Sabtu, 28 Agustus 2010

Marhaban Ya Ramadhan

Ramadhan Bersama Kita....

"Barangsiapa gembira menyambut datangnya bulan suci Ramadhan maka niscaya Alloh SWT akan mengharamkan dirinya dari jilatan api neraka (Al-Hadis)

Ketahuilah...

Masa yg hilang tidak bisa diulang

Raihlah kesempatan yg belum tentu ada lagi

Datang pada bulan ini...

Setiap perbuatan baik pahalanya berlipat ganda

Seribu kali pahala biasa

Perbanyaklah membaca Al Qur’an

Hormatillah orang yg berpuasa

Jagalah lidahmu dari hal yg tak berguna

Peliharalah penglihatanmu dari dosa

Ingatlah!

Lusa belum tentu kita berjumpa

Dengan Ramadhan....

Note: Atas nama pribadi & keluarga mohon maaf atas segala kekhilafan. Selamat menunaikan ibadah shaum Ramadhan. Mari bersama mensucikan diri untuk meraih kemenangan di hari yg fitri...

Masihkah Kita Ragu Mengikuti Petunjuk-Nya?

Dalam kitab "Fadhail A'mal" susunan Al Kandhalawi, diceritakan bahwa Syaikh Abu Abdullah berkata :

" Suatu hari ibu saya meminta ayahku membeli ikan di pasar. Kemudian saya pergi bersama ayahku. Setelah ikan dibeli, kami memerlukan seseorang untuk membawanya. Kebetulan ada seorang pemuda sedang berdiri di pasar dan pemuda itu membawa ikan di atas kepalanya dan turut bersama kami ke rumah.

Di tengah perjalanan, kami mendengar suara adzan, pemuda itu berkata : "Penyeru Allah telah memanggil, izinkan saya berwudhu, barang ini akan saya bawa setelah shalat nanti, apabila bapak setuju, silakan menunggu, jika tidak, silakan bawa sendiri". Setelah berkata demikian, dia meletakkan ikan itu dan pergi ke masjid.

Ayahku berpikir pemuda itu memiliki keyakinan yang begitu kuat kepada Allah swt. Akhirnya ayah meletakkan ikan itu kemudian kami pergi ke masjid. Setelah kembali dari masjid, ternyata ikan itu masih utuh di tempatnya, lalu pemuda itu mengangkat kembali ikan itu dan bersama-sama menuju rumah.

Setelah di rumah, ayah menceritakan peristiwa tadi kepada ibu. Ibu berkata kepada pemuda itu : "Simpanlah ikan itu, mari makan bersama kami, setelah itu kamu boleh pulang". Tetapi pemuda itu menjawab : " Maafkan saya, saya sedang berpuasa" "Kalau begitu, datanglah nanti petang dan berbukalah disini, " kata ayah memaksa. Pemuda itu berkata : "Biasanya jika saya telah pergi, saya tidak akan kembali lagi. Namun untuk kali ini saya akan pergi ke masjid dan nanti petang saya akan kembali kemari."

Sesudah itu dia pergi ke masjid di dekat rumah. Pada petang harinya setelah shalat maghrib dia datang dan makan bersama kami. Setelah makan, kami menyiapkan sebuah kamar untuknya agar dia dapat beristirahat tanpa terganggu oleh siapapun. Di sebelah rumah kami, ada seorang wanita tua yang lumpuh. Kami benar-benar terkejut ketika melihatnya berjalan. Kami bertanya : "Bagaimanakah engkau dapat sembuh ?" Wanita tua itu menjawab : "Berkat tamu anda, saya memohon kepada Allah agar kaki saya disembuhkan. Dan Allah telah mengabulkan do'a saya." Ketika kami mencari pemuda itu, ternyata dia telah meninggalkan kamarnya, pergi tanpa diketahui siapapun juga.".

Dari kisah ini, Allah akan memberikan petunjukNya kepada siapa saja yang dikehendakiNya, terlebih kepada yang selalu berusaha mentaati segala perintahNya terutama bagi yang selalu menjaga shalatnya, sebagaimana firmanNya : "Jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu."(QS Al Baqarah 45).

Pada November 1993, ketika saya ditemani seorang staf eksplorasi ditugaskan untuk melakukan "geological reconaissance and sampling" di Pulau Laut, Kalimantan Selatan, mendapatkan sesuatu yang cukup menakjubkan setelah mendapat petunjuk dalam shalat subuh.

Sebenarnya, kami telah melakukan pengamatan cukup lama dan mengambil contoh batuan di sebuah singkapan di pinggir jalan utama di pulau tersebut (lokasi 38) pada sore hari sehabis hujan. Namun pada hari berikutnya, setelah selesai shalat subuh, seperti mendapat petunjuk berupa bisikan dalam qalbu, agar kembali ke lokasi 38 lagi, dan kami ikuti petunjuk itu. Pada awalnya kami tidak menemukan sesuatu yang aneh di lokasi tersebut, namun ketika melihat genangan air di tepi jalan, ada tanda minyak di permukaan air, dan setelah ditelusuri ternyata bersumber dari singkapan batuan diatasnya (kemarin sudah dicek, tidak ada).

Tentu ini suatu yang mengherankan, karena letaknya di pinggir jalan dan daerah ini sudah disurvey oleh berbagai instansi/perusahaan sejak jaman penjajahan Belanda, tidak pernah ada satupun yang melaporkan adanya rembesan minyak di pulau tersebut.

Dari pengalaman tersebut, saya semakin yakin akan firman Allah :" Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." (QS At Taghabun 11) dan "... Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberi mereka balasan ketaqwaannya." (QS Muhammad 17) .

Dalam firmanNya yang lain :"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya" (QS Yunus 9).

Masihkah kita ragu untuk mengikuti petunjukNya dan untuk selalu taat kepadaNya ?

Nasehat Lukman Al Hakim pada anaknya

Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula Rasul tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur'an adalah Lukman Al Hakim. Kenapa, tak lain, karena hidupnya penuh hikmah. Suatu hari ia pernah menasehati anaknya tentang hidup.

"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan badah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir."

"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."

"Anakku, ikutlah engkau pada orang-orang yang sedang menggotong jenazah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu."

"Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."

"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan."

"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."

"Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para nabi. Kalimat itu adalah:

1. Jika kau beribadah pada Allah, jagalah pikiranmu baik-baik.
2. Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.
3. Jika kau berada di tengah-tengah majelis, jagalah lidahmu.
4. Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.
5. Ingatlah Allah selalu.
6. Ingatlah maut yang akan menjemputmu
7. Lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
8. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu.

Character Building Melalui Ramadhan

Dalam berbagai literatur apapun pengertian tentang puasa adalah al-imsak menahan. Ismail Raji Alfaruqi menyebut puasa sebagai media yang paling tepat untuk menahan diri. Kata kunci puasa sejak diwajibkannya terhadap umat terdahulu sampai sekarang adalah menahan diri dari segala perangai buruk yang merupakan karakter binatang. Oleh karena itu puasa Ramadhan sebagai bulan yang begitu khusus diberikan oleh Allah SWT menyediakan waktu dan metode dalam pembentukan karakter manusia. Karakter manusia yang diharapkan lahir dari madrasah Ramadhan adalah manusia yang bertaqwa (QS.2:183).

Jalan menuju karakter menjadi manusia bertaqwa ada dalam makna-makna tertinggi berpuasa, di antaranya :

Pertama, Ramadhan mengajarkan optimisme. Tidak ada satupun ancaman bagi orang yang bersiap bersatu dengan Ramadhan. Setiap orang dalam keadaan apapun sebelumnya Ramadhan menjawabnya dengan optimism. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa bulan Ramadhan awalnya adalah bulan rahmat, pertengahannya ampunan dari segala bentuk dosa, dan akhirnya adalah selamatnya kita dari api neraka. Syeikh Abdul Fatah Ilmuwan Mesir memaknai hadits ini bahwa kendatipun orang sepanjang hayat tidak pernah mendapat rahmat dan ampunan dari Allah tetapi begitu datang Ramadhan ia bertaubat memohon ampun, maka Allah akan memberikan ampunan tersebut dan akhirnya dijaga oleh Allah SWT segala keburukan tingkah lakunya.

Kedua, puasa Ramadhan membiasakan orang untuk jujur dan adil. Jujur artinya ia dapat dipercaya dan tidak melakukan bentuk kebohongan sekecil apapun. Dalam hadits riwayat Bukhari Nabi Muhammad SAW bersabda barangsiapa yang berpuasa tetapi tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya (puasanya). Para tokoh dunia yang berhasil menjadi pemimpin adalah mereka yang memiliki sifat kejujuran. Nabi Muhammad SAW menjadi tokoh yang paling berpengaruh di dunia ini memupuk diri menjadi seorang yang memiliki kepribadian jujur sehingga semasa muda sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul telah diberi gelar oleh masyarakatnya dengan al-amin yaitu orang terpercaya. Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang menyebabkan krisis multi dimensional adalah karena kita sudah tidak memiliki sifat kejujuran. Akibatnya korupsi, manipulasi, kolusi, dan nepotisme menjadi bagian dari karakter hidup. Puasa Ramadhan mentraining kita untuk keluar dari cengkraman virus tersebut. Pentingnya jujur dan adil dalam kehidupan sebagai bukti taqwa Allah SWT mengingatkan, "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran/kejujuran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS.Almaidah:8).

Ketiga, puasa Ramadhan membiasakan hidup disiplin. Puasa Ramdahan memiliki aturan waktu yang sangat jelas. Misal pelaksanaannya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Sebelumnya disunahkan untuk sahur yaitu makan dan minum sebelum fajar terbit. Terbenam matahari kemudian berbuka puasa tidak harus maka menahan lagi saatnya untuk makan dan minum sesuai kesukaannya asal tidak berlebihan. Malamnya setelah sahalat Isya disunahkan untuk shalat Tarawih (shalat sesudah suasana rileks setelah menikmati santapan hidangan berbuka puasa. Sehingga puasa Ramadhan mengajarkan bagaimana kita membiasakan diri untuk disiplin dengan rangkaian waktu yang jelas. Disiplin merupakan cerminan dari sebuah masyarakat yangberbudaya maju. Oleh karena itu karakter disiplin merupakan karakter orang yang sukses. Dengan demikian puasa melatih dan membentuk disiplin setahap demi setahap. Biasanya sebuah kebaikan seperti disiplin jika dibiasakan dalam beberapa waktu bahkan satu bulan akan menjadi jiwa dan kepribadian seseorang ketika dijalani dengan penuh kesabaran. Maka pantas Rasulullah SAW menegaskan barangsiapa yang berpuasa dengan iman dan mengaharap keridhaon Allah (dengan disiplin), maka diampuni dosa-dosa yang terdahulu.

Keempat, puasa Ramadhan membiasakan hidup bertoleransi. Puasa Ramadhan mengajarkan kita untuk hidup dengan damai. Bahkan Rasulullah SAW mengingatkan ketika ada orang yang memerangi diwaktu kita berpuasa dianjurkan untuk mengalah, katakan saya sedang berpuasa. Artinya bagi orang-orang yang jelas mengajak konflik dan memerangi saja harus mengalah apalagi kepada orang-orang yang sama sekali tidak bermusuhan Nabi mengajarkan kita untuk menghargainya dan berlaku baik dengan mereka. Maka pantas puncak dari taqwa sebagai tujuan akhir puasa adalah penghargaan terhadap pluralitas. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat : 13. "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal".

Kelima, Ramadhan mengasah kepekaan sosial. Salah satu isi khutbah Rasulullah SAW kepada para sahabat tentang pelaksanaan puasa Ramadhan adalah "Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Puasa Ramadhan mengenalkan kepada kita untuk merasakan lapar dan hausnya orang miskin dalam menjalani hidup. Bagi orang yang berpuasa mereka lapar dan dahaga hanya sepanjang hari dari pagi sampai sore tetapi bagi orang yang miskin mereka lapar dan dahaga sepanjang waktu siang mapun malam. Maka pantas Rasulullah mengingatkan bahwa Ramadhan merupakan bulan berderma atau berfilantropi. Dengan ikut merasakan lapar dan dahaganya kekurangan makanan dan minuman menjadikan orang akan tersentuh nuraninya untuk peka terhadap situasi sosial di sekitarnya. Bahwa sharing dan berbagi atas apa yang kita miliki merupakan kenisacyaan manusia yang beriman.

Keenam, Ramadhan membangun sikap bertanggung jawab. Dalam pelaksanaannya ibadah puasa berbeda dengan ibadah-ibadah lain yang mengharuskan pelibatan orang lain dan kontrol sosial. Seperti shalat yang sangat dianjurkan adalah berjama'ah, artinya terlihat oleh orang lain. Zakat bahkan ada panitianya (amil), sehingga orang yang berzakat pasti akan diketahui oleh orang lain. Menikah tidak sekedar suka sama suka tetapi juga diperlukan saksi-saksi untuk menjadi dasar legalitasnya. Ibadah puasa begitu rahasia, privat, dan tidak deklaratif yang tahu hanya diri orang yang melaksanakannya dan Tuhan. Sehingga sikap tanggung jawab yang didasari keimanan menjadikan orang mampu berpuasa. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa puasa itu milik Tuhan, jadi Tuhan yang akan langsung mengontrol dan membalasanya.

SADAR AND SABAR

Ketidaksadaran itulah yang membuahkan ketidaksabaran. Tidak sabar dalam menjalani ketaatan. Tidak sabar dalam menjauhi kemaksiatan. Dan tidak sabar dalam menghadapi perihnya musibah yang menimpa hati maupun
badan. Oleh sebab itu tidak ada yang beruntung kecuali orang-orang yang
sabar. Bukankah Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi
masa, sesungguhnya semua orang merugi, kecuali orang-orang yang
beriman, beramal salih, saling menasehati dalam kebenaran dan saling
menasehati dalam menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)


Bagi banyak orang ketaatan terkadang dirasakan memberatkan dan tidak menyenangkan. Yaitu tatkala seorang hamba tidak lagi menyadari bahwa
kesulitan yang dihadapinya di saat berjuang menegakkan ketaatan adalah
ujian untuk membuktikan sejauh mana kualitas iman pada dirinya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif
lam mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu
saja mengatakan, ‘Kami beriman’ lantas mereka pun tidak diuji?” (QS. al-Ankabut: 1-2). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Apakah
kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga begitu saja sementara
Allah belum mengetahui -menunjukkan- siapakah orang-orang yang
bersungguh-sungguh di antara kalian, dan juga siapakah orang-orang yang
bersabar.” (QS. Ali Imran: 142)

Makna Shaum

Assalaamu'alaikum wr. wb.

"Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian bershaum, sebagaiman telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 183)

Kewajiban shaum tidak perlu lagi dipertanyakan jika sudah melihat atau mendengar ayat yang sudah amat terkenal ini. Penjelasannya sangat solid dan tidak mengandung keraguan. Shaum adalah kewajiban yang dibebankan kepada semua manusia. Mau melakukannya atau tidak, itu urusan lain.

Saya pribadi enggan menggunakan kata "puasa", karena seorang guru dahulu pernah bercerita bahwa kata ini berasal dari sebuah kata dalam bahasa Sansekerta yang artinya "menyiksa diri". Setahu saya, konsep menyiksa diri tidak pernah termasuk dalam ajaran Islam. Islam hadir justru untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk menambah-nambah beban. Lagipula, saya sudah melaksanakan shaum sejak usia 5 tahun, dan belum pernah merasa tersiksa. Kalau memang sakit ya tinggal berbuka saja. Tidak ada hubungannya dengan menyiksa diri.

Arti kata "shaum" itu sendiri jauh berbeda dari konsep penyiksaan diri. Kaum ulama sepakat bahwa "shaum" maknanya adalah menahan diri. Saya pribadi lebih suka dengan istilah 'mengendalikan diri'. Ya, shaum itu memang intinya adalah pengendalian diri.

Mengapa harus dikendalikan? Jika sesuatu itu perlu dikendalikan, tentu karena sesuatu itu memiliki potensi untuk menimbulkan kerusakan. Kendaraan memerlukan rem karena memiliki potensi mengakibatkan kekacauan jika lepas dari kendali sang pengemudi. Hewan tunggangan perlu tali kekang sebagai pengendali agar tindak-tanduknya tidak membahayakan segala sesuatu di sekitarnya.

Salah besar kalau mengatakan bahwa shaum itu sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan seks (tentunya dengan pasangan yang sah). Gelandangan pun sering tidak makan dan tidak minum, tapi hal itu tidak disebut shaum. Shaum adalah suatu tindakan pengendalian diri ; bukan karena tidak mampu, tapi justru karena ia mampu.

Pengendalian diri tentu hubungannya erat sekali dengan makna sabar. Ali bin Abu Thalib ra. sangat mampu menebas leher musuhnya yang kurang ajar itu, tapi ia memilih untuk bersabar. Bukan karena beliau tidak mampu membunuh, namun justru karena ia mampu. Sabar sama sekali bukan sifatnya orang yang tidak berdaya atau terpaksa, karena memang sebenarnya manusia tidak pernah tidak punya pilihan.

Karena kesulitan hidup, kadang manusia tergoda untuk bunuh diri saja. Siapa pun mampu untuk bunuh diri, namun (alhamdulillaah) banyak yang memilih untuk sabar. Anda bisa memilih untuk menjadi pribadi yang buruk, namun hati kecil pasti tidak pernah bosan mengingatkan Anda untuk memperbaiki diri. Sabar adalah tindakan mengambil pilihan yang terbaik meskipun ia sangat mampu untuk membuat pilihan yang buruk namun menggoda hawa nafsunya.

Orang yang melaksanakan shaum pun bukan karena ia tidak punya uang untuk membeli makanan. Mereka melakukannya dengan kesadaran penuh, semata karena ibadah ini diwajibkan bagi manusia dan manfaatnya sangat berlimpah. Berlimpah manfaatnya, karena shaum memang bukan sekedar menahan lapar dan haus semata. Itulah sebabnya Rasulullah saw. pernah melontarkan sebuah sindiran nan tajam kepada mereka yang salah kaprah dalam memahami shaum :

"Betapa banyak orang yang bershaum, namun tidak mendapatkan apa-apa dari shaumnya selain rasa lapar." (H.R. Nasa'i dan Ibnu Majah)

"Siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya." (H.R. Bukhari)

Maka jelaslah kini bahwa shaum adalah pengendalian diri total, baik pada tataran fisik, akal, maupun jiwa. Pada tataran fisik, kita menahan diri dari berbagai kenikmatan yang sebenarnya halal untuk kita nikmati. Pada tataran akal, kita berusaha mengendalikan segenap perbuatan kita dengan kekuatan rasio, bukan hawa nafsu. Pada tataran jiwa, kita belajar untuk memahami makna sabar yang sebenarnya.

Jangankan perbuatan dosa yang besar-besar, dusta yang 'kecil' saja sudah membuat Allah SWT enggan menerima shaum kita. Dengan demikian, jelaslah bahwa menahan diri dari makan, minum dan berhubungan suami-istri tidak lebih dari sekedar kulit ari dari ibadah nan agung ini. Membatasi shaum pada makna fisik seperti ini adalah sebuah penyempitan makna yang tidak bisa dibiarkan.

Keterkaitan shaum dengan konsep pengendalian diri secara total akan terlihat jelas jika kita kembali pada ayat yang tertera di awal tulisan ini. Tujuan ibadah shaum sangat jelas dan tidak diperdebatkan oleh kaum ulama mana pun, yaitu : mencapai derajat taqwa.

Taqwa itu sendiri maknanya adalah "berhati-hati". Tentu saja yang namanya manusia, sehati-hati apa pun sesekali tergelincir juga. Sulit berharap akan ada manusia yang tidak pernah berbuat salah. Karena itu, yang dituntut hanyalah sikap kehati-hatiannya saja. Seorang sahabat menggambarkan taqwa seperti seseorang yang sedang berjalan di jalanan yang penuh duri. Sebuah penggambaran yang sangat indah.

Melangkah di jalan yang penuh duri, beling, paku, atau ranjau memang tidak boleh sembarangan. Kaki melangkah perlahan sambil berjinjit, mata bergerak cepat ke segala sisi demi kewaspadaan, semua indera menjadi peka, bahkan seluruh tubuh pun ikut beradaptasi dengan gerakan kaki yang berjinjit. Begitulah taqwa. Penuh perhatian, penuh kehati-hatian, penuh pengendalian.

Pengendalian diri secara total, itulah shaum.

wassalaamu'alaikum wr. wb.

Luasnya Neraka

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibril datang kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.: "Mengapa aku melihat kau berubah muka?" Jawabnya: "Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahwa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya."

Lalu nabi s.a.w. bersabda: "Ya Jibril, jelaskan padaku sifat Jahannam." Jawabnya: "Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya kerana panasnya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi niscaya akan mati penduduk bumi kerana panas dan basinya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yg disebut dalam Al-Qur'an itu diletakkan di atas bukit, niscaya akan cair sampai ke bawah bumi yg ke tujuh.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di ujung barat tersiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di ujung timur kerana sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi, dan minumannya air panas campur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan api. Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan."

Nabi s.a.w. bertanya: "Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?" Jawabnya: "Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda." (nota kefahaman: yaitu yg lebih bawah lebih panas)

Tanya Rasulullah s.a.w.: "Siapakah penduduk masing-masing pintu?" Jawab Jibril:
"Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga Fir'aun sedang namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,
Pintu ketiga tempat orang shobi'in bernama Saqar.
Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,
Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.
Pintu ke enam tempat orang nasara bernama Sa'eir."

Kemudian Jibril diam segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga ditanya: "Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?" Jawabnya: "Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg sampai mati belum sempat bertaubat."

Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar nabi saw bersabda: "Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?" Jawabnya: "Ya, yaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu."

Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibril juga menangis, kemudian nabi s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah.(dipetik dari kitab "Peringatan Bagi Yg Lalai")

Dari Hadits Qudsi: Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari Ku. Tahukah kamu bahwa neraka jahanamKu itu:

1. Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat
2. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah
3. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung
4. Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah
5. Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik
6. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak
7. Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum
8. Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular
9. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandung lautan racun yang hitam pekat.
10. Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai
11. Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat

Mudah-mudahan dapat menimbulkan keinsafan kepada kita semua.

Wallahua'lam.

Untukmu yg Berjiwa Hanif

HAKIKAT KEHIDUPAN

Ketika seseorang sudah mulai beranjak dewasa, ketika akalnya mulai sempurna, mulailah ia berpikir tentang hakikat kehidupan, yaitu kehidupan yang sedang ia jalani sebagaimana yang dijalani juga oleh yang lainnya. Bumi ini telah penuh sesak dengan manusia, semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi, ada yang lahir dan ada yang mati.

Jika hari ini berkuasa seorang raja, besok akan berkuasa lagi raja lainnya.
Sekiranya hari ini ada pengangkatan seorang menteri atau seorang jenderal, dahulunya kita juga mendengar bahwa di suatu negeri telah diangkat pula seorang menteri atau panglima. Yang tetap itu hanya peran manusia dalam kehidupan ini, sedangkan yang silih berganti adalah para pelaku dan yang memeraninya.

Peran kehidupan itu ada yang baik dan ada yang buruk, hanya saja manusia disuruh untuk memilih peran baik bukan peran buruk!

“Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yangdiusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (QS: al-Ba qarah:141)

Pada masa Nabi Musa Alaihimussalam orang-orang disibukkan dengan kekuasaan Fir’aun, bahan cerita orang terfokus pada kekayaan Qarun dan decak kagum orang hanya pada arsitektur bangunan yang dirancang oleh Haman. Akan tetapi, mana cerita kehidupan itu sekarang ini?!
Semuanya sirna dan punah, yang kita temukan hanya cerita pada lembaran kitab-kitab suci. Dan apa yang tersisa dari sejarah kepongahan tersebut?! Yang tersisa hanya bekas-bekasnya saja.

Dari sepanjang perjalanan hidup manusia yang beragam ini, baik pada masa kekuasaan orang-orang yang shalih maupun dalam cengkraman orang-orang thalih, Allah tetap menjaga alam ini, memelihara bumi dan dunia sekitarnya, dalam keseimbangan yang berkesinambungan, dalam keindahan yang menakjubkan dan ciptaan yang berjenis dan berpasang-pasangan. Adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, semuanya itu pertanda adanya pencipta.

Salah seorang Badui jahiliah berkata, “Lautan yang berombak dan langit yang berbintang serta bumi yang berlembah, bukankah semua itu menunjukkan adanya Sang Pencipta ?!“

Begitu besar penciptaan langit dan bumi beserta isinya, memberi pengertian kepada kita bahwa Allah menciptakannya bukan sekedar bermain-main. Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman,
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main- main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. al-Mukminun: 115)

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)?” ( QS. al-Qiyamah: 36)

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. ( QS. al-Ankabut: 64)

Sekiranya kehidupan yang penuh keseimbangan ini tidak diciptakan untuk
bersenda gurau, lalu untuk apa Allah ciptakan?! Apa tugas manusia ? Apakah mereka hanya sekedar makan, minum, menikah dan memiiki keluarga dan mempererat suku saja?! Atau Ia hidup dalam tidak bertujuan sebagaimana Ia mati tidak bertujuan?! tanah terakhir yang diletakkan oleh orang pada kuburannya, itu pula akhir dari cerita kehidupannya?!

Bagaimana yang kaya dengan kezhalimannya, bagaimana yang berkuasa dengan kediktatorannya?! Apakah mereka dibiarkan begitu saja?! Bagaimana pula si miskin dengan kefakirannya atau rakyat jelata dengan penderitaan mereka?! Kapan mereka dapat kebahagiaan pula?! Bagaimana pula dengan para nabi dan rasul, para ulama dan ahli ibadah yang terusir dan belum memperoleh kebahagiaan?!

Sekiranya dunia ini diciptakan dengan keadilan Sang Pencipta, tentu balasan baik atau buruk dengan keadilanNya juga?! Sekiranya dunia ini mampu Dia ciptakan dari asal yang tidak ada, berarti Dia pula mampu untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan.

Allah azza wa Jalla berfirman :
“Dan setiap mereka semuanya akan dikumpukan lagi kepada Kami. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan- pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; kami tanggàlkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia seba gai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edamya”. (QS. Yasin:32- 40 )

Dan Allah berfirman,
Dan ía membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; Ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur Iuluh?”Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu Tuhan yang men jadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, Dia berkuasa. dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (QS. Yasin: 78-81)

 Tujuan Hidup

Rasanya semua orang sepakat dengan tujuan hidup yaitu mencari dan menggapai kebahagiaan. Semua manusia ingin hidupnya bahagia, dan semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan itu perlu pengorbanan. Hanya saja, manusia banyak salah mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang Ia sangka di sana ada pantai kebahagiaan, padahal itu adalah jurang kebinasaan, itu hanya sebatas fatamorgana kebahagiaan, bukan kebahagiaan yang hakiki. Celakanya lagi, semakin dilalui jalan fatamorgana tersebut semakin jauh pula Ia dari jalan kebahagiaán hakiki, kecuali Ia surut kembali ke pangkal jalan.

Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta, karenanya ia berupaya
mencari sumber sumbernya dengan berletih dan berpeluh. Setelah Ia peroleh
harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan masih gelisah!! Ada saja
yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang munculnya dari anak-anaknya,
kadang-kadang dari istrinya atau tidak jarang juga datang dari usaha itu
sendiri.

Banyak pula yang nenyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah kebahagiaan. Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan bertahta, secara lahir mereka begitu tampak bahagia hidupnya! Pergi dijemput pulang diantar, ketika ia
berkehendak tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi!! Akan
tetapi setelah diselidiki lebih mendalam, kita masuk menembus dinding
istananya, akan terdengar keluh kesahnya, dalam harta yang banyak itu
terdapat jiwa yang rapuh.

Jadi apa kebahagiaan yang sebenarnya ? Apa kebahagiaan sejati yang seharusnya dicari oleh manusia ? Siapa yang sebenarnya orang yang berbahagia? Apa sarana untuk mencapainya?

Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla, bukan mereka yang menciptakan
diri mereka, tentu yang paling tahu tentang seluk-beluk manusia termasuk tentang sebab bahagia atau sebab sengsara adalah Dia Allah subhanahu wa ta‘ala bukan manusia. Sama halnya dengan sebuah produk, sekiranya hendak mengetahui hakikat produk tersebut tentu ditanyakan kepada pembuatnya, bukan kepada produk itu sendiri.

Allah berfirman;
“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau
rahasiakan)? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-Mulk:14)

Ketika Al-Qur’an ditadabburi dan syariat Islam dikaji, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mengaplikasikan penghambaan diri kepada Allah Azza Wa Jalla. Orang yang bahagia adalah orang yang telah berhasil menjadi hamba Allah Azza Wa Jalla. Sarana kebahagiaan adalah semua sarana yang telah disediakan olehNya dalam meniti jalan penghambaan diri kepada Allah.

Karena penghambaan diri inilah sebab diciptakannya manusia dan jin..karena ubudiah kepada Allah ditegakkannya langit dan dibentangkannya bumi... karena penghambaan inilah diturunkannya kitab dan diutusnya rasul...

Allah berfirman;
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu”. (QS.az-Zariat: 56)

Orang yang berpaling dari penghambaan diri ini dialah orang yang sengsara, Allah berfirman;
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha:124)

“Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dan barang-siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat”. (QS. al-Jin:17)

Allah Subhanahu wa ta’ala telah menentukan taqdir semua makhluk dan tidak ada yang dapat merubah taqdir selainNya. Allah Azza Wa Jalla tentukan kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesengsaraan, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan. Manusia tidak bisa melawannya, sekiranya Allah telah menentukan kemiskinan pada seseorang, maka tidak ada yang dapat mengkayakannya, ketika Allah telah menentukan kepadanya kesengsaraan, maka tidak ada satupun yang dapat membahagiakannya.

Kalaulah begitu, kemana manusia hendak lari?! Kemana manusia hendak berteduh dan bernaung dari taqdir yang Ia tidak memiliki daya dan upaya untuk merubahnya kecuali atas izinNya?! Kemana manusia hendak bersandar dari sesuatu urusan yang tidak di tangannya?!
Manusia yang berakal tentu akan bernaung kepada Zat yang telah mentaqdirkan segala sesuatu, dalam naungan-Nya Ia akan merasakan ketenangan, dalam menyandarkan diri kepadaNya, akan ia peroleh kebahagiaan, dalam ke-pasrahan diri kepadaNya akan sirna segala kecemasan dan kesedihan.

Bagaimana ia tidak bahagia, bukankah Jejak jejak kasih sayang Allah begitu tampak dalam taqdir kehidupannya?! Bagaimana ía tidak tenang, bukankah semua taqdir yang ía suka atau yang ía benci, merupakan sarana untuk menggapai ridho dan cintaNya?

Dari mana kesedihan masuk ke dalam dirinya atau rasa takut menyelimutinya, karena sebelumnya ia telah diajarkan tentang cara menghadapinya, bersabar ketika sengsara dan beryukur ketika bahagia, sehingga sengsaranya tidak membawa kepada keputusasaan dan senangnya tidak membawanya kepada kesombongan dan kecongkakan.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiah rohimahullah ta’ ala menguñgkapkan hakikat tersebut yang berlaku pada dirinya, beliau berkata,
“Apa yang dapat dilakukan oleh musuh-musuhku ?! Surga ada di dadaku, kemanapun dan dimanapun aku, Ia tetap bersamaku!! Sekiranya mereka
memenjarakanku, maka penjara bagiku adalah kholwat. Sekiranya mereka
mengusirku, usiran itu bagiku menjadi tamasya. Sekiranya mereka membunuhku, terbunuhnya diriku adalah syahid di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala”.

Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai manusia yang paling sempurna ubudiahnya kepada Allah, ketika Allah telah mentaqdirkan sesuatu yang berat dalam dakwah beliau, yaitu dua orang yang selama ini sebagai pembela dan penopang dakwah beliau, Khadijah Radliallahu anha istri
beliau dan Abu Thalib paman beliau, telah meninggal dunia. Membuat kaum Quraisy meningkatkan permusuhan mereka kepada beliau dan memberi ultimatum untuk menghentikan dakwah beliau, bahkan telah berani pula mengusir beliau dari Mekkah.

Berangkatlah beliau ke Thaif, berharap pembelaan dan bantuan. Kiranya bukan
pembelaan yang beliau dapat dan bukan bantuan yang beliau peroleh, tapi
malah cacian dan cemoohan, bahkan usiran oleh anak-anak dan wanita-wanita di
sana, sedangkan beliau seorang utusan Allah Azza wa Jalla, Allah yang
memiliki langit dan bumi.

Mereka telah melukai melempar beliau dengan batu hingga luka kaki beliau,
sebagaimana sebelumnya mereka telah melukal hati dan perasaannya. Belum
sampai di situ malaikat gunung Akhsyabain meminta izin kepadanya untuk
menimpakan gunung tersebut kepada mereka, sebagai tanda bahwa beliau bukan
sendirian.

Bertambah sedih beliau, karena yang beliau inginkan bukanlah balas dendam
atau kepuasan diri, yang beliau inginkan hanya menampakkan bukti penghambaan diri kepadaNya, hal itu nampak betul dari doa beliau panjatkan
kepadaNya,

“Ya Allah Azza wa Jalla kepadaMulah daku keluhkan lemahnya kekuatanku,
sedikitnya hilafku, hinanya diriku di mata manusia. Wahai Zat yang paling
Pemurah ! Engkaulah Rabb orang-orang yang lemah, dan Engkaulah Rabbku!
Kepada siapa Engkau hendak titipkan diriku?! Apakah kepada orang yang jauh
yang tidak peduli dengan diriku atau engkau hendak serahkan perkara diriku
kepada musuh?!
Meskipun begitu, selagi Engkau tidak murka kepadaku, aku tidakpeduli!! Akan
tetapi pengampunanMu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya
wajahMu -yang telah menerangi semua kegelapan, dengannya berjalan perkara
dunia dan akhirat- dan turunnya murkaMu kepadaku atau jatuh kepadaku
kebencianMu, hanya kepadaMu pengaduanku sampai Engkau ridho, dan tidak ada daya dan upaya kecuali denganMu “.

Al-Quran menyebutkan bahwa orang berbahagia adalah orang yang menjalankan
perintah Allah azza wa Jalla, Allah berfirman,

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang
yang khusyu’ dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang
menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di
balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya“. (QS. al-Mukminun:1 -9)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ,

“Alif laam miin. Kitab (Al Quran) inii tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran)
yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah
yang tercipta mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang
yang beruntung”. (QS. aI-Baqarah:1 -5)

Sebaliknya Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa orang yang melanggar
perintahNya atau merekalah orang yang merugi, Allah Azza wa Jalla berfirman, :

“Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia
mengetahui apa yang di langit dan di bumi.Dan orang-orang yang percaya
kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang
merugi”. (QS. al-An kabut: 52)

“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk
menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”. (QS. al-Baqarah :27)

Beban Amanah

Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia pada kehidupan dunia ini
untuk sebuah tujuan yang sangat mulia. Dia tundukkan semua alam untuk
mereka, darat dan lautan, bumi dan Langit, gunung dan lembah, binatang dan
tumbuhan. Itu semua agar manusia siap untuk menunaikan tujuan tersebut.
Kiranya tujuan sangat besar, tugas sangat sukar dan amanah yang akan dipikul
sangat berat. Pantas saja, sebelumnya tidak ada yang mau memikul amanah
tersebut dari langit yang tinggi, gunung yang menjulang atau bumi yang
terbentang, semuanya menyampaikan keengganannya, kecuali hanya manusia, dan mereka itu bodoh dan zhalim. Allah menceritakan tentang perihal tersebut,

“Sesungguhnya Kami telah sampaikan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. [QS. al-A hzab: 72 )

Apa gerangan amanah yang telah diikrarkan itu? Mengapa manusia disifati
dengan bodoh dan zhalim? Amanah itu adalah Islam dan peraturanNya, amanah
itu adalah janji kepatuhan kepada Allah Azza wa Jalla.

Ibnu Katsir rohimahullah ta’ ala berkata: dalam merangkum perselisihan ulama dalam hal itu, “Semua pendapat (tentang makna amanah-pen) tidak menafikan yang lainnya, bahkan ia saling menguatkan dan semuanya mengacu kepada taklif (beban) dan patuh kepada perintah dan larangan dengan segala konsekuensinya, yaitu sekiranya ia tunaikan akan diberi pahala dan jika
lalai ia dihukum. Lalu diterima oleh manusia dengan segala kelemahan,
kebodohan dan kezhaliman kecuali yang diberi taufiq oleh Allah Azza wa Jalla. Kepada-Nyalah minta tolong” (Tafsir Ibnu katsir, 6/489 ) .

Muqatil bin Hayyan rohimahullah ta’ala, berkata: “Ketika Allah Azza wa Jalla menciptakan rnakhluk, Dia kumpulkan antara manusia dan jin, langit, bumi dan gunung. Lalu Dia mulai dengan langit, ditawarkan kepadanya amanah yaitu ketaatan. Dia berkata, “Apakah kalian mau mengemban amanah, akan Kuberi kemuliaan, keutamaan dan surga ?“

Langit berkata, “Wahai Rabb, kami tidak mampu memikul perkara ini, kami
tidak memiliki kekuatan, akan tetapi kami patuh kepadaMu”.

Lalu amanah tersebut ditawarkan kepada bumi, Dia berkata, “Apakah engkau
akan mengemban amanah dan menerimanya dariKu, akan Aku anugerahkan
keutamaan dan kemuliaan?”

Bumi berkata, “Kami tidak kuat dan kami tidak mampu, wahai Rabb! Akan
tetapi, kami selalu mendengar dan mematuhiMu, kami tidak akan berlaku
maksiat pada semua perintahMu”.

Lalu ditawarkan kepada Adam alaihissalam lalu Dia berkata, ‘Apakah engkau
siap mengemban amanah dan mau menjaga dengan sebenarnya?”
Berkatalah Adam, “Apa ganjaranku di sisiMu?”

Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata, “WahaiAdam, sekiranya engkau berbuat baik,
engkau patuh dan engkau jaga amanah itu, maka engkau akan memperoleh
kemuliaan, keutamaan dan pahala yang baik di surga. Sebaliknya, sekiranya
engkau berlaku maksiat dan tidak menjaganya dengan baik serta engkau berlaku
buruk, maka Aku akan menyiksamu dan Aku masukkan ke dalam nerakaKu”.

Lalu Adam alaihissalam berkata, “Aku telah terima”, maka diembanlah amanat
itu olehnya. Lalu Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman, ‘Aku telah embankan
amanah itu kepadamu”.( Tafsir ibnu katsir, 6/489- 490 )

Itulah perjanjian yang Allah Azza wa Jalla ambil kepada manusia, tatkala
mereka masih di dalam sulbi Adam alaihissalam, yaitu pengakuan hamba bahwa
ia telah berilahkan Allah Azza wa Jalla Yang Esa dan tidak berbuat syirik.

Allah berfirman,”

“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Rabb
kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”. (QS. al-A ‘raf:1 72)


Ahsanu Amalan

Al-Quran menyebutkan bahwa penciptaan alam, hidup dan mati untuk menguji
manusia mana yang lebih baik amalnya. Itulah yang disebut dengan “ahsanu
‘amala”. Allah Azza wa Jalla berfirman;

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
(QS. al-Mulk:2)

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya”. (QS.al-Kahfi:7)

“(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan
kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka, dan Allah
memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas”. [QS.an-Nur: 38]

Fudhail bin ‘Iyadh rodhiallahu anhu , berkata: “Ahsanu amala, adalah amalan
yang paling ikhlas dan yang paling benar”.

Jadi, dan semua bentuk penghambaan diri yang paling sempurna adalah
penghambaan diri yang berdasarkan ahsanu amala. Ia berdiri dengan 2 syarat,
yaitu:

1. Hendaklah ‘ubudiah kepada Allah * disertakan keikhlasan kepadaNya.
2. Hendaklah ‘ubudiah tersebut sesuai dengan syariat.

Sekiranya salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka penghambaan diri hanya
akuan saja, ikhlas saja kepadaNya tanpa mengikuti syariat, Ia tertolak.
Sebagaimana sesuai saja tanpa ikhlas, ia juga tertolak. Jadi, ikhlas dan
mengikuti syariat adalah dua sayap ibadah. Tidak akan bisa terbang seseorang
dalam penghambaan dirinya kecuali dengan keduanya sekaligus.


Kesimpulan

Bahwa tujuan hidup adalah mencari kebahagiaan dan jalan kebahagiaan adalah
dengan menghambakan diri kepada Allah azza wa Jalla. Penghambaan diri itulah Tauhid dan Islam, itulah amanah yang harus dipikul oleh manusia dan itulah
perjanjian yang telah disepakati.

Tauhid dan Islam tidak akan membuahkan amal shalih kecuali dengan ahsanu
‘amala yaitu ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan syariat).

Allahu ta’ala a’lam bish showab.

Sumber : Dikutip dari Buku “ Untukmu yang berjiwa Hanif “ oleh Ustadz Armen
Halim Naro Lc rohimahullah , “ Penerbit : Darul Ilmi Cetakan pertama Zul
Qa’dah 1427H , Februari 2007 ).

Semoga Allah Tabaroka wa Ta�ala menempatkan beliau ditempat yang muliya
sebagaimana para pendahulu kita yang shalih. Amin yaa Robbal alamin.

Zuhudnya Imam Ali A.S

Makrifat Imam Ali sedemikian kaya sehingga menyinari seluruh nuansa hidupnya. Namun jika kita melihat makrifat Imam Ali atau kesufian beliau, kita tidak akan mendapati kesufian itu bermakna pengucilan diri dari sosial. Beliau adalah orang yang senantiasa berhubungan dengan masyarakat, mengelola urusan pemerintahan dan politik, namun dimensi kesufian beliau tetap tampak dan terjaga. Kesufian dan zuhud Imam Ali berakar pada pandangannya yang begitu dalam terhadap soal kehidupan dan filsafat alam semesta. Beliau pernah berkata: "Dunia adalah tempat perjalanan, bukan tempat tinggal." Imam Ali juga memandang manusia di dunia ini terdiri dari dua macam; orang yang menjual dirinya demi hawa nafsunya dan orang yang membeli nafsunya untuk taat kepada Allah dan menyelamatkan dirinya.

Zuhud dalam Islam tak lain ialah menerapkan prinsip-prinsip khusus dalam hidup dengan cara memprioritaskan nilai dan akhlak ketimbang tamak kepada benda-benda materi. Sudah barang tentu Imam Ali adalah orang yang sangat zuhud. Zuhud adalah perilaku yang tak bisa diceraikan dari kehidupan Imam Ali, khususnya ketika beliau duduk sebagai pemimpin umat. Namun Kezuhudan Imam Ali bukan berarti uzlah atau mengasingkan diri dari masyarakat atau hidup layaknya seorang pertapa. Malah kezuhudan bagi beliau justru inheren dengan melaksanakan tugas sosial demi cita-cita yang besar.

Ayatullah Murtadza Mutahhari, pemikir besar Iran tentang zuhud Imam Ali berkata: "Dalam pribadi Imam Ali, antara zuhud dan tanggungjawab sosial bertemu. Imam Ali adalah seorang yang zuhud sekaligus orang yang paling peka terhadap tanggungjawab sosial. Beliau termasuk orang yang paling sukar tidur ketika menyaksikan ketidak adilan atau mendengar rintihan orang-orang kecil. Beliau tidak pernah mengenyangkan perutnya selama ada orang-orang yang lapar di sekitarnya."

George Jordac penulis Nasrani asal Libanon, dalam hal ini menuliskan: "Imam Ali jujur dalam zuhudnya. Dalam semua perbuatannya dan apa yang keluar dari hati dan lidahnya tak lain adalah kejujuran. Beliau zuhud dalam menghadapi kenikmatan dunia, beliau tidak mengharap mendapat pemberian dalam memerintah. Beliau merasa cukup hidup dengan putra-putrinya dalam rumah kecil dan memakan roti yang dibuat dari tangan istrinya sendiri. Dan sementara beliau menjabat sebagai Khalifah, beliau tidak memiliki pakaian untuk menahan hawa dingin..... hal ini merupakan derajat yang tertinggi dari kebersihan jiwa."

Imam Ali adalah orang yang paling muak terhadap kehidupan yang dikelas-kelas oleh faktor materi dan gaya hidup yang glamor. Diriwayatkan bahwa suatu saat, Imam Ali mendengar salah satu bawahannya, yaitu Usman bin Hanif yang merupakan gubernur wilayah Basrah (IRAQ)diundang dalam sebuah pesta. Dalam pesta ini, tamu yang diundang adalah dari kalangan elit. Begitu mendengar berita ini, Imam Ali langsung menegur Usman bin Hanif. Beliau berkata: "Aku dengar engkau telah menghadiri sebuah pesta yang hanya mengundang orang-orang mampu dan tidak ada orang fakir. Disitu engkau menikmati aneka ragam jamuan. Jika engkau ingin bekerjasama denganku, maka hindarilah perbuatan seperti itu, jika tidak aku persilahkan engkau mengundurkan diri."

Hak asasi setiap individu masyarakat manusia ialah masing-masing dapat menikmati kehidupan secara manusiawi. Adapun yang dapat kita saksikan sekarang adanya sekelompok orang hidup dengan serba kenikmatan dan kemegahan, sementara sekelompok lain menderita kemiskinan, maka ini merupakan salah satu tanda bahwa orang-orang kaya tidak mau melakukan kewajiban mereka. Menurut Imam Ali tidak akan ada orang kelaparan bila hak yang lemah diindahkan oleh orang kaya. Namun demikian, diantara penyebab kesenjangan sosial juga bisa kembali kepada orang fakir yang tidak mau melaksanakan tugasnya untuk mendapat kehidupan yang layak. Dalam hal ini, Imam Ali berkata: "Apakah pantas bila kamu lebih lemah dari semut, padahal makhluk kecil ini dengan usaha penuh telah membawa makanannya ke dalam sarangnya dan setiap hari ia sibuk dengan kegiatan."

Tak terlukiskan betapa besar kasih sayang beliau terhadap fakir miskin. Perhatian beliau amat besar kepada mereka yang memerlukan pertolongan. Diriwayatkan pada suatu hari beliau berada di masjid. Ketika sedang khusyuk menunaikan solat, tiba-tiba beliau dihampiri oleh seorang pengemis. Kekhusyukan beliau ternyata tidak membuatnya lupa akan apa dan siapa saja. Ketika sedang ruku', beliau menjulurkan tangan untuk menyerahkan cincin yang melingkar dijarinya. Maka pengemis itu segera mencopot cincin itu kemudian memenuhi keperluannya dengan cincin itu.

Allah SWT kemudian mengabadikan kisah ini dalam Al-Quran. Sebagaimana pendapat banyak ahli tafsir, Surah Al-Maidah ayat 55 diturunkan berkenaan dengan kejadian ini. Ayat ini menyatakan: "Sesungguhnya pemimpin kalian hanyalah Allah dan rasulnya serta orang-orang Mukmin yang mendirikan solat, dan memberikan zakat ketika dalam keadaan ruku'."

Pandangan-pandangan Imam Ali yang dicerap dari Islam mengenai hak-hak sesama manusia dikenal sebagai sangat dalam. Keputusan-keputusan Imam Ali dalam mengadili kasus-kasus yang ada, dipandang sebagai bintang dalam sejarah, sampai-sampai para hakim saat itu berkali-kali menyatakan dirinya akan celaka jika Imam Ali tidak ada.

Sebagai contoh, pada masa kekhalifahan sebelum beliau, pernah seorang wanita terbukti berbuat zina dan hendak dihukum rajam. Imam Ali tiba-tiba meminta agar hukuman itu ditangguhkan. Orang-orang disekitarnya keheranan. Namun Imam Ali segera memberi alasan. Kata Imam Ali wanita tersebut hamil, dan anak yang dikandungnya tidak semestinya menanggung beban dosa ibunya. Anak itu punya hak untuk hidup. Karena itu, hukuman harus ditangguhkan hingga wanita itu melahirkan anaknya yang tidak bersalah.

Dalam riwayat lain, juga dikisahkan bahwa suatu hari Imam Ali datang kepada seorang Qadhi untuk menyelesaikan suatu urusan dengan orang lain. Qadhi atau hakim ini lebih menghormati Imam Ali. Melihat sikap ini, Imam Ali kecewa dan menegur sang Qadhi. Maksud Imam Ali ialah, dalam sebuah pemerintahan yang berlandaskan jiwa pengabdian kepada Allah, pemerintah dan rakyat sejajar di depan hukum. Pemerintahan dalam konsep Imam Ali yang diserap dari ajaran Islam bukanlah menjauhi rakyat dan tidak memperhatikan kondisi umum serta keperluan setiap orang, melainkan pemerintahan adalah sarana untuk mendekatkan pemimpin dengan rakyat. Pemerintahan adalah media untuk mencurahkan kasih sayang terhadap seluruh lapisan masyarakat. Imam Ali berkata: "Hati rakyat adalah gudang yang menyimpan gerak-gerik penguasa. Jika di gudang ini tersimpan keadilan, maka keadilanlah yang akan terpantul darinya. Jika kedzaliman yang tersimpan, maka kedzalimanlah yang akan terpantul darinya."

Jika dalam sebuah pemerintahan, kasih sayang dan kecintaan menjadi darah daging seluruh lapisan masyarakat, maka keharmonisan akan mengikat rakyat dan pemimpin. Keharmonisan ini telah dipersembahkan oleh Imam Ali di masa kekhalifahannya. Dalam wilayah pemerintahan beliau, jangankan seorang Muslim, minoritas pemeluk agama-agama lainpun bisa hidup dengan tenteram di sisi umat Muslim. Kepada gubernur dan semua bawahannya, Imam Ali selalu berpesan agar memperhatikan hak seluruh lapisan masyarakat.

Imam Ali pernah berkata: "Demi Allah, aku bersumpah, andaikan aku dipaksa tidur di atas duri-duri padang pasir, atau aku dibelenggu kemudian dipendam hidup-hidup dalam tanah, sungguh ini semua lebih baik daripada aku berjumpa Allah dan Rasulnya di hari Kiamat sementara aku pernah berbuat zalim kepada hamba-hamba Allah."

Suatu hari Imam Ali A.S berpidato di tengah sekelompok masyarakat. Orang-orang yang mengerti akan makna dari pidato beliau dengan cermat mencerna ucapan-ucapan beliau. Imam Ali A.S berbicara mengenai Akhlak. Di pertengahan Khutbah itu, beliau berkata: "Waspadalah, jangan kalian sambut gunjingan terhadap seseorang. Banyak sekali ucapan yang batil, tapi ia akan musnah, yang tinggal hanyalah amalan manusia karena Allah menyaksikan dan mendengar. Ketahuilah bahwa jarak antara hak dan bathil tidak lebih dari lebar empat jari."

Saat itu tiba-tiba seseorang bertanya: "Bagaimana bisa jarak antara hak dan bathil tidak lebih dari empat jari?

Untuk menjawab pertanyaan ini Imam Ali menunjukkan empat jarinya kemudian beliau letakkan di tempat antara mata dan telinga, kemudian beliau mengucapkan: "Kebathilan adalah ucapan yang aku dengar dan hak adalah ucapan yang aku saksikan."

Maksud Imam Ali dari ucapan ini adalah jangan sekali-kali kita terima apa yang kita dengar sebelum kita yakin akan kebenarannya.

Tersebut satu kisah, ketika kota Kufah waktu itu diselimuti kelam, manakala matahari sudah lama tenggelam. Rumah-rumah sudah tertutup rapat dan penghuninya pun hanyut dalam tidurnya. Pertengahan malam sudah berlalu. Di tengah kesunyian itu tampak bayang-bayang seseorang bergerak perlahan di halaman darul Imarah Kufah. Dua orang yang tidur di halaman itu kemudian terbangun. Dua orang itu mengenal bayangan itu. Bayangan itu adalah bayang-bayang Imam Ali A.S. Tubuhnya gemetar. Dari mulutnya terdengar sayup-sayup bunyi beberapa ayat-ayat terakhir surah Ali Imran. Arti ayat-ayat itu adalah sebagai berikut:

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang selalu mengingat Allah, baik dalam keadan berdiri, atau duduk, atau berbaring, dan mereka itu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka selamatkanlah kami dari siksa neraka."

Imam Ali A.S mengulang-ulang bacaan ayat itu, dan terlihat tubuhnya semakin bergetar karena tangisannya. Menyaksikan pemandangan seperti ini, dua orang yang tak lain adalah sahabat Imam Ali itu tiba-tiba turut menitikkan air mata. Kemudian Imam Ali menghampiri mereka.


mendatangkan azab." 

"Wahai Amirul Mukminin!" kata salah seorang dari mereka. "Engkau terguncang sedemikian rupa di depan keagungan Ilahi, lantas bagaimana dengan kami?"

Imam Ali melemparkan pandangannya ke tanah. Sejenak kemudian beliau berkata: "Suatu hari nanti, kita semua akan dihadapkan kepada Allah, dan tak sedikitpun amalan-amalan kita tersembunyi baginya. Jika sekarang engkau mengingat Allah, niscaya kelak pandanganmu akan terang benderang. Kesempurnaan iman terletak pada kecintaan kepada Allah. Jika engkau mencintai sesuatu, pasti ingatanmu akan tertambat padanya, dan engkau tidak akan mencintai yang lain melebihi kecintaanmu kepadanya."

Setelah itu perlahan-lahan Imam Ali meninggalkan dua orang sahabatnya kemudian menghanyutkan dirinya dalam rintihan doa.

Suatu hari, sekelompok masyarakat tampak berkumpul disebuah jalan utama kota Anbar. Wajah mereka tampak tengah menanti-nanti tibanya seseorang dari arah jauh. Para pemimpin kota itu berada di barisan terdepan di atas kuda.

Tak lama kemudian tampaklah bayangan dari jauh. Bayangan itu semakin mendekat dan masyarakatpun semakin tidak sabar untuk menatap wajah pemimpin besarnya, Imam Ali A.S. Ternyata bayangan seseorang yang mengendarai kuda itu ialah Imam Ali A.S. Beliau tiba di gerbang kota. Untuk menyambut beliau, para pemimpin kota itupun segera turun dari hewan yang dikendarainya kemudian menghampiri Imam Ali dan melakukan sembah takzim di atas tanah.

Melihat itu, Imam Ali tampak kecewa. "Apa maksud dari yang kalian lakukan ini?" tanya Imam Ali A.S. "Ini adalah tradisi resmi kami untuk menyambut dan menghormati seorang tokoh besar", jawab mereka.

Namun dengan nada kecewa Imam Ali A.S. berkata: "Demi Allah, apa yang kalian lakukan itu sama sekali tidak akan menguntungkan kalian. Apa yang kalian lakukan itu sia-sia, malah mendatangkan azab akhirat. Betapa ruginya menyibukkan diri sementara kesibukan itu malah mendatangkan azab."

Say No To Gosip!!!

"Eh...eh....lo taw ga seeeh.....si itu kan bgini bgini bgini lho...." dan banyak lagi kalimat2 sejenis yg mungkin sering kita dengar ataw bahkan ucapkan yg berbau/mengarah kpada pembicaraan ttg brita/gosip mengenai org lain ; baik itu seleb...gebetan/pacar...orang2yg kita kenal....sampe org2 yg ga/blm kita kenal.

Mungkin bagi kita yg tidak menyukai kgiatan bergunjing/bergosip seperti itu bertanya2 kenapa banyak banget orang2 yg malah suka bgt hal2 yg berbau gossip sperti itu.... yaaa... mungkin slain krn sudah sangat terbiyasa dengan hal itu dan kurang memahami ttg agama,mungkin karna mereka juga manusia yg sangat bisa terpengaruh oleh ligkungan sekitarnya....misalnya kalo seseorang bergaul dengan orang2 yg seluruhnya sangat mengemari hal2 sperti itu , walawpun pada awalnya ia tidak menyukai hal tsb , tapi sangat mungkin dkemudian hari ia pun akan ikut2 menyukai hal2/kegiyatan2 seperti itu...

Slain itu , Media pun sbenarnya menjadi salah satu pnyebab kenapa gosip/ghibah menjadi seperti sudah sangat mem-budaya.... Liat aja contohnya ; mulay dari banyak banget layanan2 sms yg menyediakan jasa memberikan gossip/kabar terbaru dr para seleb...halaman2 majalah/tabloid yg di isi dengan issue2 murahan plus ga penting ttg para seleb...dtambah lg,mulay dr pagi sampe sore,banyak media pertelevisian n radio yg menyajikan gossip mengenai selebritis baik itu seleb luar mawpun seleb dlm negri sendiri padahal jelas2 it hal2 yg tdk berbobot , hanya mnambah dosa dan membuang2 waktu...

Kenapa bergosip alias bergunjing alias berghibah itu tidak berbobot...? Ya iyaaaalaaaah.... Emang apa manfaatnya bagi kita? Apa itu akan menjadi salah satu soal yg kluar pada saat kita tes/ujian/ulangan? Apa dengan kita taw gosip terbaru itu membuat ilmu pngetahuan kita bertambah luas? lagipula...daripada banyak pngetahuan tentang gosip2 gitu,mendingan banyak pngetahuan tentang hal2 yg lebih berguna seperti apa aja yg udah tjadi dgn bangsa ini slm sekian kurun waktu ataw tau perkembangan ekonomi,teknologi,politik,dll di dalam negri n di luar negri atawpun hal2 positip lainya.

Terus...kok bergosip alias bergunjing alias berghibah itu bisa menambah dosa...?? yaaa....soalnya kan bergunjing itu byasanya ga cukup cuman satu kali....n byasanya kita akan terus menerus bergunjing n jadi terbiyasa dengan itu sampe2 kita sendiri juga ga sadar bahwa yg kita lakukan itu sdh termasuk bergunjing.... and dengan begitu...walawpun misalnya dosa ghibah itu termasuk dosa kecil pun , karna dlakukan berulang-ulang kali.... sangat mungkin dosa yg dtimbulkanya jauh lebih besar daripada dosa yg dtimbulkan karna kita mlakukan dosa besar satu kali .

Slain itu , Firman allah dlm q.s al-hujurat ; 12 ttg larangan berghibah :
"hai org2 yg beriman, jauhilah kbanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan org lain , dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yg lain . suka-kah kalian memakan daging saudaranya yg sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya . dan bertakwalah kepada allah . sesungguhnya allah maha penerima tobat . "

Slain itu,mnurut Yusuf Qardhawi dalam "halal dan haram dalam islam" , Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, suatu keinginan untuk menodai harga diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedang mereka itu tidak ada di hadapannya. Ini menunjukkan kelicikannya, sebab sama dengan menusuk dari belakang. Sikap semacam ini salah satu bentuk daripada penghancuran. Sebab ini berarti melawan orang yang tidak berdaya. Ghibah disebut juga suatu ajakan merusak, sebab sedikit sekali orang yang lidahnya dapat selamat dari cela dan cerca.

Terus , Kenapa bergosip alias bergunjing alias berghibah itu membuang-buang waktu?

Karena ga ada manfaatnya sama sekali bagi kita... misalnya ada seleb yg digosipin cinlok sama lawan maenya dlm swatu film.... So what? Lha yg jatuh cinta dia , kok qt yg repot...? Trs...misalnya seorang temen mengatakan "eh...si itu tuh bgini bgini dan bgini" so...?? Kalo emang bener dia gt kenapa n kalo ternyata dia ga bgitu juga kenapa...?? Ngapain harus ngabisin waktu untuk hal2 yg sia2 seperti itu...apalagi kalo pake acara nyempein/ngaduin org yg ngomong itu ke org yg djadikan bahan omonganya itu...itu sama saja dengan ngadu domba...! ataw kalo kita udah pake acara nyebarin brita/gossip ke org2 n ternyata tuh gosip salah.....ya....bisa2 kita ga sadar bahwa itu sudah bukan hanya ghibah aja tapi juga sudah jadi suuzon ataw bahkan pitnah and itu termasuk dosa besar.

So... ngapain ngabisin waktu untuk bergosip/berggunjing...?slain hal2 spt itu ga berbobot , mnimbulkan dosa n buang2 waktu, itu juga bisa membuat imej yang ga bagus tentang kita.... yaa....kecuali kalo udah sangat terbiyasa dengan imej "bigos" alias biang gosip ataw perumpi/penggosip dan ga menganggap imej seperti itu adalah imej yg memalukan/ga bagus....

And dengan menghindari dr hal2 yg ga berguna sperti bergosip/bergunjing spt itu ,slain dpt menghindarkan diri dari mlakukan dosa besar , smoga aja allah menggolongkan kita pada golongan org2 yg menjauh dr perkara2/hal2 ga berguna yg dsayangi oleh allah pluz di rindu surga....

So,say no to bergossip right now....!! kalo bukan skarang , kapan lagi....? jangan sampe kita baru berpikir untuk berhenti mlakukan dosa stelah kita melihat malaikat izrail hendak mencabut nyawa kita.....