Jumat, 02 Juli 2010

Kadang Kita Perlu ”Recycle Bin”

Beberapa pekan terakhir, saya mendampingi seorang sahabat menjalani terapi psikiater. (saya cuma menemani lho....:) ) Yah... sahabat saya sedang dalam kondisi kejiwaan yang sangat tidak stabil. Diagnosa dokter psi, beliau mengalami depresi dan halusinasi.

Semua berawal sekitar tiga pekan yang lalu
“ukh, afwan….
Aku kalah…
Astaghfirullah….”
Sudah hampir tengah malam ketika sebuah sms masuk. Sms singkat dari sahabat saya tadi, membuat saya bertanya-tanya, ada apa dengannya?

Keesokan paginya, ketika bertemu, baru menyadari ada sesuatu yang ”tidak beres”. Tatapan kosong, wajah pucat dan alur pembicaraan yang melompat-lompat, telah menggambarkan semua. Setelah membujuk dengan berbagai cara, akhirnya beliau bercerita (masih dengan alur yang melompat-lompat) bahwa dia merasa sangat bersalah, berdosa besar dan kalah......karena telah jatuh cinta pada seorang ikhwan! Perasaan berdosa dan merasa kalah itu sangat mencengkeram dirinya, karena itu dia berusaha sekuat tenaga untuk memupus rasa itu. Tapi semakin dia berusaha, justru perasaan itu semakin menguat. Yah... setahun dia benar-benar dihimpit perasaan kalah & dosa, akhirnya justru membuat jiwanya benar-benar kalah. Bahkan sampai dia tidak bisa membedakan lagi antara kenyataan dan khayalan, beliau berhalusinasi bahwa setiap kali mendengarkan siaran radio atau menonton televisi maka yang terdengar hanyalah suara dan pesan dari ikhwan tersebut. :(

Sahabat saya jatuh cinta, masalah yang ”mungkin” dianggap sepele bagi beberapa orang, apalagi bagi ikhwan-akhwat. Tapi ketika penerimaan dan pengelolaan yang tidak tepat, justru menjadi bumerang buat diri kita. Saya jadi ingat kata-kata seorang ustadz ”kita kadang bersikap lebih ketat daripada syariat, walaupun dalam perkara lain kadang justru melonggarkannya. ” Bukankah cinta itu anugrah, sesuatu yang patut kita syukuri keberadaannya? Bukankah fitrah ketika jatuh cinta (kepada lawan jenis). Bahkan seorang aktivis sekalipun? Karena aktivis pun adalah manusia biasa. Jadi kenapa harus menutup semua ruang untuk menghindari cinta? Padahal kita tidak pernah tahu kapan cinta akan menyapa. Dan ketika cinta menyapa, maka tak bisa dilogika. Tapi hendaknya kita juga menyadari, bahwa cinta itu harus kita letakkan pada tempatnya yang tepat, jangan sampai terbuai ataupun merana karenanya. Karena itulah ada batasan syariat yang menjaga agar fitrah kita tetap dalam koridor yang benar.

Awalnya saya seolah-olah tidak percaya bahwa sosok yang begitu tegar dalam pandangan saya, seseorang yang selama ini tidak pernah mengeluh tentang apapun, namun akhirnya jatuh.... karena cinta. Padahal selama ini beliau dikenal sebagai akhwat yang cukup tegas, bahkan cenderung kaku terhadap ikhwan. Mungkin karena itulah, aplikasi yang terlalu ketat bahkan lebih ketat dari syariat, hingga akhirnya merasa kalah, dan merasa melakukan dosa besar yaitu jatuh cinta. dan nasi telah menjadi bubur....

Yang saya sesali sampai saat ini adalah, saya ternyata belum bisa ”membaca” sahabat saya, orang yang selama ini dekat dengan saya. Tapi bebannya tidak pernah saya ringankan, bahkan tidak saya ketahui. Saya selalu berasumsi bahwa beliau baik-baik saja, karena memang tidak pernah bercerita. Padahal saya sudah mengetahui, karakternya yang introvert membuatnya sulit bercerita. Kenapa tidak dari dulu saya memaksanya untuk bercerita ya? Mungkin kalau sudah dibujuk kan luluh juga....

Saya jadi lebih menyadari bahwa terkadang kita perlu seseorang sebagai tempat berbagi bahagia maupun duka, walaupun sebenarnya hanya kepada Allah kita mengadukan semuanya. Kalau seorang teman mengistilahkan, kita butuh seseorang sebagai ”keranjang sampah” atau ”recycle bin” . Kedengarannya kasar ya? Tapi memang begitulah.... Walaupun kita mungkin orang yang sangat tegar, ada saat-saat tertentu membutuhkan orang lain untuk ”didengar”... meski hanya sekedar mendengarkan, tanpa bisa memberikan solusi. Paling tidak bisa mengurangi sedikit beban.... Bahkan dari artikel yang pernah saya baca, saat kita mengasuh anak2, bersahabat dekat dengan seseorang dan berbagi dengannya, maka hal tersebut akan meningkatkan hormon oksitosin yang punya efek menenangkan dan mengurangi rasa emosional.

Tapi hati-hati juga dalam memilih recycle bin, seseorang yang amanah seharusnya. dan beban juga bagi seseorang yang sering menjadi tempat curhat, karena dia harus berhati-hati menjaga apa yang dititipkan padanya....
Tapi kadang capek ya jadi recycle bin....:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar