tuhan. Sehingga sikap tanggung jawab yang didasari keimanan menjadikan orang mampu berpuasa. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa puasa itu milik Tuhan, jadi Tuhan yang akan langsung mengontrol dan membalasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar