Senin, 05 Juli 2010

Rahasia Ahli Syurga

Saat Rasulullah saw bersama para sahabatnya, beliau berkata, ''Sebentar lagi akan lewat di hadapan kalian seorang ahli surga.'' Tidak lama setelah itu lewatlah seorang dari Anshar. Keesokan harinya Rasululah saw berkata seperti yang beliau katakan sehari sebelumnya, begitu pula di hari ketiga.

Pernyataan Rasulullah itu membuat penasaran Abdullah bin Amru. Ia ingin mengetahui amalan apa yang membuat orang dari Anshar itu menjadi ahli surga. Akhirnya ia mengikuti orang itu dan berkata kepadanya, ''Wahai saudaraku, ketahuilah antara aku dan ayahku terjadi perselisihan dan aku bersumpah tidak akan masuk rumahnya selama tiga hari. Bagaimana jika sementara tiga hari ini aku tinggal di rumahmu.'' Orang itu pun menjawab, ''Mari, dengan senang hati.''

Selama tiga hari ia tinggal di sana. Namun, ia tidak menjumpai orang itu melaksanakan shalat tahajud, atau amalan istimewa lainnya. Amalannya sehari-hari seperti kebanyakan orang. Namun, ia tidak mendengar orang itu berbicara kecuali perkataan yang baik.

Setelah malam ketiga berlalu, Abdullah bin Amru semakin heran karena tidak menemui amalan istimewa dari orang itu. Sehingga, esok harinya, saat hendak permisi ia berkata kepadanya, ''Wahai hamba Allah, ketahuilah, sebenarnya antara aku dan ayahku tidak terjadi perselisihan dan aku pun tidak berjanji untuk tidak menemuinya selama tiga hari. Aku ingin tinggal di rumahmu karena aku mendengar nabi saw pernah berkata selama tiga hari bahwa akan muncul di antara kami seorang ahli surga.

Dan selama itu pula yang muncul di hadapan kami adalah kamu. Karena itu aku ingin tahu lebih dekat apa amalan yang kamu lakukan sehingga aku bisa mengikutimu. Namun, terus terang, selama tiga hari aku bersamamu aku tidak melihat engkau melakukan amalan yang istimewa. Sebenarnya apa rahasia amalanmu yang membuat Rasulullah mengatakan bahwa kau ahli surga?''

Orang itu berkata, ''Ya, benar, amalanku adalah seperti yang kamu saksikan.'' tetapi, ketika Abdullah bin Umar pamit untuk pergi, ia memanggilnya dan berkata, ''Amalanku adalah seperti yang kamu lihat, namun aku tidak merasa iri, dengki kepada seorang pun atas kebaikan atau kenikmatan yang didapatkannya dari Allah SWT.'' Mendengar itu, Abdullah bin Amru berkata, ''Inilah yang dapat kau lakukan dan yang belum dapat kami realisasikan.''

Iri dan dengki terhadap nikmat yang ada pada orang lain dapat dikatakan sebagai sikap tidak menerima ketentuan Allah SWT. Sifat ini berpotensi untuk memecah belah kesatuan kaum muslimin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar